Tampilkan postingan dengan label Faith. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Faith. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Maret 2014

FF Faith Chapter 4. Waiting




.

.

.

.

.

Disclaimer                  : Masih perlukah? Ok Naruto Isn’t mine. I just own the story not the character.

Rate                            : M becoz rape scenes, veil language, bad manner, etc.

Genre                         : Romance, Hurt, Family, Angst (maybe), GS, Etc.

Warning                     : Don’t like don’t read. So simple as flip your hand.

Tidak menerima flame, sumbangan dalam bentuk apapun -_-

Komplen soal EYD, silahkan.

.

.

Purely made By Gothiclolita89

.

.

.

Cast

Namikaze Naruto (17 th, usia dimana saya lulus SMA -_-)

Uchiha Sasuke  (21 th, mahasiswa)

Namikaze Kyubi (24 th, mahasiswa prasarjana)

Sabaku Temari (24, mahasiswa PKL)

Uchiha Itachi (24 th)

& cast lain mengikuti.

.


.


.

Chapter 4. Waiting

.

.

.

-Sasuke POV-

Sudah hampir 4 bulan.

Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan. Gadis yang kucintai hilang entah kemana.

Kuakui ini memang salahku.

Salahku karena terlalu mencintainya.

Salahku karena terlalu terobsesi padanya.

Salahku karena terlalu emosi.

-End Sasuke POV-

.

.

.

(Another way another lie
 
Eien nante shinjiteita aoi toki
 
But living without your love
 
Kimi to mawarimichi demo
 
Teo toriatte arukitakatta
 
Omoide to tokeau my destiny) Abaikan yang ini. Ini hanya keisengan Loli yang lagi stress berat --_____________--
 
.

.

.

Naruto tengah duduk di kursi taman sendirian. Memandangi kebun mawar yang sangat asri dengan hikmat. Ia berpikir tukang kebun yang menjaga taman benar-benar orang yang sangat teliti melihat bagaimana bunga-bunga itu di atur sedemikian rupa hingga tercipta harmoni yang sangat indah. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Perasaan damai yang sudah lama tidak ia rasakan sejak . . .

Ah! Sudahlah tidak perlu diingat.

Gadis itu mengelus perutnya yang sedikit membesar berhubung kehamilannya sudah hampir 4 bulan. Dalam hati ia selalu menyucap syukur karena keluarganya masih mau menerima dirinya dalam keadaan seperti ini. Sungguh, ia sudah bahagia sekarang meski ayah dari bayinya mungkin tidak mau mengakuinya tapi bukankah sekarang sudah cukup? Ada ayah, Ibu dan sang kakak yang selalu menjaga dan mendukungnya.

“Yo, Chibi Kyubi.”

“E-eh Itachi-san.” Naruto menoleh kearah suara itu. Naruto sedikit terkejut saat melihat sosok gagah pria yang kemarin bersama sang kakak. Uchiha Itachi, dia memperkenalkan nama itu padanya.

“Ckckck.” Itachi menggeleng tampak kecewa. “Don’t  call me that.”

“Eh? Um. Tachi-nii . . .”

“Hmm hmm.” Itachi menyilangkan tangannya didada sambil mengangguk. “That’s great, I really really want a kawai Imoutou, but my parent only give me that Uncute Otoutou ck.”

Naruto hanya terkikik kecil saat melihat sikap kekanak-kanakan dari Itachi. Itachi ikut tersenyum saat melihat gadis pirang itu tertawa. Naruto terlihat terkejut saat Itachi mengacak-acak rambutnya.

“Nah, begitu. Naru-chan manis jika tertawa seperti itu.” Pujinya. Naruto tersipu malu. Wajahnya tampak memerah. Hey, wanita mana yang tidak tersipu jika dipuji oleh seorang pria tampan (meski keriputan) seperti Itachi

“A-anou Tachi . . . “ Naruto mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya,

“Hm?.”

“Tachi-nii bilang punya adik. Si-siapa namanya?.” Dalam hati ia berdoa. Memohon jangan orang itu yang menjadi adik Itachi. Meski nama keluarganya sama, belum tentu mereka saling berhubungan kan?.

Itachi hanya tersenyum lalu duduk di sebelahnya. Ia mengelus perut Naruto yang sedikit membesar. Naruto sedikit kaget dengan apa yang di lakukan oleh Itachi tapi kemudian ia tersenyum manis. Sepertinya anaknya akan mendapat satu lagi paman yang akan menyayanginya.

“Kuharap dia perempuan cantik seperti ibunya.” Harap Itachi. ‘Tapi kalau lelaki tidak apa sih, dia pasti akan sangat tampan seperti ayahnya.’ Tambahnya dalam hati.

Naruto hanya tersenyum. Perempuan ya? Naruto sebenarnya tidak mempermasalahkan jenis kelamin sang calon bayinya. Ia hanya berharap anaknya lahir dengan sehat dan selamat. Gadis itu menyesal karena beberapa waktu lalu hampir mencelakai bayinya.

“Ano . . . Tachi-nii benar-benar menyukai Kyu-nii ya?.” Tanya Naruto.

“Hmm, iya. Aku sangat menyukainya.” Jawabnya terus terang.

“Tapi Tachi-nii, Kyu-nii itu masih normal dan . . .”

“Aku tau.” Itachi sedikit menunduk. Ia tau dengan jelas bahwa Kyubi sudah memiliki kekasih. Seorang wanita tentunya. Hey! Jangan salah paham dulu. Itachi bukan Gay. Dia hanya seorang Bi hanya saja saat ini ia sedang tertarik dengan Kyubi dan merasa mungkin Kyubi adalah cinta sejatinya. “Apa kau jijik padaku?.” Tanya Itachi menatap Naruto.

“Untuk?.”

“Keadaanku yang seperti ini.”

Naruto tersenyum. “Tidak, itu adalah pilihan Tachi-nii. Jadi aku tidak berhak marah atau benci bukan? Dan lagi jodoh itu ada di tangan Tuhan, iyakan Tachi-nii?.”

Itachi tersenyum. Ia kemudian memeluk gadis malang itu dengan beringas.

“Yappari de, ore no kawai imoutou.” Katanya dengan penuh semangat.

Pletakkkk

“Apa yang kau lakukan pada adikku, keriput?.”

“Kyu-nii.”

“Kyu-chan.”

Kyubi menarik kerah Itachi. Ia mengeram kesal.

“Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikkan itu.”

“Demo Kyu . . .”

“Kyu-nii.”

Kyubi memandang adik kesayangannya. Ia lalu menghela nafas dan melepaskan cengkramannya pada baju Itachi.



“Kaa-san memanggilmu Naru. Jaa, pergilah. Kaa-san sudah membuatkan cake tomat untukmu.” Sebenarnya Kyubi sedikit merasa aneh dan takjub dengan kelakuan adik tunggalnya itu. Bagaimana tidak? Seorang Naruto yang ia tahu sangat-sangat menyukai makanan mengerikan yang namanya ramen kini sepertinya tergila-gila dengan buah –er atau sayur yang di sebut dengan tomat. Jus tomat, salad tomat, sup tomat, pokoknya semua masakan yang berbahan tomat. Dan yang paling aneh adalah saat tadi pagi ia mendengar kalo adiknya itu menginginkan cake tomat. Demi dewa Jashin yang lagi yoga di perempatan Mranggen, tidak pernah Kyubi dengar ada kue yang bahan dasarnya tomat. Ia bahkan dapat melihat wajah ibunya yang sedikit memucat dan berkeringat dingin saat mengiyakan keinginan adik kesayangannya itu.

“Hountou ni?.” Tanya Naruto dengan mata berkaca-kaca. Kyubi menggangguk pelan.
Tadi pagi dia mengatakan pada Ibunya bahwa ia sangat ingin makan cake dari tomat yang menggiurkan itu dan ibunya berjanji akan membuatkan kue itu untuknya. Ia bangun dari duduknya dengan bersemangat. Ia tidak sabar mencicipi kue itu.

Setelah Naruto pergi, Kyubi menatap tajam Itachi yang masih menyunggingkan senyum padanya. Tampak jelas kemarahan di matanya terhadap sulung dari Uchiha brother itu.

“Apa yang kau inginkan dari adikku keriput.”

“Hn.” Itachi hanya tersenyum innocent.

“Kau!.” Kyubi tampak kesal. Ia berbalik berjalan kedalam rumah. Setelah beberapa langkah, ia menoleh. 

“Get out of my house now!.”

Ia kembali berjalan memasuki rumahnya.

“Aku hanya ingin kebahagian Kyu.” Lirihnya.


-Flashback-

Itachi memasuki apartemennya yang selama 3 tahun ini ditempatinya. Ia meletakkan tas yang dibawanya di lantai. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di sofa empuk berwarna hitam itu. ia memijit-mijit pangkal hidungnya. Ia benar-benar lelah hari ini. Pekerjaannya menumpuk dan harus segera di selesaikan. Ia merogoh kantongnya. Ia mengambil handphone yang dari tadi berada di sakunya saat merasakan benda mungil itu bergetar dan mengeluarkan suara khasnya.

“Moshi-moshi . . . oh Dei . . . nani?!.” Itachi tersentak duduk di sofa itu. Matanya membulat. “Apa kau yakin?. Sasuke yang . . . tapi bukankah ia sangat mencintai pacarnya? Sasori? Astaga! Anak itu cemburu dengan kedekatan Sasori dan Naru-chan?. Baiklah, baiklah. Terimakasih infonya.” Ia menutup handphonenya.

Itachi terlihat frustasi sekarang. Bagaimana bisa Sasuke, adik pantat bebeknya yang bermuka datar itu, bisa cemburu pada Akasuna Sasori, si manekin berjalan, yang sudah memiliki tunangan. Bagaimana Itachi bisa tau? Itu karena Sasori dan dia pernah masuk organisasi yang sama dulu dan ia juga tau bahwa Sasori sangat mencintai tunangannya jadi tidak mungkin penerus nama Akasuna itu melirik gadis lain.

Oh tentu bisa, Sasuke tidak mengenal Sasori dekat dan ia terlalu protektif pada kekasihnya.

Itachi menghela nafas.

Ternyata keputusannya untuk menyuruh Deidara  menjaga Sasuke adalah keputusan yang tepat. Ia juga menyuruh Dei untuk memasang beberapa kamera tersembunyi di apartemen Sasuke, kecuali kamar kidur dan kamar mandi tentunya. Mana Itachi mau adiknya menjadi santapan mata lapar banci kaleng itu. Dan berkat itu mereka tau apa yang dilakukan Sasuke pada kekasihnya saat melihat gadis itu keluar tertatih-tatih dari kamar Sasuke dengan penampilan yang acak-acakan. Hei mereka sudah terlalu dewasa untuk mengetahui apa yang dilakukan Sasuke pada gadis malang itu. Gadis malang yang bernama . . .

Uzumaki Naruto

Dan ini keberuntungan atau kesialan. Gadis itu ternyata adalah adik dari Namikaze Kyubi. Ia tambah terkejut saat mengetahui bahwa kini gadis itu tengah mengandung darah dari keturunan Uchiha.

-End Flashback-
 
“Aku hanya menginginkan kebahagian Kyu, kebahagiaan untuk adikku dan juga Naru-chan.”

.

.

.

Sasuke menegak cairan pahit itu dengan cepat. Tak dihiraukannya gelegar music yang memekakkan telinga juga lautan manusia yang berbondong-bondong menikmati surge duniawi yang mampu menyesatkan siapa saja yang tidak kuat pendiriannya. Ia tampak kacau. Sudah hampir 4 bulan tapi pencariannya tetap tidak menampakkan hasilnya. Seolah ada sesuatu yang menghalanginya untuk menemukan gadis pirang yang telah mencuri hatinya. Ia mengisi gelasnya lalu meminumnya dengan cepat. Tidak peduli walau kiri perutnya terasa terbakar. Hanya dengan ini dia bisa tidur dan melupakan masalahnya sejenak. Merekuh mimpi bertemu sang pujaan hati yang dirindukannya.

“Sasuke-kun.”

Sasuke menoleh ketika namanya dipanggil. Di sampingnya berdiri seorang gadis berambut pink berpakaian minim nan kurang kain. Ia berjalan mendekati Sasuke yang tengah di ambang kesadarannya.

“Apa yang kau inginkan hah?!.” Bentak Sasuke pada gadis itu. “Gara-gara kau! Aku kehilangan Naruto. Gara-gara kau, aku menyakiti Naruto.”

Ya benar! Kalau bukan karena hasutan gadis ini, Ia tidak akan menyakiti Naruto. Seharusnya  ia tidak termakan hasutan gadis itu. Seharusnya ia lebih mempercayai kekasihnya.

‘Naruto, selingkuh di belakangmu Sasuke-kun.’

‘Lihatlah, dia bahkan dengan tidak malu mengumbar kemesraan di depan umum.’

‘Tinggalkan jalang itu Sasuke-kun. Aku lebih mencintaimu.’

Sasuke terlalu bodoh untuk mempercayai kebohongan gadis itu dan ia menyesal sekarang. Saat kekasih hatinya menghilang entah kemana.

“Sasuke- kun aku mencintaimu.” Gadis itu seolah tidak mendengar makia dari mulut Sasuke. Ia terus mendekatkan tubuhnya pada pemuda Uchiha itu. Apa yang ia lakukan? Tentu saja memanfaatkan keadaan agar pemuda idamannya menjadi miliknya. Kalian pasti tau. Gadis itu mulai meraba tubuh indah Sasuke.

“ARGHHHH!.” Teriak gadis itu kesakitan.

“Get off, bitch.” Kata pemuda berambut pirang itu serasa menarik rambut merah muda dengan kasar. Ia lalu melempar gadis itu ke lantai. Ia memandang gadis itu dengan pandangan membunuh. “Don’t you dare lay your dirty hand on him.”

 Gadis itu tampak ketakutan. Ia segera melarikan diri dari. Pemuda pirang itu melihat ke arah Sasuke yang kini sudah tidak sadarkan diri di meja couter bartender. Ia melemparkan pandangan merendahkan pada pria yang memiliki kemiripan dengan Itachi.

“Dei-.” Panggi laki- laki berwajah aneh yang ada di belakangnya.

“Kisame bawa dia.” Katanya singkat. Pria yang di panggil Kisame itu segera menghampiri Uchiha bungsu dan membantunya berjalan.

“Huh! Dasar lemah. Kalau bukan karena permintaan Itachi, aku takkan mau menolongmu.” Kata pemuda berambut pirang dengan kesal.

.

.

.

Jam kayu itu menunjuk waktu tengah malam. Kyubi memasuki kamar bernuansa kuning gading milik Naruto. Naruto kini tengah tertidur dengan damai. Sejak hamil, Naruto memang banyak tidur karena kelekahan. Dengan perlahan ia mendekati ranjang tempat adiknya tertidur. Ia duduk di tepi ranjang. Ia memandang wajah tertidur Naruto dengan tatapan sedih. Dengan lembut dibelainya surai pirang dengan helaian yang halus milik Naruto.

“Malang sekali nasibnya Imoutou-chan. Tapi tenang saja, Nii-chan pasti akan menjagamu. Nichan tidak akan membiarkan siapapun melukaimu lagi. Termasuk orang itu.”

-Flashback-

“Moshi-moshi, Karin-chan.”

“Oh hai’ Dare?.” – “Oh ya, Siapa ini?”

“Kyubi.”

“Kyubi? Dare?.” – “Kyubi? Siapa?”

Kyubi merasa kesal dengan gadis yang kini sedang di teleponnya.

“Baka Onna. Kau tidak mengenali sepupumu sendiri huh?.” – “Gadis bodoh. Kau tidak mengenali sepupumu sendiri huh?.”

Yah, gadis yang sedang di hubungi Kyubi ini adalah sepupunya dari pihak ibu kandungnya, Kushina. Meski Minato dan Kushina sudah bercerai, tapi hubungan dua keluarga itu masih sangat baik karena mereka semua tau alasan Minato menceraikan Kushina.

“Hahahaha, Just joke dude.”

“I’m not joking around. Just tell me.” Beberapa hari yang lalu Kyubi memang meminta sepupunya yang seorang hacker untuk menyelidiki kehidupan Naruto di Konoha. Dan tentu saja dengan senang hati Karin bersedia karena ia sangat menyayangi Naruto dan sudah menganggap gadis pirang itu sebagai adiknya sendiri.

“Ok, ok. First one. Do you know someone with Uchiha name around you?.”

“Huh?. Why?.”

“Karena ini berhubungan dengan orang itu.” Kata Karin. Kyubi langsung mengerutkan dahinya. “Pacar Naru-chan sekaligus tersangka utama satu-satunya bernama Uchiha Sasuke. And you know what, he is the little brother friend of yours, Uchiha Itachi.”

Mata Kyubi membulat. “You sure?.”

“100%.”

Kyubi menggenggam erat handphone itu. matanya tampak memerah karena menahan emosi.

-End Flashback-

.

.

.

Sasuke terbangun di sebuah kamar yang tak dikenalnya. Beberapa kali ia mengerjapkana matanya. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia terduduk dengan bersandar pada ranjang. Ia memijit-mijit kepalanya yang terasa pusing akibat hang over. Yah, Sasuke memang tidak terlalu bisa minum tapi tadi malam ia memaksakan dirinya.

“Wake up already?.” Sasuke di kejutkan oleh suara itu.

“You . . ..”

“Cih, kalau bukan karena Itachi aku takkan menolongmu anak kecil. Hanya gara-gara di tinggal pacar saja kelakuanmu seperti orang depresi.” Kata pemuda berambut pirang itu dengan sinis.

Sasuke terlihat kesal. Hampir saja ia membalas perkataan pemuda itu jika saja pemuda itu tidak membuka suaranya lagi.

“Berterima kasihlah padaku karena menolongmu dari seorang jalang berambut merah muda yang hampir saja menjebakmu.”

Ah! Samar-samar Sasuke teringat kejadian semalam. Ia mabuk, gadis itu mendekatinya dan setelah itu ia tidak ingat lagi apa yang terjadi.

“Ah, ya. Ada pesan dari Itachi.” Kata Dei. “Aku akan mempertemukanmu dengan gadis itu saat waktunya tepat. Biarkan gadis itu tenang, karena akan berbahaya baginya jika kau menemuinya sekarang . . .”

“Apa? Itachi tau? Bagaimana bisa?.”

“Hey, aku belum selesai bicara.” Kata Dei kesal karena ucapannya di potong. “Bersabarlah dan juga Neji itu sudah punya tunangan yang sangat di cintainya yang bernama Ten ten.”

Mata Sasuke membulat. Ia tampak shock. Jadi kecemburuannya selama ini pada Neji sama tidak beralasan.

.

.

.

Sementara itu di Suna.

Itachi terjaga dari tidurnya. Ia masih memikirkan cara untuk mempertemukan Naruto dengan Sasuke. Gadis itu tampak masih trauma. Buktinya ia masih tampak sedikit ketakutan saat dirinya – yang memiliki kemiripan dengan Sasuke – mendekati gadis itu. Ia maklum, semua orang pasti akan trauma jika di perlakukan seperti itu. Tidak terlalu jelas memang, tapi matanya cukup jeli untuk melihat tubuh gadis itu menegang pelan. Ia tidak mau melukai Naruto apalagi membahayakan calon keponakannya jika ia terburu-buru mempertemukan gadis itu dengan Otoutou-nya.

“Well, pada akhirnya takdirlah yang harus berperan di sini.”

Itachi beranjak dari ranjang yang di dudukinya menuju kamar mandi.

.

.

.

-TBC-

.

.

.

Nb: Yang bergaris bawah itu adalah terjemahan, siapa tau ada yang gak ngerti.

Selasa, 05 November 2013

FF: Faith chapter 3 Sonata



.
.
.
Disclaimer                  : Masih perlukah? Ok Naruto Isn’t mine. I just own the story not the character.

Rate                            : M becoz rape scenes, veil language, bad manner, etc.

Genre                         :Romance, Hurt, Family, Angst (maybe), Etc.
.
.
Purely made By Gothiclolita89
.
.
.

Cast

Namikaze Naruto (17 th, usia dimana saya lulus SMA -_-)
Uchiha Sasuke  (21 th, mahasiswa)
Namikaze Kyubi (24 th, mahasiswa prasarjana)
Sabaku Temari (24, mahasiswa PKL)
& cast lain mengikuti.
.
.
.
Gomen udah lama nggak updet yang ini. Masih adakah yang menunggu? Nggak? Ya udah. :-P
.
.
.
.
.
.
“Hyuga!.”
Gadis bermata lavender itupun menoleh ketika mendengar namanya di panggil. Seorang laki-laki tampan berdiri tegak dibelakangnya. Ia tau siapa laki-laki muda itu. Dia adalah kekasih sahabatnya, Naruto. Ia juga pernah beberapa kali bertemu dengan laki-laki itu.
“Bisa bicara sebentar?.” Tanyanya.
.
.
.
Chapter 3. Sonata
.
.
.
“Bisa bicara Sebentar?.” Tanya Sasuke pada gadis yang ia ketahui adalah sahabat kekasihnya, Naruto.
Hinata terdiam sebentar, mencoba mengingat siapa lelaki tampan yang ada di depannya itu. Beberapa saat kemudian ia menggangguk setelah mengingat siapa lelaki tampan itu. Pria yang pernah diperkenalkan Naruto, sahabatnya sebagai kekasih.
Pria dari klan Uchiha.

“Ah tidak enak bicara disini. Bagaimana kalau kita bicara di tempat lain dekat sini?.”
Hinata kembali mengangguk. Sasuke membawa gadis itu ke sebuah restoran keluarga dekat sekolah. Mereka memilih tempat tersepi dan duduk di kursi pojok restoran itu.


Mereka hanya duduk.

Hinata terdiam, menunduk dan tidak berani memandang wajah pria didepannya. Sasuke pun sama. Ia memandangi meja kayu itu dengan pandangan kosong. Tidak satupun diantara mereka  yang membuka suara untuk memulai pembicaraan

Hening

Hening

Hening

“Kau tahu. . . .” Sasuke mencoba membuka percakapan. Beberapa kali ia menelan ludahnya sendiri. Betapa ia sangat gugup kali ini.

Oh God, kenapa Uchiha yang keren ini harus gugup seperti ini?

Bisa berkurang dong kadar kekerenan ‘n ketampanan Uchiha bungsu yang jadi idola cewek-cewek seantero Konoha.

Glek

Terserahlah yang penting sekarang adalah Sasuke harus bisa menemukan Naruto.

.
.
.

-Hinata POV-

Saat aku melewati gerbang sekolah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki tampan yang memanggil namaku.

Siapa dia?

Sepertinya aku pernah melihatnya.

“Hyuga-san, bisa bicara sebentar?.” Tanyanya.

Aku terdiam sebentar, mengingat-ingat laki-laki yang ada didepanku ini.

‘Ah! Aku ingat sekarang.’

Akupun mengangguk. Dia tampak senang dengan reaksiku. Sepertinya dia sadar kalau aku baru mengenalinya.

Dia membawaku ke sebuah restoran keluarga didekat sekolah.

“Kau tau. . .”.

-Hinata POV end-

.
.
.

“Kau tahu . . .” Sasuke terdiam sebentar. “Beberapa saat lalu aku bertengkar dengan Naruto. Aku tidak dapat menghubunginya. Aku sudah mencoba menelponnya tapi nomornya tidak aktif.”

“Ber-bertengkar?. Ke-kenapa?.”

“Ada sedikit masalah. Apa kau kenal dengan yang namanya Akasuna?.”

“A-akasuna? Ah, Sasori sempai.”

Sasuke mengangguk. “Kami bertengkar karena orang itu. Sepertinya aku terlalu cemburu dan . . . kami bertengkar.”

Sasuke menunduk. Ok, baru sekali ini dalam hidupnya ia menunduk didepan orang lain.

“A-anu, Uchiha-san.”

Sasuke mengangkat kepalanya.

“Mu-mungkin Sasuke-san belum tau siapa Sasori senpai.” Jelas Hinata. Sasuke menatap gadis bermata lavender itu dengan lekat. Menunggu penjelasan yang akan didengarnya. “Sa-sasori senpai adalah anak dari teman bibi yang pernah menolong bibi Kushina dulu. Sa-sasori sempai pernah mengatakan dia sudah menganggap Naru adiknya karena ia tidak punya adik perempuan. Ja-jadi tidak he-heran kalau Naruto dengannya. . .

Deg

Deg

Deg

. . .  La-lagipula Sasori senpai sudah punya kekasih. Ja-jadi tidak mu-mungkin Naruto dan Sasori sempai memiliki hubungan tertentu.”

“Apa kau tahu dimana dia?.”

“. . .”

“ Hyuga-san?.” Gadis itu tampak berpikir keras. Ia mengingat kembali sesuatu yang mungkin jadi petunjuk keberadaan sahabatnya itu.

“. . .”

“Hyuga Hinata-san?.”

“A-ano. A-aku hanya ta-tahu Naruto punya kakak di Suna.”

“Suna?.”

Hinata mengangguk. “Di-dia punya kakak laki-laki dan ayah di Suna. Ja-jadi . . .”

Sasuke mengerutkan kedua alisnya tanda ada yang tidak dimengertinya.

‘Kakak? Ayah? Aku tidak pernah tau Naruto punya keluarga lain selain mendiang Ibunya.’ Pikir Sasuke.

 Sasuke mendengarkan perkataan Hinata dengan serius. Siapa tau gadis ini bisa memberi petunjuk dimana Naruto berada. Ia cukup terkejut saat mendengar Naruto memiliki ayah dan kakak karena setahunya Naruto hanya tinggal bersama ibunya. Gadis itu ama sekali tidak pernah menyinggung masalah keluarganya.

Seumur hidupnya baru kali ini ia merasa bodoh. Ia merasa bodoh karena tidak tau apapun tentang sang kekasih. Bagaimana bisa ia mengatakan mencintai Naruto jika ia tidak tau apapun tentang gadisnya?

“A-ano Uchiha-san.”

“Ya?.”

“Su-sudah sore. Saya ha-harus pulang jadi . . .”

“Ah! Gomen. Apa perlu kuantar?.”

Hinata menggeleng. “Ti-tidak, saya akan naik taksi.”

“Baiklah kalau begitu.”

Setelah Hinata pergi, Sasuke kembali kedalam mobilnya. Ia menyandarkan kepalanya di jok mobil itu dan menengadahkan kepalanya. Ia tampak berfikir keras. Lalu dengan tiba-tiba ia mengambil hp yang ada di kantong mantelnya. Ia mendial nomor telfon seseorang.

“Halo, Suigetsu. Aku ingin minta bantuanmu . . . ok. . . temui aku besok ditempat biasa.”

.
.
.
.
.

“Tidak!!! Hentikan!!.” Teriaknya.

Ia menangis. Tapi pria itu tidak menghentikan perbuatannya. Ia justru menampar dan memakinya.

“Bitch!!.”

Ia kemudian memaksa untuk mencium gadis itu. Gadis itu tidak bisa melakukan apapun. Tangannya terikat dasi pada jeruji ranjang itu bahkan saat pria itu mulai melepas paksa kain yang ada di tubuhnya. Ia hanya bisa menangis. Berharap laki-laki yang sedang kalap itu sadar.

Tapi tidak laki-laki itu tidak akan berhenti. Dia terus menciumi tubuh terbalut kulit putih mulus itu dengan rakus. Sesekali ia membuat tanda merah di leher dan dadanya. Tangannya mulai berpartisipasi menelusup di balik gaun berwarna hitam itu.

Tangan kecilnya terus meronta. Tapi apa daya, ia hanya seorang gadis lemah. Ia tidak bisa melawan. Pergelangan tangannya bahkan sudah memerah karna terus bergesekan dengan kain dasi yang mengikat erat tangannya.

“Aaaaaaaaaaakh!!!!!.”

Hanya berteriak dan mencoba melawan yang bisa ia lakukan, meski ia tau itu hanya tindakan sia-sia.

‘Begitu ya?’

‘Jadi beginilah aku dimatamu?’

‘Sebegitu rendahkah aku dimatamu?’
.
.
.

“Hujan badai tengah melanda kota Suna. Menerut para pengamat, hujan badai ini disebabkan oleh angina El nino yang mulai mendekati pantai selatan Jepang. Para penduduk dihimbau untuk tidak keluar rumah selama badai belum reda. Demikian laporan cuaca hari ini. Saya Wakabayashi Eriko melaporkan dari Chanel 9 TV JAPAN.”

.
.

JEGLERRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR (Anggap suara petir ne)

.
.

“Aaaaaaaaaaakh!!!!!.”

Naruto membelalakkan matanya. Ia tersentak dan bangun dari tidurnya. Nafasnya memburu. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya.

“Hah . . . hah . . . hah . . .”

Ia berusaha menenangkan nafasnya. Tangan kanannya memegang dada kirinya. Jantungnya berdetak dengan cepat. Tangannya meremas selimut orange tebalnya. Wajah cantik itu tampak pucat dan ketakutan. Ia tidak dapat menyembunyikan gemetar tubuh akibat mimpinya. Mimpi buruk yang selalu menghantuinya setiap malam. Mimpi buruk yang ingin dilupakannya.

Takut

Rasa takut.

Ya. Rasa itu yang kini menguasainya kini. Mimpi buruk yang selalu menghantui tiap kali ia memejamkan matanya.

Dia tidak bisa apa-apa.

Benar-benar tidak bisa.

TES

TES

TES

Air mata mulai jatuh dan membasahi punggung tangannya yang masih bergetar.

Dia membencinya.

Dia ingin membencinya.

Dia membenci dirinya yang lemah.

Tapi . . .

Dia tidak bisa.

Bodoh!

Benar, dia adalah wanita yang bodoh.

Semuanya hancur karena laki-laki itu.

Tapi tetap saja dia tidak bisa membencinya.

Dia terlalu mencintainya.

Sangat mencintai laki-laki itu.

.
.
.

“Aku mencintaimu Sasuke.”

 .
 .
.

Kyubi terbangun dari tidurnya. Entah mengapa malam ini terasa sangat pengap. Iapun bangun dari tidurnya dan berencana mengambil air minum di dapur  lantai satu. Ia pun melewati kamar Naruto.

“Aaaaaaaaaaakh!!!!!.”

Deg!

Kyubi di depan kamar adiknya saat mendengar teriakan lirih Naruto. Ia melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka. Naruto sedang menangis. Awalnya dia ingin masuk dan menenangkan adik kesayangannya  tapi sesuatu menghentikannya.

“Aku mencintaimu Sasuke.” Lirihnya. Tapi meski begitu, Kyubi masih dapat mendengarnya dengan jelas.

‘Sasuke? Siapa Sasuke? Ada hubungan apa dia dengan Naruto? Aku harus segera mengetahuinya.’ Katanya dalam hati.

Kyubi melenggang pergi dari depan kamar Naruto. Ia tidak jadi mengambil air minum. Ia berbalik menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke atas ranjang king sizenya. Ia memandang langit-langit kamarnya.

Sasuke

Kata itu melintas didalam kepalanya. Nama yang keluar dari mulut adiknya. Nama yang jelas untuk seorang laki-laki. Pasti laki-laki itu tau apa yang sebenarnya terjadi pada Naruto.

“Aku harus tau siapa Sasuke itu. Ya! Aku harus tau.”

.
.
.

Jam sudah menunjuk angka 12 malam tapi Minato belum juga berniat untuk beristirahat. Ia sibuk mempelajari file-file yang akan ditandatanganinya. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, pekerjaannya kian terasa berat. Entah sampai kapan ia harus bekerja seperti ini. Kyubi, putra satu-satunya, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan untuk meneruskan perusahaannya. Minato menghela nafas. Minato menyandarkan punggungnya ke kursi lalu meletakkan kacamata bacanya diatas meja. Ia memijit-mijit pangkal hidungnya. Tampak jelas kelelahan yang tengah melandanya.

Ia melirik ke arah tempat tidurnya. Sara, sang istri sudah tertidur sedari tadi karena kelelahan menemani putrinya membeli beberapa kebutuhan untuk wanita hamil. Sara tampak senang mengurus semua kebutuhan putri bungsunya itu.

Minato membuka laci kanan meja kerjanya. Ia mengeluarkan sebuat pigura persegi usang berwarna emas. Ia membelai kaca pigura kecil itu dengan mata sendu. Pigura berisi sebuah foto bergambar wanita dengan rambut merah menyala yang sedang tersenyum bahagia dengan seorang bayi perempuan berambut pirang dipelukannya. Sungguh hatinya sakit saat mengingat masa lalu.

“Andai kau disini sayang. Andai aku bisa memutar waktu. Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Ini semua salahku.” Lirihnya. “Maafkan aku tidak bisa menjaga putri kita dengan baik. Maafkan aku tidak bisa menemanimu di akhir hidupmu.”

Ia tidak tahan lagi. Air matanya terus berjatuhan sekuat apapun ia menahannya. Membasahi kaca foto berharganya itu. Minato begitu larut dengan kesedihannya hingga tidak menyadari Sara terbangun dari tidurnya. Wanita itu memandang nanar suaminya. Ia tersenyum miris. Bahkan setelah 15 tahun berumah tangga, suaminya masih tetap mencintai istri pertamanya.

Ia tau. Sejak awal ia tau, ia hanyalah duri dalam hubungan Minato dan Kushina.

Andai saja ia dulu tidak egois, mungkin Kushina sekarang ini masih hidup dan bahagia bersama Minato dan selama 15 tahun ini ia tidak akan selalu hidup dalam penyesalan.

Menyesal karena telah menjadi orang ketiga.

Menyesal karena telah menyakiti banyak orang yang tidak bersalah.

Menyesal karena memisahkan anak-anak dari orang tuanya.

Karena keegoisannya, kearogansiannya memaksa Minato untuk berpisah dengan orang yang dicintainya.

Minato memang berlaku baik padanya. Pria itu bahkan tidak menyalahkannya atas apa yang terjadi padanya dan Kushina meski ia tau Saralah yang membuatnya berpisah dengan wanita yang sangat dicintainya. Minato menyalahkan dirinya yang tidak bisa melindungi keluarganya.

Tapi tidak. Ini semua adalah salahnya. Andai dia tidak memaksa Senju Harishima, ayahnya, untuk menikahkannya dengan Minato walau ia tau sudah ada Kushina disamping pria tampan itu. Ayahnya yang begitu mencintainya tentu akan mengabulkan semua permintaannya sesulit apapun itu. Ia bahkan membuat perusahaan Minato hampir bangkrut dan mengancam pria itu akan membunuh Kushina dan anak-anaknya jika ia tidak memenuhi keinginan Sara. Maka dengan berat hati Minato melepaskan Kushina hanya agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak terluka.

Sara menangis dalam diam. Selama 15 tahun ini Minato sama sekali tidak pernah menyentuhnya sedikitpun. Pria itu memang mempelakukannya dengan baik tapi bukan sebagai istri melainkan hanya sebagai adik. Dan yah Sara memang harus puas dengan itu semua. Ia harus bersyukur karena Minato tidak membencinya.

Tapi seperti pepatah yang mengatakan nasi sudah menjadi bubur. Mereka tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu. Sara kini bertekad, meski tidak bisa lagi menebus kesalahannya pada Kushina tetapi paling tidak ia harus melindungi anak-anak itu. Sara akan menyayangi dan menjaga anak-anak Kushina dengan nyawanya.

.
.
.

Sebuah rumah mewah berdiri kokoh di pusat kota Suna. Bangunan bergaya klasik renaissance dengan taman luas dan indah. Di pagar rumah tersebut terpampang sebuah nama

Namikaze.

Yah rumah ini adalah rumah milik keluarga Namikaze. Kalian tidak menyangka kan kalau Naruto yang selalu berpenampilan sederhana adalah seorang nona besar. Keluarga Namikaze adalah keluarga terpandang di Suna. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa kekayaan mereka tidak akan habis untuk tujuh turunan. Bahkan mungkin kalau di bandingkan mereka setara dengan keluarga Uchiha yang menguasai Konoha. Perbedaannya keluarga Namikaze lebih senang berada di balik layar. Beda sekali dengan keluarga Uchiha yang terang-terangan menunjukkan dirinya.

Angin berhembus sejuk hari ini walau hari sudah beranjak siang. Naruto sedang duduk di kursi taman sendirian. Sesekali ia mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Usia kandungannya sudah melewati 3 bulan.

“Naru-chan.”

Naruto menoleh. Ia melihat Sara berjalan dari arah rumah sembari membawa sebuah nampan yang berisi setoples kue kering dan segelas susu ditangannya. Naruto tersenyum. Sara meletakkan nampan itu di sebelah Naruto. Ia kemudian ikut duduk disamping putri cantiknya itu.

“Sudah jam 10. Ayo makan kue dan minum susumu.”

“Ibu tidak usah repot. Kenapa tidak menyuruh pelayan saja.”

“Tidak, ibu ingin melakukannya sendiri untukmu.” Kata Sara sambil menyerahkan segelas susu ke tangan Naruto. “Ayo minum susumu. Oh ya hari ini Naru-chan mau makan apa biar nanti ibu minta pelayan untuk membuatkannya.”

Naruto menggeleng. “Umm, sup.”

“Sup?.”

Naruto mengangguk. “Uhm, sup tomat.”

“Baiklah kalau begitu.” Sara tersenyum. Ia membelai rambut pirang Naruto. Rambut yang sama dengan milik Minato. Sekali lagi, rasa bersalah itu menyergap hatinya. Gadis ini adalah salah satu korban keegoisannya dimasa lalu. Ia berjanji dalam hati untuk melindungi putrinya ini apapun yang terjadi.

Naruto meminum susunya dan memakan beberapa biscuit kering itu. ia beruntung karena tidak mengalami morning sickness seperti pada ibu-ibu hamil lainnya. Ia bahkan tidak mengalami ngidam yang berlebihan dan aneh-aneh. Mungkin anak yang dikandungnya merasakan apa yang dirasakan ibunya sehingga ia tidak mau menyusahkan Naruto.

.
.

Sementara itu di Konoha.

Sasuke menyesap kopinya sesekali. Ia melihat jam tangan rolex yang melekat dipergelangan tangan kirinya. Tampak beberapa wanita yang mencuri-curi pandang ke arahnya. Sasuke tidak peduli. Ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Klining!

“Yo! Sasuke.”

Seorang pria berambut putih datang dengan menggandeng seorang wanita berambut merah disebelahnya. 
Pria berambut putih itu mendekati meja Sasuke.

“Sudah lama?.”

“Hn.”

“Ck, sama sekali tidak berubah. Selalu saja kata itu.”

“Sudahlah. Aku ingin meminta bantuanmu.”

“Eits, tumben kau meminta bantuanku. Apa anak buah keluargamu sudah tidak mampu lagi hmmm?.”

“Ck, sudahlah kau mau membantuku atau tidak.” Kata Sasuke kesal.

“Ok, Ok, jangan marah dulu. Katakana apa yang bisa kubantu.”

“Aku ingin kau mencari seseorang.”

Shuigetsu menaikkan sebelah alisnya.

“Seorang gadis.”

Ia kemudian menyeringai. “Lalu apa imbalanku?.”

“Hmm, seperti biasa.”

.
.
.

Kediaman Namikaze.

Saat ini Kyubi sedang serius berkutat dengan telpon genggamnya. Ibu dan adiknya sedang pergi jalan-jalan. Jadi ia bebas melakukan  apa saja tanpa ada yang akan mengganggu. 

“Kalau kau punya info segera hubungi aku. . . um . . . ya. Secepatnya aku ingin tau siapa yang namanya Sasuke itu.”

Kyubi menutup hpnya lalu menghela nafas. Ia mendudukkan dirinya ke sofa empuk di dekatnya. Ia memijit-mijit pelipisnya sekarang. Terlalu banyak masalah akhir-akhir ini. Membuatnya sedikit lelah dan pusing.

Brakkkk!!!

“Kyuuuuuuuuuuuu-chan.”

Seorang pria berambut raven menerobos masuk ruang keluarga Namikaze dengan tidak elitnya. Pria itu menghambur ke arah Kyubi untuk memeluknya. Sayang, Kyubi menghadiahinya telapak tangan dipipi kanan miliknya dengan penuh perasaan dan penghayatan.

“Cih, apa- apaan kau keriput bagaimana bisa kau menerobos masuk rumahku hah?!.” Marahnya.

“Kyu-chan tambah manis kalo marah.” Ucapnya tanpa peduli aura raja siluman rubah keluar dari tubuh Kyubi.

“Uchiha keriput jelek!.”

Kyubi hampir saja memukul itachi jika saja tidak ada sesuatu yang menghalanginya kali ini.

“Lho ada tamu?.”

Kedua pria itupun mengalihkan perhatiannya ke arah pintu. Disana berdiri Naruto dengan wajah tersenyum.

“Nii-san?.”

“Siapa?.”

“Ah, ini adik perempuanku Tachi. Namanya Naruto.”

Itachi memperhatikan wajah Naruto. Senyum aneh mengembang dibibirnya.

“Hn.”

.
.
.

-TBC-

.
.
.
Saya emang orang yang gak bisa konsisten. Whyyyyyy? --___________________--
Ya udahlah. Hmmm tapi saya tetep merasa ada yang aneh nih dengan cerita ini.
 .
.
.