.
.
.
.
.
Title :
Unfaithful
Disclaimer :
Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this
story is purely mine.
Genre :
Terserahlah.
Rate :
T
Warning :
Broken pair, Frontal, cheating and hatred, GS.
Don’t like don’t read
.
.
.
.
.
.
Cast
Sabaku Gaara.
Uzumaki Naruto (fem)
Haruno Sakura
.
.
.
Summary:
Tak bisakah kau melihatku sejenak saja? Apakah aku begitu
hina dimatamu sehingga kau melakukan ini padaku? Jika memang dia bisa memberimu
kebahagiaan yang tak pernah bisa kulakukan. Maka biarkan aku memohon pada Tuhan
untuk pergi agar kau bisa bahagia.
.
.
.
.
.
.
“Gaara-kun, kau mau kemana? Ini
sudah malam.” Tanya wanita cantik itu.
“Bukan urusanmu.”
“Tapi . . .”
BRAKKK
“AKU BILANG BUKAN URUSANMU,
PEREMPUAN MENJIJIKKAN.” Kata Gaara marah. Ia mendorong tubuh kecil wanita itu
untuk menyingkir dari pintu.
“Akh.” Ia terjatuh tapi Gaara
tidak peduli. Ia terus melangkah keluar dari rumah mewah yang selama 1 tahun
ini jadi tempat tinggal resminya.
Wanita itu menunduk pedih. Ia
menangis.
‘Seburuk itukah aku dimatamu
Gaara-kun? Berapa lamakah aku harus bertahan disini?.’
.
.
.
Naruto teringat kejadian
setahun yang lalu saat ia pertama kali melihat suaminya.
“Naruto, ini calon suamimu,
Sabaku Gaara.” Minato memperkenalkan pria berambut merah itu kepada sang putri.
Naruto membulatkan matanya. Di usianya yang baru menginjak 21 tahun ia harus
menerima kenyataan bahwa ia telah di jodohkan padahal ia masih ingin menggapai
cita-citanya dan juga cintanya.
Namun apalah daya, Naruto
hanyalah seorang anak berbakti yang menuruti keinginan orang tuanya. Ia tidak
ingin mengecewakan orang tuanya dengan menolak perjodohan itu. Ia yakin bahwa
pilihan orang tuanya pasti baik.
Tapi benarkah? . . .
Setelah 3 bulan dari perkenalan
itu, keluarga Namikaze dan Sabaku sepakat untuk mengikat kedua orang yang masih
merasa asing itu dalam ikatan pernikahan. Bagaimana tidak asing jika baru 1
kali kamu melihat calon suamimu. Pernikahan bisnis, bisa dikatakan pernikahan
kedua keluarga pengusaha itu untuk menggabungkan perusahaan mereka agar menjadi
lebih besar.
Pernikahan sederhana yang di
hadiri keluarga dan rekan bisnis masing-masing. Naruto hanya menginginkan pesta
pernikahan sederhana dan khidmat. Minato mengantar putrinya ke altar untuk
menyerahkan putri tercintanya pada pria yang di pilihnya sebagai menantu. Pria yang
diharapkan mampu membahagiakan sang putri. Naruto berdoa dan berharap
pernikahannya akan bahagia seperti kedua orang tuanya. Tapi apalah daya, ia
hanya manusia biasa yang tidak bisa menentang takdir Tuhan.
Ia tidak bahagia.
Tidak pernah bahagia.
Gaara tidak pernah mau
menyentuhnya, memandangnya seolah ia adalah manusia paling menjijikkan di
dunia. Tidak jarang pria itu melayangkan pukulannya ke tubuh Naruto. Naruto hanya
bisa menangis dalam hati. Mengadu? Tidak, tidak terbesit sedikitpun dirinya
mengadu pada kedua orang tuanya. Ia tidak tega ketika melihat kebahagiaan orang
tuanya. Bagi orang tuanya, Gaara adalah menantu sempurna. Walau pada kenyataannya
tidak seperti itu. Makian, bentakan bahkan pukulan sudah menjadi makanannya
sehari-hari. Tapi Naruto tetap mencoba bertahan. Ia selalu mengingat ajaran
ibunya untuk berbakti pada sang suami. Ia tidak mau mengecewakan orang tuanya.
Naruto bersabar, berharap
suaminya akan berubah. Berharap pada pernikahan yang salah ini.
.
.
.
“Akh! Gaara-kun. . . .”
“You’re so tight babe . . .”
“Ah!!!!.”
Naruto baru saja pulang belanja
saat mengetahui perselingkuhan suaminya. Naruto membeku saat mendengar suara
itu. Air matanya menetes dengan deras. Ia melihat dengan matanya sendiri
suaminya sedang bercumbu dengan wanita lain di ranjang yang seharusnya juga
miliknya. Seharusnya? Ya, seharusnya. Pada kenyataannya mereka menggunakan
kamar yang terpisah sejak mereka menikah. Di malam pengantinnya, Gaara
mengusirnya dari kamar yang seharusnya mereka tempati bersama.
‘Jadi karna diakah Gaara-kun?.’
Naruto menangis dalam diam.
Naruto menangis. Ia terluka. Tanpa
rasa bersalah, Gaara terang-terangan bermesraan dengan gadis itu. Mengatakan pada
gadis itu bahwa dia mencintainya. Tidak mengakui bahwa Naruto adalah istri
sahnya.
“Sayang, dia siapa?.” Tanya wanita
berambut merah muda yang sedang bermanja-manja pada Gaara. Bohong kalau dia
tidak tau siapa Naruto. Anak bungsu keluarga Namikaze yang kaya raya. Tapi apa
pedulinya? Salahkan Naruto yang berani mengganggu hubungannya dengan Gaara. Salahkan
gadis itu yang tiba-tiba hadir diantara dirinya dan Gaara. Jangan salahkan dia
jika dia hanya mempertahankan miliknya.
“Dia- dia pembantu.” Kata Gaara
dingin. Naruto tertohok. Jadi serendah itulah dia di mata Gaara. Naruto berlari
menuju kamarnya sambil menahan air mata.
“Ukh! Aku takut dia merebutmu
dariku.” Kata wanita itu sambil melirik Naruto. Ia menatap kepergian Naruto
dengan sinis. “Dia . . . cantik.”
“Aku tidak akan tertarik
padanya. Aku hanya mencintaimu.”
“Benarkah?.”
“Tentu saja.”
“Lalu kapan kau akan melamarku?
Aku tidak mau membesarkan dia sendirian.” Katanya manja.
“Secepatnya sayang.”
Bagi Gaara gadis itu hanyalah
seorang pengganggu. Jika bukan karena gadis itu ayahnya tidak akan memaksanya
menikah. Jika bukan karena gadis itu ia pasti sudah bahagia dengan kekasih yang
sudah bersamanya sejak 3 tahun lalu. Terlebih lagi kini dia memiliki alasan
kuat untuk memutuskan belenggu pernikahan ini. Hari itu Gaara melemparkan
sebuah map biru di depan Naruto.
“Tanda tangan!.” Ucapnya dingin.
Naruto menggeleng sambil
menangis. Tangannya mencengkram terusan berwarna biru muda yang kini di
pakainya.
PLAKK!
“KUBILANG TANDA TANGAN!.”
“A-aku tidak mau . . .”
PLAKK!
PLAKK!
PLAKK!
Pukulan demi pukulan di hantamkan ke wajahnya. membuat pipi mulus itu membiru.
“Baik! Jika tau tidak mau
dengan cara baik-baik maka aku akan memaksamu.” Gaara menarik kasar tangan Naruto.
Ia memaksa gadis itu menandatangani surat cerai itu. Perbedaan kekuatan mereka
membuat Naruto tidak bisa melawan. Tanpa memakan banyak waktu dan perlawanan surat
itu sudah terbubuhi tanda tangannya.
Gaara langsung mengusir gadis
itu meski hari sudah malam di tambah lagi hujan sedang turun dengan derasnya. Ia
melempar tas besar milik Naruto tanpa peduli tas itu mengenai tubuh ringkih
sang mantan istri.
“Pergi dari sini! Kita sudah
tidak ada hubungan apa-apa lagi!.”
Ia membanting pintu rumah itu
di depan Naruto.
.
.
.
Gadis itu berjalan di tengah
hujan gerimis. Membiarkan tubuhnya menggigil kedinginan. Ia tidak tau lagi
harus kemana. Ia tidak ingin pulang kerumah orang tuanya. Ia takut jika mereka
kecewa padanya.
‘Apa salahku hingga nasibku seperti ini?.’ Tanya
dalam hati.
Naruto berjalan sambil
menangis. Pandangannya kabur karena airmata yang menggenang di kedua mata
sapphire indah miliknya. Semua pengorbanannya selama ini berakhir sia-sia. Dulu
ia berharap suaminya bisa berubah dan mencintainya tapi ternyata tidak.
Laki-laki itu sama sekali tidak berubah.
Naruto terus berjalan tanpa
menyadari bahwa lampu lalu lintas sudah berwarna hijau. Ia tidak menyadari
sebuah mobil melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi. Mata Naruto membulat.
.
.
.
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN
BRAKKKK!
.
.
.
-END-
.
.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar