Disclaimer : Naruto isn’t mine.
Genre : Terserahlah.
Rate : T-M
Warning : Broken pair, Frontal, cheating and
hatred. OOC (ok, saya menyerahkan sepenuhnya pada reader, saya tidak mematok
bagaiman sifat charanya).
Don’t
like don’t read
Pair : Sasufemnaru slight
Shikafemnaru (ditulis biar kaga ada yang komplen :P).
.
.
.
.
.
Cast
Uchiha
Sasuke
Nara
(Uzumaki) Naruto
Nara
Shikamaru.
Uzumaki
Karin.
Nara
Shikaku.
Cast
lain menyesuaikan.
.
.
.
Summary:
Saat masa lalu datang kembali membawa sejuta kenangan indah dan juga kenangan
buruk. Apakah kamu akan berbalik ataukah lari?
.
.
.
Chapter 1. My Life Now
.
.
.
Wanita itu menatap kearah langit malam yang begitu
gelap dari balkon kamar tidurnya. Tidak ada bintang dan bulan yang biasanya
bertengger disana. Langit itu tertutup mendung seperti yang sekarang dialami
wanita ini. Tanpa terasa air matanya terjatuh. Sungguh kerinduan ini terasa
begitu menyakitkan.
“Mom.”
Buru-buru Naruto menghapus air matanya. Ia tidak mau
sang anak melihat ketidak berdayaannya.
“ Ada apa baby.” Naruto menghampiri putra semata
wayangnya itu. Anak kecil yang baru berumur 4 tahun itu berdiri di dekat pintu
balkonnya. “Tidak bisa tidur eh? Mau tidur dengan Mommy?.”
Bocah itu mengangguk. Naruto tersenyum. Ia lalu
membawa bocah itu ke tempat tidurnya. Membaringkan tubuh mungil itu lalu
memeluk erat putranya. Kebiasaan bocah saat tidak bisa tidur, dia harus memeluk
orang tuanya.
“Chika lindu Dad. Chika mau meluk Dad.” Tanyanya
dengan polos.
Deg!
Naruto merasa darahnya membeku. Dipandangnya sang
anak dengan sedih.
“Mom juga rindu sama Dad. Sekarang Shika bobo dulu.
Shika tidak maukan kalo hari pertama terlambat sekolah?.” Katanya mengalihkan
perhatian sang buah hati.
“Eum.” Bocah itu mengangguk lucu.
Naruto memeluk erat putranya. Anak itu berbaring di
ranjang queen size lalu memasukkan tubuh
kecilnya ke selimut ibunya. Ia memeluk pinggang Naruto dengan erat.
Naruto menangis dalam diamnya. Ia mencium puncak
kepala putranya.
‘Shikamaru, andai kau masih ada disini. Apa yang
harus kukatakan pada anak kita?.’
.
.
-Flashback-
Naruto tampak senang. Dengan cekatan ia menata
masakannya di atas meja. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya yang
kedua. Ia sudah menyiapkan kejutan makan malam romantis untuk sang suami. Wajah
Naruto memerah membayangkan reaksi suami tercintanya. Shikaku yang baru berusia
6 bulan sudah tertidur jadi tidak akan mengganggu rencananya karena anak itu
terbiasa tidur sampai pagi.
Ting Tong.
Naru terbangun dari lamunannya. Senyumnya merekah.
Mungkinkah Shika sudah pulang? Ia menghampiri pintu depan apartemennya dengan
riang. Tapi senyumannya hilang saat pintu rumahnya terbuka.
Bukan Shikamaru.
Bukan suaminya yang ada disana.
Tapi 2 orang asing yang sama sekali tidak
dikenalnya.
2 orang asing berseragam polisi.
Naruto sedikit takut.
Kenapa ada polisi datang kerumahnya?.
“Maaf apa ini rumah tuan Nara?. Bisa kami bicara
dengan keluarganya?.” Tanya salah seorang polisi itu.
“Ya, saya istrinya. Ada apa dengan suami saya?.”
Tanya Naruto. Hatinya kian resah terlebih saat melihat tatapan iba kedua polisi
itu. Naruto mengerutkan alisnya. Entahlah, ada semacam firasat buruk yang
menghampirinya.
“Suami anda terlibat dalam sebuah kecelakaan dan
meninggal seketika di tempat kejadian.”
Naruto membulatkan matanya.
Malam itu menjadi mimpi buruk bagi Naruto. Sedikit
kebahagiaannya kini menghilang seketika. Dan sekarang disinilah dia. Di
pemakaman umum Konoha. Sesuai dengan keinginan suaminya yang ingin dimakamkan
di tanah kelahirannya di samping makam kedua orang tuanya. Pemakaman itu hanya
dihadiri Naruto dan beberapa petugas penjaga makam dan beberapa teman sejawat
Shikamaru semasa jadi dokter disebuah rumah sakit terkenal di New York sebagai
perwakilan bela sungkawa. Wajar saja, tidak mungkin mereka meninggalkan pasien
mereka meski yang meninggal adalah rekan mereka sendiri. Selama hidupnya,
Shikamaru dikenal sebagai dokter bedah yang jenius dan sangat berbakat. Banyak
yang merasa kehilangan sosoknya.
Sejak jasad Shikamaru dimasukkan kedalam makamnya,
Shikaku terus saja rewel dan menangis. Seolah balita itu tau bahwa kini ia
tidak akan lagi bisa bertemu dengan sang ayah. Naruto menangis dalam diamnya.
Mulai sekarang ia harus berjuang sendiri untuk membesarkan putra semata
wayangnya. Ia harus menjadi ibu yang tangguh untuk Shikaku.
Rupanya Shikamaru selalu penuh dengan perhitungan.
Tanpa sepengetahuan Naruto, ia telah mempersiapkan asuransi pendidikan dan
kematian dengan jumlah yang tidak sedikit. Naruto dapat bernafas lega karena
paling tidak ia dan putranya tidak akan mati kelaparan. Tapi ia tau, uang-uang
itu tidak akan bertahan lama jika dia tidak pintar-pintar mengaturnya. Dengan
uang itu, Naruto memutuskan untuk membangun sebuah restoran makanan jepang di
dekat tempat tinggalnya.
Dalam beberapa tahun, usahanya berkembang dengan
sangat baik hingga ia bisa memiliki beberapa cabang di New york, LA dan Beverly
Hills. Ia dan Shikaku dapat hidup berkecupan dari hasil usahanya, lebih malah.
Sampai saat Shikaku menginjak usia 4 tahun. Naruto
memutuskan untuk meninggalkan New York dan kembali ke tanah kelahiran suaminya,
Konoha.
-Flashback
Off-
.
.
“Shika, Ayo cepat. Nanti kau bisa terlambat baby.”
“Cebental mom, Chika belum memakai daci.” Anak
berambut hitam itu terdopoh-gopoh menghampiri ibunya yang sejak tadi menunggu
di pintu rumahnya.
“Aish baby. Kenapa dengan dasimu hmm?.” Tanyanya
saat melihat dasi pita yang dipakai putranya terlihat berantakan. Ia lalu
merapikannya dengan cepat. “Nah siap.” Ucap Naruto.
Ia pun segera menggendong Shikaku dengan sayang dan
segera berangkat ke play group yang jaraknya hanya 5 menit berjalan kaki dari
apartemennya. Naruto membawa Shikaku dengan berjalan kaki dari rumahnya.
Ditengah perjalanan, iapun berbicara pada Shikaku.
“Nah Shika, mulai hari ini panggil mom dengan
Kaa-san ne.” bujuknya pada sang putra.
“Kaa-chan?.”
“Ya, Kaa-san itu panggilan Mommy di sini.
Mengerti?.”
Anak itu mengangguk dengan semangat. “Hai’
Kaa-chan.”
Naruto menurunkan Shikaku di depan pintu kelasnya.
Dia mensejajarkan tingginya dengan sang anak.
“Anak Kaa-san jangan nakal ya, dengarkan apa kata
ibu guru. Nanti sore jangan pulang sebelum Kaa-san jemput ne.”
“Ya. Kaa-chan. Chika janji jadi anak baik.”
