.
.
.
.
.
Disclaimer :
Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this
story is purely mine.
Genre :
Terserahlah.
Rate :
T
Warning :
Broken pair, Frontal, cheating and hatred, GS.
Typo bertebaran karena Loli males edit.
Don’t like don’t read
.
.
.
Sekuel: Unfaithfull
.
.
.
Cast
Uzumaki Naruto as Namikaze (Uchiha) Naruto (fem) .
Uchiha Sasuke as Uchiha Sasuke
Haruno Sakura as Haruno (Sabaku) Sakura.
Sabaku Gaara as Sabaku
Gaara.
Cast lain mendukung.
.
.
.
Summary:
Tidak semua yang putih itu baik dan semua yang hitam itu jahat.
.
.
.
.
.
.
Chapter
1. Broken Angel?
.
.
.
.
.
.
Sepasang pria dan wanita muda
melangkah keluar dari pintu kedatangan dengan penuh rasa percaya diri. Pasangan
itu sepertinya menarik banyak mata untuk menoleh. Bagaimana tidak, sang pria
sangat tampan dengan rambut raven yang di tata ala spike sedangkan sang wanita
tampak manis dengan mata biru besar dan rambut pirang halus mengundang siapa
saja untuk membelainya. Wanita itu bergelayut manja di lengan sang pria yang
nampak gagah itu.
“Naruto, Sasuke.” Panggil
seorang pemuda berambut merah yang sudah menunggu mereka sejak tadi.
Wanita yang di panggil Naruto
itu tampak senang. Ia melepaskan pegangannya pada pria raven itu hendak berlari
menyongsong sang pria oranye. Tapi lengannya di cekal oleh pria raven itu.
“Hati-hati Dobe.”
“Wakatta.” Naruto mencebilkan
bibirnya karena kesal. Padahal ia ingin segera memeluk sang kakak.
“Arashi-nii, bagaimana
kabarmu?.” Tanya Sasuke.
“Baik. Kaa-san dan Tou-san
juga. Aku sudah lama menunggu kalian.” Pria yang di panggil Arashi itu memeluk
Naruto dengan erat. “Bagaimana kabarmu Imouto?. Genki desu ka?.”
“Um.” Naruto mengangguk dalam
pelukan Arashi.
“Ayo, Kaa-san dan Tou-san sudah
menunggu.” Ucapnya sembari melepaskan pelukannya. Ia segera melangkah
meninggalkan bandara itu bersama Naruto dan Sasuke.
.
.
.
“Untuk apa kau ke mari membawa
perempuan jalang itu?.” Tanya wanita berambut pirang itu dengan sinis. Ia
menatap tajam wanita itu, sedang yang di tatap hanya menundukkan kepalanya.
“Aku ingin bertemu ayah.”
“Untuk apa kau menemuiku?.” Seorang
pria paruh baya tiba-tiba muncul dari rumah besar itu. Kazekage Sabaku, kepala
keluarga Sabaku sekaligus ayah dari Temari, Kankurou dan Gaara.
“Tou-san.”
“Katakan tujuanmu kemari anak
muda.” Katanya dingin. Ia menatap tajam pada wanita yang ada di belakang
putranya. Tampak jelas bahwa ia tidak menyukai wanita itu.
Pria itu menyadari arah tatapan
menusuk ayahnya. “Tidak bisakah ayah menerimanya?.”
“Setelah apa yang di akibatkan
olehnya? Kurasa kau tau jawabannya anak muda.”
“Aku mencintainya ayah, tidakkah
ayah melihatnya?.”
“Kalau kau mencintainya, kenapa
kau mau menikah dengan Naruto?!.”
Pria itu menunduk. “Aku tidak
mau membuat ayah kecewa.” Lirihnya.
“Well, bad luck for you. You
already did. Kau membuatku sangat sangat sangat kecewa Gaara.” Katanya dengan
lemah. “Kau membuat persahabatan yang kubangun selama berpuluh-puluh tahun
hancur begitu saja. Aku bahkan tidak memiliki muka untuk meminta maaf pada
Minato untuk apa yang kau perbuat pada putrinya. Seharusnya kau mengatakan
dengan jujur saat itu . . .” Tubuh pria tua itu oleng.
“Ayah!.” Wanita berambut pirang
itu dengan sigap menopang tubuh ayahnya.
“Ayah . . .”
“Pergilah, aku ingin
istirahat.” Pria tua itu berjalan ke dalam rumah dengan di bantu putrinya.
“Tapi . . .”
“Pergilah Gaara. Apa kau tidak
melihat Tou-san sedang tidak enak badan?.” Kata Temari dengan nada meninggi.
Dengan berat hati Gaara
meninggalkan kediaman Sabaku tersebut. Temari membantu ayahnya berjalan menuju
kamarnya. Ia juga membantu pria paruh baya itu berbaring di tempat tidurnya.
“Istirahatlah ayah.”
“Aku merasa bersalah pada
Minato.”
“ . . .”
“Karena aku putrinya . . .”
“Itu bukan kesalahan ayah. Ini
kesalahan adikku yang bodoh itu.”
“Tapi tetap saja. Jika saja aku
tidak menjodohkan gadis cantik itu dengan Gaara semuanya tidak akan menjadi
seperti ini.”
“Sudahlah ayah, kita berdoa
saja semoga paman Minato mau membuka hatinya untuk kita dan memaafkan keluarga
kita.”
.
.
.
“Bagaimana sayang? Kau
menyukainya?.” Tanya Kushina. Dia merasa cemas karena putrinya tampak pucat.
“Kau baik-baik saja kan? Bisa memakannya?.”
“Um tidak apa-apa Kaa-san.”
Naruto mengangguk.
“Apa kau menginginkan sesuatu?
Merasa mual? Atau pusing? Biar Tou-san memanggilkan dokter untukmu.”
Naruto memandang jengah kedua
orang tuanya yang sedari tadi bersikap berlebihan.
“Aku baik-baik saja. Kalian
tidak perlu khawatir.”
“Tapi . . .”
“Tou-san, bukankah Imoutou
sudah bilang baik-baik saja. Kalian tidak perlu cemas.” Kata Arashi yang juga
jengah dengan sikap bodoh kedua orang tuanya. (Ck, anak durhaka ngatain orang
tuanya bodoh.)
“Tapi . . .” Minato masih tidak
terima.
“Sudahlah, Tou-san. Naru-chan
tidak apa-apa.” Kata wanita pirang yang duduk di samping kursi Naruto. Namikaze
Shion, istri dari Arashi. Ibu satu anak itu masih terlihat cantik di usianya
yang sudah menginjak kepala 3. Ia tengah menyuapi anak lelakinya yang baru
berumur 6 tahun.
“Shion-nee~~~ Aku ingin makan
Ramen buatan Nee-san.” Kata Naruto sambil bergelayut manja di lengan Shion.
“Ne ne ne.” Kata Shion sambil
tersenyum. Ia terlihat sangat menyayangi adik iparnya itu. Ia mengusap-usap
kepala pirang itu dengan sayang.
.
.
.
Sasuke merapatkan selimut istrinya.
Naruto tertidur damai setelah makan malam tadi. Istrinya pasti lelah setelah
perjalanan panjang dari Amerika apalagi sekarang istri tercintanya tengah
berbadan dua. Sasuke mengecup dahi istrinya itu dengan sayang.
“Selamat tidur sayang.”
Ia melangkah sepelan mungkin
keluar dari kamar itu. Di luar Arashi sudah menunggu. Pria berambut merah itu
menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada.
“Dia sudah tidur?.”
“Hn.”
“Ayo, Kaa-san dan Tou-san sudah
menunggu.”
Arashi dan Sasuke berjalan
menuju ruangan di ujung lorong kiri rumah itu. Mereka menuju ruang kerja
Minato. Disana sudah menunggu mertuanya juga kakak iparnya.
“Sasuke.”
“Duduklah suke.”
Sasuke duduk di salah satu sofa
panjang itu. Semua orang menatap ke arahnya.
“Kenapa kau kembali kemari Suke?
Bukankah Kaa-san dan Tou-san sudah melarangmu?.”
“Gomen ne Tou-san, Naruto
memaksa ingin kembali ke sini. Ia mengatakan ingin menghabiskan waktu bersama
kalian selama ia hamil dan melahirkan.”
“Kau tidak bisa mencegahnya?.”
“Naruto akan marah dan menangis
jika aku melarangnya. Tou-san tau sendiri, aku tidak bisa melihat istriku
menangis. Aku tidak bisa Tou-san.”
“Bagaimana kalau dia
mengingatnya? Kaa-san takut Naru mengingatnya.” Tubuh Kushina bergetar ketika
mengingat semua penderitaan putri kesayangannya. Shion mengusap pundak
mertuanya itu untuk menenangkannya.
-Flashback-
Sudah beberapa hari Naruto
tidak sadarkan diri. Orang tuanya secara bergantian menjaganya. Takut
kalau-kalau putri kesayangan mereka bangun. Seperti saat ini. Kushina hampir
saja tertidur di kursi di dekat ranjang sang putri jika suara itu tidak
memanggilnya.
“Kaa-san . . .” Ucapnya dengan
suara parau.
“Kau sudah bangun Naruto?.”
“A-ir . . .”
Kushina mengerti ucapan
putrinya. Ia segera mengambil segelas air dan membantu putrinya minum.
“Aku kenapa?.”
“kau tidak ingat?.” Tanya Kushina
heran. Naruto mengangguk lemah. Kepalanya terasa sangat pusing. Ia dapat
merasakan bahwa kini kepalanya di lilit perban. “Kau kecelakaan, sayang.”
“Kecelakaan?.”
Kushina tidak bisa menahan air
matanya saat melihat Naruto. Tidak dapat di bayangkannya kehidupan seperti apa
yang dilalui sang putri dengan menantu yang ia kira bisa membahagiakan
putrinya.
“Kenapa tidak mengatakan pada
Kaa-san kalau kau tidak bahagia? Kenapa tidak
bilang kalau suamimu berselingkuh?. Kaa-san sangat sedih Naruto.” Kata
wanita merah itu sambil menangis.
Naruto mengernyitkan dahinya.
“Suami? Siapa?.”
.
.
.
“Sepertinya Naruto-san
mengalami amnesia karena benturan keras di kepalanya. Ia sepertinya hanya
melupakan kejadian beberapa tahun belakangan.”
“Apa Naruto bisa mengingat masa
lalunya kembali?.”
“Kemungkinan itu ada.”
“Kapan dia akan ingat?.”
“Tidak pasti, tergantung ada
tidaknya faktor yang membuat ingatannya kembali. Tapi tolong jangan memaksanya
untuk mengingat. Akan sangat berbahaya untuknya.”
“Apa tidak ada efek sampingnya?
Maksudku hal buruk yang terjadi?.”
“Naruto bisa mengalami sakit
kepala hebat dan lebih buruk ia bisa mengalami pendarahan otak yang bisa
berakibat kematian.”
Orang tua dan kakak Naruto
termenung.
-Flashback End-
Ruangan itu hening. Semua orang
terdiam dalam pikiran masing-masing. Satu yang pasti mereka semua tidak ingin
terjadi hal yang buruk pada putri satu-satunya keluarga Namikaze.
.
.
.
“Kita hanya bisa mencoba untuk
mencegah agar Naruto tidak mengingat Sabaku Gaara.”
.
.
.
Kelopak yang melindungi mata
shappire itu terbuka dengan perlahan. Ia menolehkan kepalanya ke jendela yang
kini telah di terangi sinar bulan. Ia memandang jendela itu dengan pandangan
sayu sebelum menutup matanya kembali.
.
.
.
Sakura, wanita yang kini telah
resmi menjadi istri Sabaku Gaara menggeliat dan terbangun dari tidurnya. Ia
membalikkan tubuhnya dan memandang wajah sang suami yang masih tertidur. Ia
tersenyum. 5 tahun sudah pernikahan mereka lalui dengan bahagia. Hanya saja . .
.
Sakura menghela nafas, ia
bangkit dari tempat tidur dan segera menuju dapur untuk memulai rutinitas
setiap pagi sebagai seorang istri. Di rumahnya memang ada seorang pembantu yang
membantunya melakukan pekerjaan rumah. Chiyo namanya, wanita paruh baya itu
sudah bekerja pada Gaara sejak suaminya menikah dengan istri pertamanya. Ah
bicara soal istri pertama, sampai saat ini Sakura tidak mengetahui keberadaan
wanita itu. Berita terakhir menyebutkan bahwa wanita itu kecelakaan dan di bawa
keluarganya entah kemana. Jangan anggap Sakura peduli, ia hanya tidak ingin
wanita itu kembali mengganggu hidupnya dan Gaara.
Sakura merasakan pelukan erat
di pinggangnya. Tanpa menolehpun ia tau siapa yang memeluknya dari belakang.
Gaara, suaminya, meletakkan kepalanya di
bahu kecilnya.
“Sudah bangun.”
“Hmm.” Gumamnya tidak jelas.
“Sarapan dulu. Aku sudah
membuat omelet untukmu.” Ucap Sakura dengan lembut.
Mereka sarapan berdua karena
kemarin bibi Chiyo mengatakan tidak bisa masuk karena anaknya sakit.
“Oh ya, nanti malam salah satu
partnerku mengadakan pesta dan kita di undang ke sana.” Kata Gaara sambil
menyuapkan sarapan buatan istri tercinta ke mulutnya. “ Jam 7 nanti aku akan
pulang dan menjemputmu.”
“Benarkah?.” Tanya Sakura
menyakinkan. “Baiklah kalau begitu.”
Pagi itu sarapan di lalui
mereka dengan canda tawa. Sakura membantu Gaara untuk bersiap-siap ke kantor.
Setelah Gaara pergi, ia segera menuju salon langganannya dan menyiapkan diri
untuk acara nanti malam. Ia tidak mau membuat suaminya malu jadi ia harus
tampil sesempurna mungkin.
.
.
.
Gaara sampai di kantornya. Ia
langsung di sambut oleh karyawan yang memberi hormat padanya. Begitu sampai di
ruangannya, ia mendudukkan diri di kursi tinggi miliknya dan mulai bekerja
dengan tenang.
Tok Tok Tok.
“Masuk.”
Seorang pria masuk ke ruangan
Gaara di ikuti seorang gadis berambut merah di belakangnya.
“Permisi direktur. Saya membawa
pegawai yang akan menjadi sekretaris baru anda.”
“Ah, ya.”
Sekretaris Gaara baru saja
mengundurkan diri tanpa alasan jelas. Padahal Gaara sangat menyukai pekerjaan
sekretarisnya itu. Gaara memperhatikan penampilan sekretaris barunya. Wanita
itu memiliki tubuh indah dan tinggi semampai. Ia memakai kemeja dengan lengan
panjang berwarna pink pastel dan rok span pendek berwarna merah maroon setengah
paha. Kakinya tampak indah dengan high heels berwarna hitam. Kacamata berwarna
merah yang sangat cocok dengan warna rambutnya. Wajahnyapun tak kalah cantik
dengan tubuhnya. Gaara akui, wanita itu sangat cantik.
“Shimura Karin desu.” Katanya
sambil memberi hormat pada Gaara. Ah bahkan suara terdengar sangat indah. Gaara
termenung sejenak.
“Direktur?.”
Panggilan itu membuat Gaara
terbangun dari lamunannya.
“Ah, kau bisa bertanya pada
asistenku tugas apa saja yang harus kau kerjakan. Sekarang pergilah.” Kata
Gaara sambil mengalihkan perhatiannya ke berkas yang tadi di kerjakannya.
Mereka memberi hormat sebelum
keluar dari ruangan Gaara. Karin mengikuti manager personalia untuk keluar.
Saat di depan pintu ruangan itu, ia melirik Gaara dengan ekor matanya sambil
tersenyum.
.
.
.
Wanita itu memutar-mutar
tubuhnya di depan kaca yang tingginya setinggi tubuh miliknya. Dahinya tampak
berkerut. Bibirnya mengerucut.
“Kenapa heum?.” Tanya pria yang
sejak tadi memperhatikan tingkah lucu istrinya. Pria itu hanya tersenyum.
“Aku tampak gemuk.”
Pria itu melangkahkan kakinya
dan menghampiri sang istri. Ia menyelipkan kedua tangannya ke pinggang ramping sang
istri dan memeluknya posesif.
“Tidak, kau cantik. Sangat
cantik.” Katanya pada sang istri. Ia mengusap-usap perut istrinya yang masih
ramping. “Dan sangat sexy.” Bisiknya dengan erotis di telinga wanita itu. Ia
melirik tubuh istrinya dengan pandangan er- . . .
“Yak! Dasar mesum!.” Teriak
wanita itu saat menyadari kemana tatapan suaminya. Ia langsung menutupi belahan
dadanya dengan kedua tangannya. Wajahnya tampak memerah karena malu.
“Hahahaha.” Suara tawa itu
pecah seketika.
.
.
.
Pesta yang di adakan di hotel
mewah itu sangat meriah. Makan mewah, wine serta champagne mahal menghiasi
pesta pernikahan salah satu keturunan keluarga Hyuga itu. Wajah-wajah penting
serta artis-artis terkenal memenuhi undangan salah satu keluarga terpandang di
kota itu.
“Hyuga-san.”
Pria berambut coklat panjang
itu menoleh.
“Oh, Sabaku-san.”
“Selamat. Pesta yang meriah
seperti biasa.”
“Arigatou. Kenalkan ini istriku
Ten ten.” Pria itu memperkenalkan wanita yang bersama dirinya.
“Hajime mashite.” Ucapnya
sopan.
“Hajime mashite.”
“Ayo silahkan nikmati pesta
ini.” Kata Neji. Mereka berbincang mengenai berbagai hal terutama bisnis dan
kemungkinan perusahaan mereka bekerja sama.
“Neji, mereka belum datang?.”
“Hmm, sepertinya belum.”
Perhatian mereka teralih saat
mendengar suara riuh dari pintu masuk. Sepasang manusia sedang berjalan ke arah
mereka. Melewati barisan manusia yang seolah menyingkir untuk memberi kedua
manusia itu jalan. Pasangan Hyuga dan Sabaku itu membulatkan matanya.
.
.
.
“Are you ready, honey?.”
“ ‘Bit nervous. I guess.”
“It’s ok. I’m with you.
Everything gonna be Ok.” Pria itu menggengam jemari wanita yang duduk di
sampingnya. Wanita itu menoleh ke arah sang pria dan tersenyum. Pria itu balas
tersenyum
“Baiklah.”
Sopir mereka membuka pintu
mobil sang pria kemudian sang pria menuju ke sisi pintu sang wanita dan
menggandengnya keluar dari mobil. Sang sopir memberi hormat kepada para
tuannya.
.
.
.
“Omedeto.”
“Kalian datang?.”
“Bagaimana kami tidak datang
jika yang menikah adalah sahabat kami.”
Mereka berbincang akrab sampai
Neji menyadari keberadaan pasangan Sabaku muda.
“Ah ya kenalkan, mereka adalah
Sabaku Gaara-san dan Sakura-san.”
Pasangan muda itu tersenyum
pada Gaara dan Sakura.
“Perkenalkan aku Uchiha Sasuke
dan ini istriku, Uchiha Naruto.” Kata Sasuke memperkenalkan diri.
Gaara memandangi dengan detail
penampilan gadis itu. Dibanding 5 tahun lalu penampilannya berubah banyak.
