.
.
.
Disclaimer : Naruto is not mine. I just borrow the
name.
Rate : M
Genre : Hurt, family,Mpreg, etc.
Warning : Ending tergantung mood. EYD yang
nggak jelas, OOC, BoysxBoys, banyak typonya. Mpreg
Mpreg
on real life basically impossible at this time but possible on fanfic. So don’t
be too rush ‘bout biology, OK? It only my imagination.
Don’t
like don’t read.
Purely
made by : Gothiclolita89.
.
.
Chara
Uzumaki
Naruto (Namikaze Haruki (28 tahun)
Uchiha
Sasuke (28 tahun)
Namikaze
Menma (7 tahun)
Sabaku
no Gaara (26 tahun)
Yamanaka
Ino (28 tahun)
Sabaku
no Kankurou
Nara
Shikamaru
Konan
Edogawa :3 #plakkk dijitak reader. Oh salah Konan doank dink.
Zabusa
(Uzumaki) Karin.
Zabusa
Suigetsu.
Juugo
@_@
wah banyak cast baru nih
.
.
.
.
.
.
Kebahagiaan
Apakah kebahagiaan itu ada? Apakah aku boleh
berharap untuk kebahagiaanku? Apakah aku dapat egois memperjuangkan
kebahagianku? Apakah aku . . .
.
.
.
Chapter 5. Insane
.
.
.
Prang!!!!
Brakk!!!!
Wanita itu membanting semua benda yang ada
didekatnya. Melampiaskan segala kemarahannya pada vas-vas mahal yang tidak
berdosa itu. Tidak sayang? Tentu saja tidak, berapapun vas mahal yang ia
pecahkan, keluarga Yamanaka tentu bisa membeli vas baru lagi. Para pelayan
tidak ada yang berani mendekatinya apalagi melarang majikannya itu. Mereka
tentu tidak mau menggantikan vas-vas itu.
“Tidak! Tidak! Tidak! Sasuke adalah milikku. Tidak
ada yang boleh memilikinya selain aku!.”
Wanita pirang selalu tampak cantik dan anggun itu
kini tampak sangat kacau. Airmata kini menghiasi wajah cantik yang terlihat
pucat itu. rambut pirang kebanggaannya yang selalu tergerai rapi dan halus kini
tampak berantakan. Dia, putri tunggal Yamanaka Inoichi terlihat benar-benar
mengerikan. Obsesinya pada sang Uchiha bungsu membuatnya tampak begitu
menyedihkan.
Sejak bercerai dari Sasuke, Ino memang sering
mengamuk tanpa sebab. Bahkan ayahnya sempat menghubungi psikiater saat dia di
luar negeri dulu. Tapi sepertinya itu sama sekali tidak membantu justru membuat
obsesi Ino makin besar pada manta suaminya.
“Sasuke hanya boleh bahagia denganku, dengan
Yamanaka Ino, tidak tidak. . . Uchiha Ino . . . nama itu lebih cocok untukku
hahahaha. Uchiha Ino.”
Wanita itu tertawa keras. Membuat seluruh penghuni
mansion mewah Yamanaka ketakutan. Satu yang ada dipikiran para pelayan itu . .
.
.
.
Bahwa wanita itu sudah gila.
.
.
.
Di sebuah ruangan gelap, seseorang sedang menatap
intens layar monitor yang menyala itu.
“I-ini?.” Matanya tampak membulat. “Tidak salah
lagi.”
.
.
.
Tut Tut Tut
“Moshi-moshi,
Sasuke, ini Itachi. Kalo kau mendengar panggilanku segera hubungi aku. Ada
masalah penting yang ingin kubicarakan denganmu. . . Tentang wanita gila itu.”
Tut Tut Tut
.
.
.
Haruki tidak bisa tidur malam ini. Matanya enggan
menutup walau jam weker di meja sudah menunjukkan angka jam satu. Waktu dimana
seharusnya seluruh manusia di dunia sudah terlelap dengan berselimut mimpi
indah. Tapi tidak dengannya. Ia terlalu cemas dan gugup untuk bisa tertidur.
Bagaimana ia bisa tidur jika hatinya tidak tenang? Bagaimana dia bisa tidur
jika dia tahu ada bahaya yang sangat besar tengah mengancamnya dan Menma?.
Bahaya?
Ya, bahaya. Siapa lagi kalau bukan si Uchiha bungsu.
Dia merasa ketakutan kalau-kalau sang Uchiha tau
siapa dirinya yang sebenarnya. Tidak, ia tidak peduli dengan nasibnya. Tapi
bagaimana dengan Menma? Anak itu tidak bersalah tapi apa Sasuke akan peduli?
Jawabannya tidak, pria raven itu tidak akan peduli selama itu berhubungan
dengan orang yang dibencinya. Ia akan menghancurkannya sampai akar.
Haruki melirik anaknya yang tertidur pulas
disampingnya. Ia tersenyum tenang saat melihat wajah damai Menma yang sedang
tertidur lelap. Ia mengusap rambut hitam Menma kemudian mengecup dahinya dengan
sayang.
“Jangan khawatir Menma, apapun yang terjadi papa
akan selalu menjagamu.”
Haruki menyamankan dirinya dan memeluk Menma.
Perlahan kelopak mata tan itu menutup. Ia membiarkan dirinya terhanyut dalam
mimpi bersama sang putra.
.
.
.
Tes
.
.
Tes
Tes
.
.
Tes
Tes
Tes
.
.
Pemuda pirang itu berlarian kesana kemari dengan
panik. Kemanapun ia melangkah, ia tidak melihat apapun. Hanya kegelapan.
Secepat apapun kakinya berlari hanya kegelapan yang mengelilinginya. Ia merasa
ketakutan. Kemana semua orang? Ini dimana? Apa yang terjadi?.
Ia meringkuk. Menenggelamkan kepalanya diantara
kedua kakinya.
Putus asa.
Lelah
Frustasi
Itulah yang dirasakannya sekarang. Ia tidak suka
ini. Ia tidak suka keheningan ini. Kesunyian ini terasa begitu menyakitkan,
menyesakkan. Membuatnya tidak bisa bernafas.
‘What are ya doin’ here?’
Pemuda itu menoleh dengan cepat saat ia mendengar
suara dari belakang punggungnya. Sejenak kemudian matanya birunya membulat.
Seorang anak kecil dengan perawakan dan wajah mirip anaknya, Menma, berjalan
mendekatinya. Bedanya jika Menma memiliki rambut hitam dengan mata biru maka
anak itu memiliki rambut dan mata berwarna merah mencolok. Oh, jangan lupakan
seringaian licik yang terukir indah di bibirnya.
‘Thought ya foget me. Don’t ya, Naruto?’
Pria pirang itu terdiam sebentar.
“Kyu-nii. . .” lirihnya.
Anak itu melebarkan senyumnya.
.
.
.
Seperti biasa, Sasuke terbangun sebelum sang surya
menampakkan dirinya. Entahlah, selarut apapun ia tidur, ia selalu terbangun di
waktu yang sama. Jika diingatnya lagi kebiasaan ini dimulai sejak ia kehilangan
belahan jiwanya. Seseorang yang telah ia lukai terlampau dalam karena
kebodohannya. Ia hanya berharap untuk bisa ia dipertemukan lagi dengan Naruto.
Agar dia bisa menebus semua kesalahan bodohnya dimasa lalu.
Sasuke melangkahkan kaki ke dapur modern minimalis
apartemen mewahnya. Ia berencana membuat sarapan sederhana untuk dirinya. Untunglah
kemarin ia sempat meminta asistennya untuk belanja bahan makanan. Roti bakar,
telur mata sapi serta sepoci kopi hitam, some like American style breakfast, is
it?. Sasuke memasukan roti itu kedalam mulut dan menguyahnya pelan. Ia
menyeruput kopi hitam kesukaannya itu.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
“Hei,
sudah kubilang jangan minum kopi itu banyak-banyak. Tidak baik buat perutmu.”
“Hn.”
Sasuke seolah tidak peduli dan kembali menyeruput kopi hitamnya sambil membaca
buku yang baru saja dibelinya dengan hikmat.
“Temeeee!!!.”
Naruto berteriak kesal karena merasa diacuhkan. “Kau taukan kalo kau kebanyakan
minum kopi, nanti kamu bisa berubah jadi bodoh trus nanti kau juga akan jadi
botak dan keriput. Tidakkkkkkkk!!! Aku tidak mau punya pacar botak dan keriput.”
Teriaknya lebay.
“Pfftt,
hahahahaha.” Sasuke tertawa keras mendengar perkataan kekasihnya. “Dasar Dobe
hahahaha. Darimana kau dengar hal bodoh seperti itu.”
Naruto
merengut kesal mendengar hinaan kekasihnya. Sasuke tersenyum dan mengecup pipi
tembem itu.
“Temeee!!!.”
Sasuke tersenyum saat mengingat kenangan indahnya
bersama Naruto. Setelah selesai sarapan dan bersiap-siap, Sasuke menyambar
kunci mobil dan menjalankannya dengan cepat ke suatu tempat.
Sementara itu di tempat lain.
“Papa ayo cepat. Menma sudah terlambat.”
“Aish iya-iya.” Haruki buru-buru mengenakan
sepatunya sementara sang anak berkacak pinggang di depannya dengan wajah yang
ditekuk, berusaha menunjukkan bahwa ia sedang kesal. Menma mengenakan seragam
TK berwarna biru lengkap dengan topi dan tas ransel kecilnya, oh jangan lupakan
botol minuman Batman kesayangan yang melintangi tubuh mungilnya.
‘Sial! Gara-gara bangun kesiangan nih.’
Tidak seperti biasanya, hari ini Haruki terlambat
bangun akibatnya pasangan ayah anak itu terburu-buru pergi kesekolah dan tempat
kerja. Haruki menuruni tangga lantai dua menuju lantai satu dan langsung
menyambar sepedanya yang terparkir di area parkir apartemen sederhana itu. Sepeda
itu jarang ia gunakan saat berangkat kerja karena Haruki dan Menma lebih sering
memilih jalan kaki tapi hari ini adalah pengecualian.
“Pegang yang erat ya. Kita akan cepat ke sekolahmu.”
Ia mendudukkan Menma di jok belakang dan langsung
memacu kencang sepedanya. Menma mengangguk dan mengeratkan pegangannya ke
pinggang Haruki. Mereka berdua tidak menyadari bahwa ada sebuah mobil hitam
yang sedari tadi mengikuti mereka. Mobil itu mengikuti sepeda Haruki diam-diam.
Tidak ingin ketahuan oleh pria bermata tosca itu. Seulas senyum tampak terlihat
di wajah sang pengemudi kala melihat keakraban pasangan ayah dan anak Namikaze.
.
.
.
-Sasuke
POV-
Here I go again. Di sinilah aku sekarang membuntuti
seorang pria beranak satu yang baru saja kukenal satu hari yang lalu. Seperti
yang kukatakan sebelumnya, aku tidak mengerti kenapa aku mengikutinya. Aku
tidak mengerti kenapa aku bisa merasa telah lama mengenalnya. Dan juga ada
sesuatu lain yang kurasakan, seperti . . .
Ah sudahlah.
Itu sama sekali tidak penting.
Ah itu dia, dia keluar dari apartemen kecilnya dengan
sepeda yang menurutku sudah jelek. Astaga! Bagaimana dia bisa mengendarai
rongsokan itu dengan seorang bocah kecil yang sedang memeluk pinggangnya. Apa
dia tidak tau kalau itu berbahaya? Bagaimana jika anaknya jatuh? Atau jika
terseret mobil?. Dasar ceroboh.
Aku mulai menjalankan mobil mewahku dengan perlahan.
Berusaha mengikuti agar tidak diketahui olehnya. Tunggu dulu! Apa yang
sebenarnya ingin kulakukan? Dahiku mengerut. Bagaimana bisa aku mengikuti orang
yang baru saja ku kenal? Aku bahkan belum mengenalnya.
Tanpa kusadari, sepeda yang dinaiki Haruki berhenti
di sebuah TK. Ia menurunkan Menma dari sepedanya. Setelah anak itu masuk sekolah, Haruki langsung
menaiki sepedanya menuju ke arah kantor.
-End
POV-
Sasuke berhenti di dekat Tk itu. setelah sepeda
Haruki menjauh baru kemudian ia menyalakan mobilnya.
.
.
.
Tiga asisten Sasuke sudah siap di kantor Shukaku
corp. Mulai hari ini mereka akan menempati kantor sementara mereka selama tiga
bulan di perusahaan itu. Yah meski di bilang kantor sementara tapi yang
sebenarnya adalah mereka berbagi dengan bagian IT sedang Sasuke akan berbagi
ruangan dengan Kankurou untuk sementara. Mereka berangkat lebih awal guna
menyiapkan keperluan selama mereka berada disini. Semua harus sempurna jika
mereka masih ingin bekerja pada Uchiha bungsu. Sasuke mmemang selalu menekankan
pada bawahannya bahwa dia tidak menerima kesalahan sekecil apapun. Keluarga
Uchiha memang terkenal pekerja keras begitupun Sasuke. Pria yang hampir berusia
30 tahun itu seorang workholic dan selalu lupa waktu jika sudah bekerja.
Menurut karyawan lain, Sasuke berubah seperti itu setelah perceraian dengan
sang istri dan kehilangan calon anaknya di waktu yang hampir bersamaan. Membuat
Uchiha bungsu lebih menyibukkan diri dalam pekerjaan untuk melupakan
masalahnya, begitu menurut orang lain. Dan Sasuke selalu berganti asisten
beberapa kali sebulan karena banyak yang tidak tahan dengan jam kerja dan
tekanan yang dibebankan pada mereka.
Tapi benarkah?
“Ohayou~~~.”
“Ah ohayou Haru-chan.” Jawab Konan dan Haku
serempak.
“Tumben kau telat.” Kata Haku.
“Etto, aku kesiangan bangun.” Jawabnya malu-malu.
Mereka tertawa mendengar jawaban Haruki.
Karin memperhatikan kawanan tiga serangkai itu dari
mejanya. Entahlah, ada sesuatu yang membuatnya ingin melihat kearah pemuda
berambut hitam itu.
“Karin.” Panggil Suigetsu.
“Hum?.” Karin menolehkan kepalanya kearah suara yang
memanggilnya.
“Kenapa? Dari tadi kau memperhatikan mereka terus?.”
Tanya Suigetsu dengan nada sedikit tidak suka. Ia sadar pandangan mata istrinya
tertuju pada pemuda yang baru saja datang. Haruki Namikaze, sejak pertama
mereka datang ke perusahaan ini, ia sadar bahwa istrinya itu tertarik pada pria
muda berkulit tan. Ia takut jika Karin berpindah ke pria itu. Berlebihan
memang, tapi itu semata-mata karena dia terlalu mencintai istrinya.
Karin tersenyum menanggapi kecemburuan suaminya.
“Tidak, hanya saja . . .” Karin mengalihkan pandangannya ke Haruki yang sudah
duduk di mejanya dan mulai bekerja. Suigetsupun turut memandang Haruki yang
kini tengah sibuk dengan komputernya. “Ettou, hanya saja namanya seperti pernah
kudengar sebelumnya.”
“Nama?.”
“Tapi aku tidak bisa mengingatnya.” Kata Karin
sembari mengerutkan dahinya. Entahlah, sekeras apapun dia berpikir, dia sama
sekali tidak bisa mengingatnya. Padahal biasanya ingatan Karin sangat bagus. Wanita
berambut merah menyala itu hampir tidak pernah melupakan sesuatu yang pernah di
baca atau di dengarnya.
“Tumben sekali.” Timpal Juugo yang ada di samping
pasutri aneh itu.
Namikaze
Karin yakin pernah mendengar nama itu sebelumnya,
tapi dimana? Itulah yang tidak dia ingat. Ia mengangkat bahunya.
‘Ya sudahlah. Mungkin bukan sesuatu yang penting.’ Katanya
dalam hati
Ck ck. Karin, Karin.
Padahal hal yang kau lupakan itu adalah hal penting
loh.
Hari beranjak siang. Kini kedua jarum jam telah
menunjuk angka 12. Saatnya para karyawan mendapat waktu istirahat dan makan
siang. Konan dan Haku merapikan mejanya yang terlihat berantakan. Setelah selesai,
mereka berdua menghampiri meja Haruki.
“Haru-chan, mau ke kantin sama-sama?.” Ajak Konan
sembari menghampiri meja Haruki. Pemuda manis berambut hitam itupun menoleh.
“Ah iya, aku ingin beli roti.” Ucapnya sambil
berdiri.
“Roti? Biasanya kau kan bawa bekal?.” Tanya Haku
yang kini berdiri di samping gadis berambut biru itu. Sebelah alisnya teangkat,
tanda bahwa ia sedang penasaran. Setahunya Haruki selalu membawa bento sendiri.
Agar lebih hemat katanya, maklumlah ia punya tanggungan seorang anak jadi dia
harus berhemat secermat mungkin demi masa denpan anaknya.
“Um, aku kesiangan.” Katanya sambil menggaruk
tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal. Ia tersenyum canggung.
“Oh.”
Jam makan siang sudah tiba, Kankurou merengganggakan
tubuhnya yang kaku karena berkutat di depan komputernya sejak pagi. Ia menoleh
sang Uchiha yang masih sibuk dengan laptopnya. Sejak hari ini, untuk sementara
waktu selama 3 bulan ke depan, ia akan berbagi ruangan dengan Uchiha Sasuke. Iapun
menghampiri meja Sasuke untuk mengajaknya makan siang.
“Uchiha-san.” Panggilnya. Sasuke mendogakkan
wajahnya untuk menatap Kankurou yang kini berdiri di depan mejanya. “ Sudah jam
makan siang. Bagaimana kalau kita makan siang dulu.?”
“Hn, terima kasih tapi nanti saja. Silahkan anda
duluan saja, Sabaku-san.”
“Baiklah kalau gitu, kalau kau mau menyusul kantin
ada di lantai satu.”
Kankurou segera meninggalkan ruang kerjanya untuk
makan siang. Selepas kepergian Kankurou,
sasuke menyandarkan tubuhnya ke kursi tinggi miliknya. Ia memutar kursi itu dan
melihat pemandangan kota Suna dari lantai 20 peruasahaan Shukaku corp. Masih
teringat pembicaraannya dengan Itachi dari malam.
-Flashback-
Sasuke menuangkan cairan berwarna merah itu kegelas
tinggi yang sudah ia siapkan di meja. Malam ini adalah malam pertamanya berada
di Suna. Ia menyesap cairan merah pekat itu sambil menikmati pemandangan malam
dari jendela apartemen mewahnya. Ia memijit-mijit kepalanya. Bagaimana tidak,
sekali lagi anak buahnya melaporkan bahwa mereka belum menemukan Narutonya. 8
tahun, sudah 8 tahun dia mencari tetapi sampai sekarang ia sama sekali belum
menemukan titik terang keberadaan sang pujaan hati.
Sasuke menghela napas.
Apa ia harus menyerah?
Apakah mereka memang tidak ditakdirkan bersama?
Ia meminum cairan merah itu dalam sekali teguk kemudian
mengisi kembali gelasnya.
Tut Tut Tut
“Moshi-moshi,
Sasuke, ini Itachi. Kalo kau mendengar panggilanku segera hubungi aku. Ada
masalah penting yang ingin kubicarakan denganmu. . . Tentang wanita gila itu.”
Tut Tut Tut
Awalnya ia ingin mengabaikan telpon itu. Tapi saat mendengar
nama perempuan itu di sebut, ia berubah pikiran. Ia terigat pada nona muda
Yamanaka yang sempat menjadi istrinya itu. yang bertanggung jawab atas
penyesalannya saat ini. Yang dengan tidak tau malunya masih mengejar-ngejarnya
sampai saat ini.
“Moshi-moshi.”
“Sasuke?.”
“Hn, ada apa kau menghubungiki Tachi.”
“Che, yang
sopan sedikit dengan Aniki-mu ini. Panggil aku Nii-san.”
“Hn.”
“Ck.”
Itachi mendengus kesal. “ Aku ingin
memberi taumu bahwa mantan istrimu tadi datang kemari.”
“Ino?.”
“Siapa lagi?.”
“Mau apa dia?.”
“Dia berusaha
menghasut Kaa-san agar kau bisa kembali padanya.”
“Cih dasar tidak tau malu.”
“Hati-hatilah
Suke. Meski aku yakin baik Kaa-san atau Tou-san tidak akan menyetujui kau
kembali padanya. Tapi kau tetap harus hati-hati. Dia itu wanita licik. Dia bisa
melakukan apapun untuk mendapatkanmu.”
-Flashback
End-
Sasuke memikirkan kata-kata kakaknya tadi malam. Jika
benar yang dikatakan kakaknya tadi malam, berarti ia harus bersiap-siap
menghadapi wanita licik itu.
Tok tok tok.
“Yo! Suke-chan.” Suigetsu langsung menerobos masuk.
Karin dan Juugo berada di belakangnya sambil menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan Suigetsu.
“Berani kau memanggilku seperti itu. akan kupastikan
kau di depak dari Uchiha corp. juga jepang.” Katanya sambil mendeathglare
Suigetsu.
“Hahahaha.” Sayangnya pria berambut putih itu sama
sekali tidak gentar.
“Suke-kun, kami membawakan makan siang untukmu.” Kata
Karin seraya meletakkan bungkusan berwarna coklat diatas meja kerja Sasuke.
“Hn.” Sasuke hanya menanggapinya datar.
“Makanlah, akan sangat merepotkan jika kau sakit di
sini.” Kata Juugo. Pria berambut orange itu sudah mengaggap Sasuke sama seperti
keluarganya. Juugo adalah seorang yatim piatu. Sejak kecil, ia tinggal di panti
asuhan. Ia hanya lulusan SMA dengan nilai pas-pasan. Ia tidak berharap mendapat
pekerjaan yang bagus dengan kemampuan akademiknya. Tapi takdir berkata
lain saat ia dipertemukan dengan Sasuke.
Entah apa yang dilihat pemuda raven itu padanya hingga ia langsung diangkat
sebagai salah satu asisten pribadi presdir muda itu.
“Kau . . . masih mencarinya ya?.” Tanya Karin.
Sasuke memandang Karin sejenak lalu mengalihkan
pandangannya kea rah jendela. Ia tersenyum miris.
“Bagaimana aku tidak mencarinya jika dia adalah cintaku.
Dia membawa hati dan jiwamu bersamanya. Ia menghilang. Itu semua karena
kebodohanku.”
“Sasuke . . .” lirih Karin. Awalnya ia merasa marah
saat tau apa yang pria raven itu lakukan pada sepupunya tapi saat melihat
keadaan Sasuke. Dia justru merasa kasian.
“Tenanglah suatu saat kalian pasti akan bertemu
lagi.”
.
.
.
Inoichi memasuki manshionnya. Ia disambut oleh
beberapa pelayan.
“Bagaimana keadaan Ino?.”
“A-anu tuan. Nona Ino mengamuk dan kami tidak berani
mendekati kamarnya.” Kata salah seorang pelayan.
“Apa?.”
Inoichi langsung melangkahkan kakinya ke lantai 2
menuju kamar putri kesayangannya, Ino. Ia membuka pintu berwarna putih yang
dihiasi ornament emas. Inoichi sangat terkejut saat melihat keadaan kamar
putrinya. Kamar itu benar-benar hancur. Apakah ini perbuatan Inonya yang manis
dan penurut?.
“Ino sayang.”
“Pergi!! Pergi!!!.” Teriak Ino histeris. Wanita itu
tampak mengerikan dengan rambut acak-acakan. Penampilannya sekarang benar-benar
sedah seperti orang gila.
“Ino sayang. Ini ayah.”
“Ayah?. Ayah.”
“Ya ayah sayang.” Inoichi memeluk putrinya yang
dalam keadaan mengerikan.
“Ayah. Sasuke meninggalkanku hiks. Aku mencintainya
ayah . . . “
“Ya ayah tau.”
“Apa yang harus kulakukan ayah? Aku ingin Sasuke. Aku
ingin Sasuke. Hiks hiks.” Ino mencengkram jas yang dikenakan ayahnya. “Bantu
aku mendapatkan Sasukeku kembali. Aku tidak bisa hidup tanpanya.”
“Ino. . .”
“Aku akan mati tanpa Sasuke. Aku tidak mau hidup
tanpa dia.”
Inoichi menatap miris kepada putrinya. Putrinya yang
dulu manis kini berupah menyedihkan seperti ini. Apa yang harus dia lakukan
untuk mengembalikan Ino seperti dulu?.
“Baiklah, ayah akan membantumu.”
.
.
.
-TBC-
.
.
.
Hello meet me again. This Stupid-a-bit-Crazy-girl
Gothiclotita89 ^_^
Gomenne masih adakah yang nungguin ff gak mutu ini?
Well, thanks kalo masih ada hehehe.
Gak nyangka kalo ada yang baca ni FF (Kirain Cuma Dee-chan
aja yang baca).
Is it too short?. Jangan bilang pendeknya (TT_TT)
Ini aja ngetik sampe 20 halaman di ms word.
Last but not least.
Thanks buat yang RnR ff saya dan sekali lagi maaf
kalo saya update lama. Sudah dari awal saya bilang kalo saya orang yang agak
lemot ngetik n moodian jadi yang gini deh. Tapi saya akan tetep nulis ini sampe
end ^_^
So don’t worry.
.
.
.
Mau tanya Fic here we end kok not found sih di fanfic. Bukannya blm lama ini thor update baru? Aku dpt notifnotifikasinya ko, cuma blm ssempet liat eh keburu not found duluan.. hem baisa post ulang gak, kalau gak post disini aja?
BalasHapusThanks