“Ah, jangan lupa ne. Kaa-san sudah menyiapkan makan
siang dan snack untuk Shika di tas. Nanti bagi kuenya ke teman-teman Shika.”
“Um.” Anak itu mengangguk dengan semangat.
Naruto berdiri dari tempatnya.
“Bu guru, saya titip Shika. Tolong jaga dia ne.”
“Ya.” Jawab guru perempuan itu dengan ramah. Guru
pirang itupun mengajak Shika untuk bergabung ke dalam kelas dengan
teman-temannya. Naruto tersenyum.
“Bye bye Kaa-chan.” Anak itu melambaikan tangan
kecilnya sebelum akhirnya masuk ke dalam kelasnya.
Naruto pun membalas lambaian itu. Setelah memastikan
Shikaku baik-baik saja. Naruto segera beranjak dari playgroup itu. hari ini ia
ada janji penting dengan salah satu agen property. Ia berniat membangun usaha
disini. Bagaimanapun ia berencana tinggal lama di kota ini bukan?.
“Bagaimana nyonya?. Gedung ini masih baru dan
letaknya sangat strategis. Cocok sekali jika anda membangun café disini. Tempat
ini selalu ramai saat jam makan siang. Saya jamin anda tidak akan menyesal jika
membeli yang satu ini.” Kata sales itu.
“Ah, tapi harganya sedikit lebih mahal. Aku tidak
punya cukup uang untuk ini.”
“Oh, apa saya lupa mengatakannya?.” Tanya Sales itu.
“Hari ini adalah hari ulang tahun perusahaan kami yang ke sepuluh tahun. Jadi
kami memberi potongan harga sebesar 30% untuk pembelian property hari ini.”
“Benarkah?.” Tanyanya dengan muka berseri
“Ya. Nyonya. Tawaran ini hanya berlaku untuk hari
ini saja. Anda juga akan mendapat potongan 15% lagi jika membayar lunas.”
Wajah Naruto berseri-seri. Awalnya dia akan menyerah
mendapatkan gedung ini tapi ternyata nasib baik datang menghampirinya. Ia
merasa mendapat durian runtuh hari ini. Hidupnya benar-benar berjalan dengan
mudah. Naruto selalu berpikir mungkin Tuhan menyayangi anaknya hingga ia bisa
mudah mendapatkan uang untuknya dan Shika.
“Baiklah, aku ambil yang ini.”
Tidak tahukah ia jika ada orang lain yang selalu
membayanginya? Mengawasinya setiap saat?.
.
.
.
Di tempat lain, seorang pria dewasa sedang memandang
pemandangan kota dimalam hari dari jendela kaca apartemen mewahnya. Tangan
kanannya membawa sebuah gelas tinggi yang berisi cairan berwarna merah.
Sesekali ia menyesap cairan itu untuk menghangatkan tubuhnya.
Pip pip pip
Telpon genggamnya bergetar di atas meja di dekat
jendela itu. Pria itu meliriknya sebentar lalu berjalan mendekati meja. Ia
meletakkan minumannya dan mengangkat panggilan itu.
“Ada apa?.”
“. . . “
“Baiklah, lakukan dengan rapi. Aku ingin kau
mengikutinya.”
“ . . . “
“Lakukan apapun. Berapapun biayanya akan aku
berikan.”
“ . . . “
Pria itu tersenyum.
“Aku ingin dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kau harus
membantunya diam-diam. Mengerti?.”
Ia kemudian menutup telponnya. Beberapa saat
kemudian, ia menekan sebuah nomor.
“Pesankan aku tiket VIP ke Konoha. Secepatnya.”
Pria itu menutup kembali telpon genggamnya lalu
meleparkannya ke sofa. Ia kembali ke tepi jendela untuk menikmati pemandangan
malam yang indah.
Ia meremas dadanya. Jantungnya berdegup kencang
malam ini.
“Apa kau juga mencemaskannya?.” Tanyanya entah pada
siapa. “Jangan khawatir. Aku akan menjaganya untukmu.”
.
.
.
‘Arigatou
Shikamaru-san’
.
.
.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar