.
.
.
Disclaimer : Naruto is not mine. I just borrow the name.
Rate : M
Genre : Hurt, family, Mpreg, etc.
Warning : Ending tergantung mood. EYD yang nggak jelas, OOC, BoysxBoys, Don't like don't read.
Purely made by : Gothiclolita89
.
.
.
Chara
Uzumaki Naruto (Namikaze Haruki (28 tahun)
Uchiha Sasuke (28 tahun)
Namikaze Menma (7 tahun, maaf dichapter kemarin loli salah nulis umurmu 6 tahun)
Sabaku no Gaara (26 tahun)
Yamanaka Ino (28 tahun)
.
.
.
.
.
.
Chapter 3. Do You Know me?.
.
.
.
.
.
.
Sekitar
sepuluh tahun yang lalu. Ada seorang Hacker jenius yang berhasil
menerobos sistem keamanan FBI. Dia berhasil masuk ke sistem salah satu
organisasi paling rahasia di dunia dengan mudahnya. Sampai sekarang pun
tidak banyak orang yang tau siapa dan bagaimana wajah si hacker itu.
Namanya adalah . . .
.
.
KYUBI
.
.
.
.
Laki-laki
berambut nanas itu melangkah dengan cepat ke sebuah ruangan di ujung
lorong. Wajahnya tampak berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia
membawa sebuah amplop besar berwarna coklat ditangan kirinya.
Tumben-tumbenan kan seorang pemalas bergerak segesit itukan?
BRAKKKK
Ia
membuka pintu besar itu dengan kasar. Ia langsung berjalan menuju
sebuah meja besar yang terletak membelakangi jendela kaca besar yang
menghadang langsung ke arah jalan raya. Disana duduk seorang Sabaku
Gaara yang telah menyunggingkan senyum termanisnya (sumpah, saya
merinding ngebayangin Gaara senyum) er- atau mungkin seringaian ya.
Kankurou sang kakak berdiri tegap disisi kursi direktur milik sang adik.
Shikamaru
melempar sebuah amplop besar berwarna coklat di meja Gaara. Isi amplop
itu keluar sedikit. Ternyata isinya adalah beberapa lembar kertas
berwarna putih. Gaara melirik amplop itu sebentar lalu kembali
mengalihkan pandangannya terhadap salah satu karyawan yang ia anggap
berharga itu.
"Seperti dugaanmu, semua dokumennya lengkap tapi tidak ada yang mengenalnya di alamatnya yang sebelumnya." Katanya datar.
Gaara masih tersenyum dengan manis. "See, that what I told you before."
"Yeah, you're always right." Ucap Shikamaru mengejek. Mau tidak mau kali ini ia harus mengakui kehebatan seorang Sabaku Gaara.
"So, what will you do to him?." Tanya Kankurou yang ada di sampingnya.
"Nothing."
Kankurou menaikkan sebelah alisnya. "Nothing?."
"He is not just ordinary people. You know? He is dangerous."
"I know."
"So?."
". . ."
"Gaara?."
Gaara menyandarkan punggungnya pada kursi besar itu. "He is dangerous, but he is worthy for it and I can't let him go."
Shikamaru
dan Kankurou saling bertukar pandangan. Kankurou melempar pandangan
bertanya pada Shikamaru yang hanya bereaksi dengan mengangkat bahunya
tanda dia tidak tau. Oh well, he is jenius but it doesn't mean he knows
everything, right?.
"Hmm, kau benar. Lagipula aku menyukainya." Kata Kankurou.
"Berarti . . ."
" . . ."
Kankurou dan Shikamaru menatap tajam Gaara. Menunggu pemuda itu memberi keputusan.
"Just let it."
.
.
.
Naruto
berdiri di pintu gerbang TK Menma. Hari ini ia sengaja ijin pulang
cepat untuk menjemput anak semata wayangnya. Dia sudah berjanji pada
Menma untuk mengajaknya ke taman bermain. Beberapa kali ia melirik jam
tangannya. Senyuman tidak pernah lepas dari wajah manisnya. Ia sudah
tidak sabar lagi ingin bertemu dengan malaikat kecilnya. Ini adalah
kesempatan langka baginya untuk dapat menghabiskan waktu dengan anaknya
karena itu ia sangat menantikan saat-saat seperti ini.
"Papa!."
Seorang
anak kecil berseragam TK besar sedang berlari kearahnya. Anak itu
merentangkan kedua tangannya. Narutopun berjongkok dan merentangkan
tangannya. Menyambut malaikat kecilnya dengan penuh senyuman.
Mendekapnya dalam pelukan hangat.
"Bagaimana sekolah hari ini? Menma senang?."
Anak berambut raven itu mengangguk dan memamerkan senyum lebarnya.
"Sensei bilang Menma pintar. Menma dapat nilai seratus lagi." Katanya dengan pose 'victory'nya.
Haruki
hanya tersenyum. Tentu saja, ia tau bahwa anaknya tidak akan pernah
mengecewakannya. Menma terlahir dari dua orang yang jenius tetunya dia
juga akan menuruni kejeniusan orang tuanya kan. Dan berkat itu, Menma
mendapat beberapa tawaran beasiswa penuh sampai lulus kuliah. Naruto
tidak perlu khawatir lagi dengan biaya pendidikan anaknya karena masa
depan anak itu sudah sangat terjamin. Naruto benar-benar harus bersyukur
kali ini karena mendapat anak yang membanggakan serta tidak merepotkan
seperti Menma.
Diusianya yang dini, Menma sudah mengerti tentang
beban hidup yang ditanggung papanya karena itu ia berusaha keras untuk
tidak merepotkan sang ayah yang sangat ia sayangi itu.
"Ayo kita pergi." Ajak Naruto sambil menggandeng tangan mungil Menma. Menma melangkahkan kakinya dengan riang.
.
.
.
Di bandara Suna.
Seorang
pria berambut Raven sedang berjalan diikuti beberapa orang
dibelakangnya. Uchiha Sasuke baru saja sampai ke Suna bersama beberapa
orang kepercayaannya.
"Hari ini anda ada meeting dengan Direktur
utama Shukaku Corp." Kata wanita berambut merah itu. Uzumaki Karin,
gadis berambut merah itu sudah hampir 5 tahun menjadi sekretaris Uchiha
bungsu itu.
"Shukaku corp? Ah, anak muda jenius itu?."
"Ya, dan anda juga diundang makan malam di kediaman Sabaku malam ini."
"Baiklah kalau begitu."
.
.
.
"Tadaima."
"Okaeri."
Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan nya. Perempuan yang
masih terlihat cantik diusia yang menginjak 50 tahunan. Merempuan itu
memakai kimono merah tua dengan motif bunga Nadeshiko yang indah.
Rambutnya di sanggul kecil di tengkuk dengan menggunakan tusuk konde
sederhana . Menampilkan kesan cantik sekaligus anggun ala wanita Jepang
yang khas.
"Kaa-san."
"Tachi, tumben sekali pulang cepat. Ada apa?."
"Nothing, kaa-san." Katanya.
"Mau
minum teh bersama? Hari ini kaa-san menerima bingkisan teh yang katanya
sangat enak." Kata perempuan paruh baya itu. Itachi berpikir mungkin
jika ia minum teh bersama ibunya, kelelahan yang melandanya akan sedikit
berkurang.
"Baiklah."
Itachi mengikuti ibunya menuju ruang
tatami untuk minum teh bersama. Rumah utama keluarga Uchiha memang
bergaya tradisional jepang lengkap dengan taman pasir dan kolam ikan
khas jepang sehingga tidak mengherankan jika mereka memiliki ruang
tatami khusus untuk upacara minum teh.
Dengan anggun wanita paruh
baya itu menggeser pintu kertas itu. Mereka memasuki ruangan itu sesuai
adat minum teh yang ada (saya nggak gitu ngerti adat minum teh jepang).
Itachi masuk ke dalam ruangan itu dengan perlahan. Ia kaget saat melihat
ada orang lain ada di ruangan itu. Ia lebih kaget lagi saat menyadari
siapa wanita yang sedang duduk bersimpuh di atas bantal (hmm, beneran
bantal nggak sih? Itu loh alas duduk orang jepang).
Perempuan itu
masih sama dengan dulu. Rambut pirang pucat sepunggung dengan mata
berwarna biru muda. Gadis yang sudah hampir 8 tahun tidak pernah muncul
dan hampir saja ia lupakan. Gadis itu menoleh saat menyadari kedatangan
Mikoto dan Itachi.
"Hisashiburi, nii-san." Gadis itu tersenyum dengan manis ke arah Itachi.
.
.
.
.
.
.
-TBC-
(-_-) tbc lagi aja yah. Males nulis soalnya.
.
.
.
.
(0,-)
.
.
.
.
Eh nggak jadi ah.
Lanjuuuuuuut
.
.
.
.
Just ignore me.
I'm little bit crazy right now.
.
.
.
.
So, can we continue this story?
.
.
.
.
No?
.
.
.
.
Or yes?
.
.
.
.
Yes?
.
.
.
.
Ok, here you are
.
.
.
.
Sasuke
beserta anak buahnya memasuki sebuah gedung perkantoran yang megah itu.
Semua orang yang ada di tempat itu menoleh kearah rombongan Uchiha
bungsu itu. Bagaimana tidak, siapa yang tidak kenal dengan Uchiha? Siapa
yang tidak mengetahui ketampanan yang dimiliki para keturunan Uchiha?.
"Selamat
datang Uchiha-san, kami telah menunggu anda. Perkenalkan nama saya
adalah Matsuri." Kata seorang wanita berambut coklat sembari
membungkukkan badannya untuk memberi hormat.
"Mari silahkan ikuti saya."
Wanita
itu memberi petunjuk agar rombongan Sasuke untuk mengikutinya. Mereka
berjalan dengan diiringi tatapan penuh perhatian dari segenap
orang-orang yang mereka lewati.
Sasuke merasa jengah dengan
tatapan orang-orang yang ada di lobi itu terutama para kaum hawa yang
sedari tadi memberinya tatapan yang ia anggap sangat menyebalkan. Entah
berapa kali ia berhadapan dengan tatapan menggoda dan berharap.
Berharap?
Ya berharap.
Berharap untuk bisa jadi pendamping Uchiha bungsu itu.
Berharap mereka memiliki kesempatan untuk mendekati salah satu pewaris klan Uchiha itu.
Sasuke
menghela nafas, inilah sebabnya ia tidak suka dengan yang namanya
wanita. Baginya wanita itu merepotkan dan menyebalkan. Hmm, well tidak
semuanya sih. Mungkin satu-satunya wanita di dunia ini yang tidak
tertarik padanya adalah Karin, sekretarisnya. Sejak 5 tahun lalu, wanita
berambut merah ini sama sekali tidak menunjukkan sedikitpun tanda bahwa
ia tertarik padanya. Ia justru lebih tertarik pada salah asisten
pribadinya yang kini telah resmi menjadi suaminya. ( ho ho ho
tumben-tumbenan kan si Karin nggak jadi wanita penggoda Sasuke). Yah
sejak satu tahun lalu, Karin telah resmi menjadi nyonya Houzuki
Suigetsu. Ini salah satu alasan yang membuat Sasuke sangat menyukai
Karin. Selain itu karena nama marga gadisnya.
Yeah, did you
recognize it? Uzumaki, gadis itu memiliki nama marga yang sama dengan
orang yang dicintainya, Naruto Uzumaki, yang menghilang entah kemana
sejak beberapa tahun yang lalu. Tentu saja, karena Karin adalah kakak
sepupu jauh (banget) dari pihak ibu Naruto. Tidak sulit bagi seorang
Uchiha untuk mengetahuinya apalagi ciri-ciri klan Uzumaki sangat mudah
dikenali. Rambut merah menyala yang sangat mencolok bagai api adalah
ciri khusus yang dimiliki garis keturunan keluarga itu dengan Naruto
sebagai pengecualian tentunya. Naruto cenderung menuruni gen ayahnya
ketimbang gen ibunya karena itu dia sama sekali tidak memiliki ciri-ciri
seorang Uzumaki dalam dirinya.
Selain Karin, hanya ada 2 orang
yang dipercaya Sasuke untuk berada didekatnya. Houzuki Suigetsu dan
Juugo, kedua orang ini merupakan asisten pribadi Sasuke yang sudah
mengabdi pada Uchiha bungsu itu sejak ia mulai bergabung ke perusahaan
keluarganya. Mereka berdua sangat cekatan dan saling melengkapi dalam
hal pekerjaan. Dan mereka yang mengatur semua pekerjaan Sasuke. (Yeah!
Go Go Go Hebi team).
Matsuri membukakan ruang meeting dengan pintu
besar berwarna coklat itu. Sasuke dan ketiga anak buahnya memasuki
ruangan itu dengan hati-hati. Ruangan bercat putih itu cukup luas dengan
sebuah meja berwarna coklat yang besar dan panjang. Disisinya terdapat
kursi yang diselipkan kebawah meja. Sebuah jendela kaca besar yang
tertutup korden sebagian tepat menghadap jalan utama kota Suna.
Menampilkan sebuah pemandangan kota Suna yang lengkap. Beberapa lukisan
menghiasi dinding agar tidak terlalu kosong.
"Kami sudah menunggu
anda Uchiha-san." Kata Kankurou sekedar basa-basi. Ia mengulurkan
tangannya untuk berjabat tangan dengan Sasuke.
"Senang bertemu anda lagi Kankurou-san." Jawab Sasuke sembari menyabut tangan Kankurou.
"Semoga
ini awal kerjasama yang bisa menguntungkan kedua pihak." Ucap Kankurou.
"Oh ya ini adalah direktur utama kami sekaligus adikku, Sabaku Gaara."
"Aku sudah sering mendengar tentang adikmu. Seorang jenius yang bisa menjungkir balikkan dunia bisnis."
"Anda
terlalu memuji Uchiha-san. Aku masih harus banyak belajar." Kata Gaara
berbasa-basi. "Justru andalah yang seharusnya mendapat title jenius
itu."
"Kalian berdua sama-sama hebat hahaha." Kankurou menengahi.
Mereka
pun duduk mengelilingi meja besar dan mulai membicarakan kontrak kerja
sama yang akan mereka lakukan. Negosiasi itu berlangsung cukup lama dan
alot. Seperti yang Sasuke duga, seorang Sabaku memang bukan lawan yang
mudah untuk dihadapi. Tampaknya kini ia mendapat lawan yang pantas atau
mungkin partner yang hebat?.
Sasuke dan Gaara menandatangani perjanjian kerjasama yang sudah disepakati oleh mereka berdua.
"Baiklah, semoga kerjasama ini berjalan lancar."
"Ya."
Mereka saling menjabat tangan.
"Ah, ayah kami mengundang makan malam di rumah. Bagaimana? Apa anda memiliki waktu?."
"Suatu kehormatan bagi saya untuk mendapat sebuah undangan dari Kazekage yang sangat terkenal dalam dunia bisnis." Ucap Sasuke.
Keluarga
Uchiha dan Sabaku adalah keluarga pengusaha yang terkenal dan sangat
dihormati didalam dunia bisnis. Terlebih Fugaku dan Kazekage merupakan
teman saat SMA dulu.
.
.
.
At Uchiha mansion
Itachi
duduk disebelah wanita itu dengan tenang. Mikoto mulai mempersiapkan
teh yang akan mereka minum. Mikoto menuangkan air panas ke dalam mangkuk
yang sudah berisi bubuk teh hijau lalu mengaduknya dengan adukan bambu.
"Apa
yang kau rencanakan?." Tanya Itachi pada wanita yang duduk
disampingnya. Ia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Mikoto.
"Apa maksudmu nii-san?." Wanita itu balik bertanya.
"Jangan
panggil aku nii-san, aku bukan kakakmu." Kata Itachi dingin. Mengingat
apa yang dilakukan wanita ini pada adik kesayangannya, ia tidak memiliki
pilihan selain membencinya.
"Bukankah kita ini kakak adik? Aku adalah istri Sasuke."
"Mantan." Kata Itachi singkat. "Kau hanya mantan, Ino."
Wanita
itu mencengkram roknya dengan erat. Ia menggertakkan giginya. Itachi
memang dari dulu tidak pernah ramah padanya. Entah apa yang telah
dilakukannya hingga Uchiha sulung itu selalu bersikap ketus padanya.
"Don't you think I dunno anything."
Ino
menundukkan kepalanya. Sampai sekarangpun ia masih sangat mencintai
Uchiha bungsu. Ia kembali kesini untuk kembali menyandang status sebagai
nyonya muda Uchiha. Ia sudah memantapkan hatinya untuk berusaha
mendapatkan miliknya kembali. Dan kalau perlu dia akan melakukan cara
licik sekali lagi.
"Jangan khawatir nii-san. Aku akan segera
menjadi adikmu yang sebenarnya." Kata Ino dengan tenang. Dengan kuat ia
menahan gejolak perasaannya yang kini berkecambuk.
Tuk!
Mikoto meletakkan mangkuk teh itu didepan Ino dan Itachi.
"Apa
yang sedang kalian bicarakan?." Tanya Mikoto. Wanita itu tidak
mendengar percakapan antara Itachi dengan mantan menantunya. Ia terlalu
focus pada teh yang akan dihidangkannya.
Itachi melirik Ino lalu
tersenyum sinis. Ino menatapnya dengan takut-takut. Bagaimanapun ia
pernah hidup dengan Itachi dan ia tau seberapa mengerikan seorang Uchiha
Itachi jika itu menyangkut adiknya.
"Yak! Nandemo nai."
Itachi bangun dari duduknya.
"Ara, Itachi kau mau kemana?."
"Gomen
ne Kaa-san, aku baru ingat ada yang harus ku kerjakan." Itachi berjalan
kearah pintu dan langsung keluar dari ruangan itu. ia berjalan menuju
kamarnya.
'No matter what you do, Sasuke will never forgive you.' Kata Itachi dalam hati
.
.
.
Hari
sudah beranjak gelap. Naruto mengajak Menma untuk segera pulang. Menma
menurut karena sepertinya anak itu sudah sangat lelah. Bagaiman tidak,
anak itu begitu bersemangat hingga mengajaknya mencoba hampir seluruh
permainan yang ada di taman bermain itu. Naruto tersenyum saat melihat
anaknya itu berjalan dengan terkantuk-kantuk sambil memegang permen gula
kapas yang dibelinya tadi. Naruto memutuskan untuk menggendong Menma.
Anak itu langsung tertidur dalam gendongannya. Ia benar-benar bahagia
hari ini. Ia menepuk-nepuk punggung Menma dengan lembut.
"Jadilah
anak yang baik Menma, papa akan selalu berusaha membuat Menma bahagia.
Karena Menma adalah satu-satunya harta berharga bagi papa."
Hanya demi anak ini ia bertahan hidup sampai sekarang.
Hanya karena anak ini ia bisa sedikit melupakan orang itu.
Dan hanya untuk anak inilah ia berusaha sekuat tenaganya.
Naruto
berjalan dipinggir trotoar menuju ke apartemennya. Hari ini adalah hari
yang melelahkan sekaligus hari yang sangat menyenangkan untuknya. Ia
bahkan tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi
sambil tersenyum dari balik sebuah mobil mewah. Mungkinkah kehidupan
tenang membuat insting ninjanya melemah?
( reader: Etto, Loli. Kayaknya ini bukan cerita ninja deh.)
(Me: eh? O-oh iya, saya lupa hahahaha).
Semoga saja hari-hari membahagiakan seperti ini ada untuk seterusnya.
.
.
.
"Terimakasih
atas makan malamnya." Sasuke membungkuk memberi hormat pada Kazekage.
Bagaimanapun dia dididik untuk menghormati orang yang lebih tua bukan?.
"Bagaimana? Menginaplah disini malam ini. Bagaimana?."
"Maafkan
saya Kagekaze -san. Saya sudah meminta orang untuk membersihkan rumah
keluarga Uchiha yang ada disini. Jadi maafkan saya tidak bisa menerima
tawaran anda." Kata Sasuke. Bukan hal yang aneh bukan jika Uchiha
memiliki 1 atau 2 rumah pribadi?.
"Jangan formal begitu. Panggil Jii-san ne. Bagaimanapun aku dan ayahmu adalah teman dekat. Jadi jangan sungkan-sungkan."
"Baiklah kalau begitu Jii-san." Kata Sasuke. "Kalau begitu saya pamit dulu."
"Ya, hati-hatilah di jalan."
Mobil
rombongan Sasukepun meninggalkan kediaman utama menuju rumah yang telah
dipersiapkan untuk mereka. Sesuai dengan perjanjian dengan Shukaku
Corp, mereka akan berkantor diperusahaan itu selama 3 bulan untuk masa
penjajakan jadi mereka membutuhkan rumah untuk mereka tinggal.