Gaara tidak pernah tau kalau gadis itu memiliki tubuh seindah ini. Dulu saat
mereka masih bersama, gadis itu selalu memakai pakaian sopan dan tertutup serta
blazer sehingga lekuk tubuhnya tidak terlihat. Sekarang lihatlah penampilannya.
Gaun strapless berwarna kuning terang dengan mermaid cut membalut tubuh seksi
ala gitar Spanyol itu. Detail riffle berbentuk mawar memberi keindahan
tersendiri. ia memakai aksesoris minim berupa kalung berlian dan sebuah anting
tindik kecil. Agaknya ia ingin menonjolkan gaunnya sehingga ia tidak memakai
aksesoris dan make up berlebihan. Gaara akui selera wanita itu cukup bagus.
“Apa kalian sudah kenal?.”
“Hn, tidak ini pertama kali
kita bertemu. Bukan begitu sayang?.” Tanya Sasuke pada Naruto. Naruto hanya
mengangguk sambil tersenyum menatap Sasuke.
“Ne, ini pertama kali kita
bertemu, iyakan Sabaku-san?.”
Gaara dan Sakura terlihat
terkejut. Gaara mencari setitik kebohongan di mata Naruto tapi ia tidak
menemukannya. Apa yang sebenarnya terjadi?
“I-iya ini pertama kalinya.”
Jawab Sakura gugup. Sakura mengira Naruto berpura-pura tidak mengenal mereka.
“Oh ya, kapan-kapan mainlah ke
mansion Namikaze, selama setahun ke depan kami akan tinggal di sana.” Kata
Sasuke pada Neji.
“Benarkah?”
Pasangan Uchiha itu mengangguk.
“Naruto ingin menghabiskan masa kehamilannya bersama Kaa-san dan Tou-san.”
Keempat orang itu tampak
terkejut sedangkan Naruto menunduk dengan wajah memerah karena malu. Ia memukul
lengan suaminya dengan pelan.
“Aigo, kalian baru 3 bulan
menikah sudah memiliki anak. Ck dasar Uchiha.”
“Benarkah itu Naru-chan? Sudah
berapa bulan?.” Tanya Ten ten yang kini berdiri di samping Naruto.
“Satu bulan.” Ucap Naruto
malu-malu.
“Jadi kita bisa selalu bersama.
Ah jadi ingat saat ada di Amerika dulu.” Kata Neji.
Yah, keempat orang itu memang
bertemu saat berada di Amerika. Ten ten yang saat itu sedang praktek lapangan
bekerja di rumah sakit tempat Naruto di rawat. Neji melanjutkan kuliahnya serta
mengurus hotel Hyuuga yang ada di negeri paman Sam itu karena menemani sang
tunangan. Sasuke juga kebetulan kuliah di tempat yang sama dengan Neji. Tahukah
kalian jika Sasuke dan Naruto adalah sepasang kekasih? Sayang hubungan itu
putus karena Naruto di jodohkan, tapi sepertinya mereka memang berjodoh karena
ternyata takdir mempertemukan mereka kembali. Setelah Naruto benar-benar
sembuh, ia langsung melamar gadis pujaan hatinya itu dan tentu saja Naruto
menerimanya dengan senang hati. 3 bulan lalu mereka menikah dengan hanya
mengundang kerabat dan teman dekat. Sasuke juga tau kondisi Naruto yang
sebenarnya dari Arashi.
.
.
.
Pria paruh baya itu menundukkan
badannya. Ia merasa malu pada orang yang ada di depannya.
“Maafkan kesalahan anakku
Minato. Aku sungguh menyesal tidak bisa mendidiknya dengan benar.” Kata pria
tua itu dengan sedih. Sedang pria pirang di depannya hanya menatapnya datar. Ia
tidak tau harus berkata apa. Anak-anaknya yang menemaninya pun tidak bisa
berkata apa-apa. Mereka tau bahwa ini juga kesalahan keluarga mereka.
“Sudah maafkan Kazekage-san
Minato. Bagaimanapun ia adalah sahabatmu sejak muda.” Kata Kushina sambil
mengelus pundak suaminya.
“Benar Tou-san, paman Kazekage
sudah minta maaf. Tidak baik memupuk kebencian seperti ini.” Tambah Shion yang
sedang memangku anaknya.
Minato terdiam sejenak kemudian
menghela nafas.
“Tidak ada yang perlu di maafkan.
Aku tau ini bukan salahmu.” Ucap Minato pada akhirnya. Jujur Minato sakit hati
jika mengingat saat putri tercintanya terbaring kritis karena kecelakaan laknat
itu. Tapi sisi hatinya juga tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Ia dan Kazekage
sudah berteman sejak kecil.
“Minato.”
“Tapi aku tetap tidak akan bisa
melupakan perbuatan anakmu pada putriku. Karena anakmu aku hampir kehilangan
putriku Kazekage.”
“Aku tau, aku tau Minato.” Kazekage
mengangguk.
“Dan tolong jangan pernah
mengungkit pernikahan anak-anak kita Kazekage. Putriku sudah bahagia dengan suaminya
yang sekarang. Aku tidak mau dia mengingat masa lalunya yang buruk bersama
putramu. Aku ingin dia bahagia.”
“Tapi. . .”
“Naruto amnesia.” Kata Kushina
menjelaskan. Kazekage, Temari dan Kankurou tampak terkejut. “Dan kami sepakat
tidak ingin membeberkan masa lalunya bersama putramu Gaara. Biarlah itu jadi
rahasia keluarga kita.”
Kazekage terdiam.
Mungkin ini adalah jalan yang
terbaik untuk keluarga mereka.
“Aku mengerti.”
.
.
.
Sakura menyisir rambutnya di
depan meja rias sedang Gaara bersandar di tempat tidur mereka. Pikiran mereka
masih terpaku pada kejadian di pesta tadi. Mereka tidak menyangka akan bertemu
dengan Naruto apalagi saat melihat perubahan drastis wanita itu. Mereka juga
bingung kenapa wanita itu seolah tidak mengenali mereka.
“Kau tahu . . .” Ucap mereka
bersamaan.
“Kau duluan saja Sakura.”
“Um, tadi . . . wanita itu
seolah tidak mmengenali kita.” Kata Sakura tidak yakin.
“Aku juga . . . Ada yang aneh.”
“Tapi paling tidak dia sudah
menikah dengan orang lain. Itu artinya dia tidak akan mengganggu kita.” Kata Sakura
sambil meletakkan sisirnya di meja rias. Ia berjalan ke sisi tempat tidurnya.
“Hmm, kau cemburu?.”
“Tidak.” Jawab Sakura cepat. ‘Hanya
saja . . .’ Ia mengelus perutnya dengan pandangan kosong.
Gaara yang menyadari itu
langsung memeluk istrinya. “Sudah jangan terlalu di pikirkan. Anak kita sudah
bahagia di sana.”
“Tapi . . .”
“Sst, sudahlah ayo tidur.”
Jika seandainya saja kejadian
itu tidak terjadi, mungkin sedang melihat tingkah anak mereka yang sedang
lucu-lucunya. 5 tahun lalu, Gaara nekat menikahi Sakura tanpa restu
keluarganya. Keluarganya marah besar apalagi setelah tau tentang sikap Gaara
selama ini pada Naruto. Gaara tidak peduli. Ia hanya ingin hidup bersama wanita
yang dicintainya juga calon anaknya. Sayang impiannya tidak terwujud. Saat usia
kandungan Sakura berusia 5 bulan, wanita itu menjadi korban tabrak lari. Bayinya
tidak bisa di selamatkan. Meski dokter mengatakan mereka masih bisa memiliki
anak lagi tapi entah mengapa sampai sekarang mereka belum juga di beri
keturunan.
.
.
.
Karmakah?.
.
.
.
-TBC-
.
.
.
Loli note: pengen bikin
twoshoot ternyata nggak bisa (TT_TT)
.
.
.