Sasuke
mengedarkan pandangannya ke arah luar mobil. Menikmati pemandangan
malam kota Suna untuk pertama kalinya. Juugo memperhatikan atasannya
dari kaca spion didepannya. Mobil itu berhenti dilampu lalu lintas saat
lampu menyala merah. Sasuke memperhatikan sisi jalan dengan jenuh. Tidak
ada yang menarik dimatanya. Hingga ia menangkap pemandangan seorang
pria sedang menggendong anak kecil yang sedang tertidur dipundaknya
dengan wajah yang terlihat senang. Pria itu tampak menepuk-nepuk
punggung anak itu dengan pelan. Ia berjalan berlawanan arah dengan mobil
Sasuke.
'Ah, anak itu pasti anaknya.' Pikir Sasuke.
Tanpa disadari Sasuke tersenyum melihat pemandangan itu. juugo yang melihat senyuman langka Sasuke pun langsung bertanya.
"Ada apa Sasuke?."
Sasukepun tersadar dari lamunanya. Ia menyalihkan pandangannya pada Jugoo.
"Tidak apa. Apakah kau sudah menemukannya?." Nada Sasuke kembali berubah dingin.
". . ." Juugo terdiam. "Belum."
"Ck." Sasuke mendecih.
Sudah
hampir 8 tahun, Sasuke tidak pernah menyerah untuk mencari cintanya
yang hilang. Pemuda pirang yang selalu menghantui mimpinya setiap malam.
(emang dia hantu? Pake menghantui segala? -_- Sasuke, lebay lo.)
(Sasuke: Ini kan naskah dari elo Loli.)
Seorang
pemuda yang membuat Sasuke tidak bisa berpaling ke lain hati. Pemuda
pirang yang bernama Uzumaki Naruto. Awalnya ia mengira akan dengan mudah
menemukan pemuda itu. Dengan jaringan keluarga Uchiha tentunya akan
sangat mudah untuk menemukan seorang pemuda tapi ternyata ia terlalu
meremehkan. Entahlah, pemuda itu seperti hilang di telan bumi. Sama
sekali tidak ada jejak yang tersisa.
"Perbanyak orang untuk mencarinya. Aku tidak peduli berapapun biayanya. Naruto harus segera ditemukan."
"Baik."
Sasuke kembali mengalihkan pandangannya keluar mobil. Sayang pemandangan yang menarik perhatiannya sudah hilang.
'Apapun yang terjadi aku akan menemukanmu Naruto.'
.
.
.
Naruto
melangkahkan kakinya dengan riang. Tak henti-hentinya ia bersenandung.
Bagaimana tidak, kemarin ia baru saja menghabiskan waktunya yang
berharga bersama anak tercintanya. Ia memberi salam kepada orang-orang
yang dilewatinya seperti kebiasaannya sejak hari pertama ia masuk
perusahaan ini. Sifat ramah dan murah senyum itulah yang membuatnya di
kenal dan disukai rekan sekerjanya.
"Pagi, Takeru-san. Hari yang
cerah ne." Katanya pada seorang satpam paruh baya yang berdiri didepan
pintu masuk. "Oh ya, bagaimana kabar istrimu? Apa pinggangnya sudah
sembuh?."
"Oh, Haruki. Ohayou. Istriku sudah sembuh. ^_^ .
Arigatou na. Obat yang kau berikan benar-benar manjur." Katanya ramah.
"Oh ya, kemarin aku mendapat kiriman sayuran dari desa. Apa kau mau
membawanya? Aku sudah mengepaknya khusus untukmu."
"Hountou desu ka? Arigatou, (benarkah? Terimakasih)."
"Ya, ya. Ini ucapan terimakasih untuk obat itu. Masuklah ini hampir jam kerja. Pulang nanti, mampirlah ke ruang ganti."
"Hai!." Naruto menundukan kepalanya untuk memberi hormat.
Naruto melanjutkan langkahnya ke ruang kantornya. Ia berjalan menuju mejanya.
"Ah, ohayou Haruki-kun."
"Ohayou, Konan-san."
"Ohayou, Haruki."
"Ohayou."
"Ne, ne kau sudah dengar?."
"Apa?."
"Aigo, kau ini kudet sekali. Ck." Gadis itu mendecih. "Kau tau Uchiha corp?."
Deg!
Uchiha?!
Wajah Naruto sontak memucat. Nama itu adalah nama yang sudah sejak lama ingin dilupakannya.
Kenapa nama itu muncul lagi?.
"A-ada apa memangnya?." Tanyanya dengan gugup.
"Kau
tidak tau? Kemarin perusahaan kita menandatangani kerja sama dengan
Uchiha Corp." Timpal Konan, satu-satunya wanita dalam team IT yang
berada dibawah pimpinan Shikamaru.
"Uchiha itu benar-benar tampan." Kata Haku.
"Hei Haku, bukannya kau sudah punya Zabusa?." Kata Konan.
"Bukan berarti aku tidak tertarik pria tampankan?."
"Hei hei hei Uchiha itu bukan gay sepertimu. Dia normal. Istrinya saja perempuan."
"Siapa
tau dia tertarik padaku. Dilihat bagaimanapun aku ini lebih cantik dari
perempuan kebanyakan. Bahkan Loli aja kalah ma kecantikanku." Tambah
Haku narsis.
(Loli: asah shuriken buat melempar Haku).
"Akan
kulamporkan pada Zabusa kalau kau selingkuh." Kata Konan sambil
mengeluarkan ponselnya. Ia menekan beberapa nomer dengan cepat.
"What?. Tidak!." Haku bangun dari tempat duduknya dan berusaha merebut ponsel itu.
Mereka
begitu keasyikan hingga tidak menyadari reaksi Naruto yang terlihat
pucat dan ketakutan. Shikamaru yang sedari tadi diam memperhatikan
reaksi Naruto yang kini menunduk di meja kerjanya. Kini kedua alisnya
bertaut saat melihat keanehan pada anak buahnya itu.
'Ada yang aneh dengan reaksi Haruki,' Pikirnya.
Beginilah suasana ruang IT setiap harinya. Penuh dengan keributan dan pertengkaran setiap hari.
"Wah wah ada apa ini?."
Suara
itu menginterupsi keributan yang tengah terjadi. Kankurou berdiri di
pintu ruangan itu. dibelakangnya ada beberapa orang yang tampak tidak
asing. Naruto mengalihkan pandangannya kearah pintu. Matanya membulat
tidak percaya saat ia melihat pria itu. wajahnya langsung memucat dan
keringat dingin mulai membasahi keningnya.
"Ada apa Kankurou-san?." Tanya Shikamaru selaku ketua tim IT.
"Ah
ya perkenalkan mereka ini dari Uchiha Corp. Sementara mereka akan
berkantor di gedung ini selam 3 bulan kedepan. Kuharap kalian memberi
hasil kerja terbaik. Iya kan Uchiha-san."
"Kalau begitu mohon
kerjasamanya." Pria berambut raven itu mengeluarkan senyum penuh
pesonanya. Ia mengedarkan pandangannya ke anggota IT hingga ia menangkap
sosok yang dia kenali.
'Ah dia kan. . .'
.
.
.
-TBC-(beneran)
.
.
.
Did anyone miss this ff?
Adakah?
Nggak ada? Ya udah. -_-
Alurnya
kecepeten nggak ya? Kayaknya iya deh. Tapi nggak papalah. Saya suka
Shinkansen (kaga nyambung). Salah satu ff (I mean chapter) terpanjang
yang pernah saya buat (lagi). Karena semua data ff pada ilang semua.
Poor me.
Terpaksa ngetik ulang dari awal setelah sebelumnya bertapa dulu buat cari mood yang tepat.
Oh
ya, maaf kalo pake bahasa computer yang sok intelek. Terus terang saya
emang anak computer
tapi saya bukan anak pemrograman jadi maaf kalo ada
yang salah.
Ada juga yang minta ngajarin pemrograman hahahah (-_-")
Gomenasai! Saya anak grafis bukan anak pemrograman jadi nggak bisa ngajarin.
Last (_ _) deep bow.
Mungkin saya nggak bisa sering2 update disini. Tapi saya update di blog saya yang kaga penting itu.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar