.
.
.
Disclamer : Pokoknya Naruto bukan punya saya,
Rate : T-M
Genre : Dunno’ (but absolutely not Humor).
Warning : Kemungkinan sifat charanya
(mungkin) nggak sesuai asli. Alurnya sebenarnya
suka- suka saya jadi masa bodo ada yang ngeflame. Hohohoho.
by : Githiclolita89
Character
Uzumaki Naruto / Namikaze Haruki (28 tahun)
Uchiha Sasuke (28 tahun)
Namikaze Menma (7tahun)
Sabaku no Gaara (26 tahun)
Yamanaka Ino (28 tahun)
Tokoh lain menyesuaikan
.
.
.
.
.
.
-Flashback-
Naruto
berjalan keluar dari kantor Sasuke. Dengan riang ia melangkah melewati lorong kantor
itu. Senyuman dengan setia terukir di bibir tipisnya. Bagaimana tidak,hari ini tepat 2 bulan sudah ia resmi menjadi ‘istri’
seorang Uchiha meski pernikahan mereka tidak diketahui orang lain.
“Uzumaki-san.”
Mendengar
namanya di panggil, secara reflexpun ia menoleh
kebelakang. Disana wanita itu,Yamanaka Ino, istri sah dari sang Uchiha bungsu,
berdiri di belakangnya dengan perut besarnya. Wanita yang telah merebut Sasuke
darinya. Wanita yang sangat dibencinya.
“Uzumaki-san,
kebetulan sekali anda kesini. Ada urusan apa?.” Tanya wanita itu. Ia berjalan
mendekati Naruto.
“Eh?
Ehm, aku mau mengajak Sasuke makan siang tapi sepertinya ia sedang sibuk.” Naruto
terlihat salah tingkah. Ia terlihat menggaruk pipinya dengan jari telunjuk. Tidak
menyangka pertanyaan itu akan diajukan oleh perempuan ini.
“Begitukah?.”Perempuan
itu terdiam. “ Bisakah kau menemaniku makan siang di kantin?.”
“
Mm, baiklah.” Jawab Naruto. Ia sama sekali tidak menyadari niatan lain dari
perempuan pirang disampingnya.
Mereka
berjalan berdua melewati lorong. Beberapa kaaryawan berpapasan dengan mereka
dan memberi hormat.
“Bagaimana
kalo lewat tangga saja? Aku sedang tidak ingin naik lift.” Usul Ino. Naruto
hanya mengangguk setuju. Saat ditepi tangga, tiba-tiba telpon Naruto berbunyi.
“Hai
moshi moshi . . . ok wakatta . . . hmm . . . ok aku segera kesana.” Naruto
menutup telponnya.
“Ada
apa?.” Tanya Ino.
“Maaf,
aku tidak bisa menemanimu makan siang. Aku harus segera pergi. Permisi.” Ia
menghadap Ino dan sedikit menunduk untuk memberi hormat. Ia kemudian berbalik
dan menuruni tangga. Kaki kanannya melangkah di anak tangga pertama. Kemudian .
. .
.
.
.
BRUKKK!!!!.
.
.
.
-Flashback End-
.
.
.
Pria itu terbangun pukul 5 pagi. Ia segera berjalan ke kamar
mandi. Ia melihat dirinya di cermin.
“Hmm rambutku sudah memanjang dan catnya sudah mulai
memudar. Apa aku harus mampir kesalon hari ini ya?.” Katanya sambil mengusap
rambut hitam sedadanya. Ia menyadari bahwa rambutnya sudah memanjang dan perlu
mengecat ulang rambutnya karena di akar rambutnya tampak sedikit warna pirang.
Warna asli rambutnya. Ia menghela nafas.
“Hhh, harus keluar uang lagi.” Ia kemudian mengikat
rambutnya dengan sebuah tali rambut. Ia kemudian membuka kotak kecil di samping
kaca kamar mandi yang sengaja ia bawa tadi dari lemari. Ia mengambil sebuah
botol dan sebuah wadah lensa kontak. Ia mengambilnya dan memasang kontak berwarna
biru kehijauan itu di kedua matanya.
Inilah penampilan Haruki –Naruto Uzumaki- Namikaze, pria
berumur 28 tahun dengan rambut hitam dan mata biru kehijauan. Jika dulu kulit
Naruto Uzumaki berwarna putih, Haruki justru berkulit tan kecoklatan karena
banyak terkena sinar matahari. Bahkan tiga loreng berwarna kecoklatan dipipinya yang dulu menonjol karena kulit yang
putih kini tersamarkan oleh warna kulit tannya. Sepintas ia tersenyum melihat
bayangan dirinya di cermin.
‘Dengan begini tidak akan akan ada mengenaliku.’ Ucapnya
dalam hati. Bukannya ia terlalu percaya diri. Dia yakin Sasuke tidak akan
mencarinya karena sekarang pria itu membencinya tapi ia tidak ingin terjadi
sesuatu pada Menma. Naruto sangat tau sifat pria yang dulu dicintainya itu.
Dulu? Ya dulu tapi sekarang entahlah. Sasuke akan membuat orang yang dibencinya
menderita dan sekarang Naruto yakin ialah yang dibenci Uchiha bungsu itu. Ia
tidak peduli apa yang akan dilakukan Sasuke padanya tapi ia tidak mau Menma
merasakan kebencian ayah kandungnya. Naruto tidak mungkin mengatakan pada
Sasuke kalau Menma adalah anak kandungnya kan?. Setelah selesai bersiap, iapun
keluar dari kamar mandi untuk membangunkan putra semata wayangnya. Disana ia
melihat sang putra yang masih tidur padahal tubuhnya sudah disinari matahari
pagi.
“Menma ayo bangun.” Pria itu mengguncang tubuh anaknya yang
masih tetap setia dalam tidurnya. Bocah itu hanya berguling dan tengkurap.
Tidak mengindahkan sang ayah.
“Nghh, 5 menit lagi~~.”Katanya dengan mata terpejam. Dengan
lucunya ia malah meringkuk memeluk bantalnya. Haruki lagi-lagi menghela nafas.
Bocah ini benar-benar menuruni kebiasaan jelek Uchiha itu namun ia tak hilang
akal. Ia mengelitiki perut putranya hingga bocah 6 tahun itu terbangun. “
Gyaaaa!!! Hen- hahaha hentikan – hahaha papaaaaa--- Menma sud-hahahaha
-bangun.” Anak laki-laki itu tertawa terbahak-bahak saat papanya menggelitiki
perutnya. Naruto ikut tertawa. Setelah yakin anaknya sudah benar-benar bangun.
Iapun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
“Ayo cepat mandi dan sarapan.”
“Hoamm, Hai.” Anak itu menguap. Beberapa kali ia tampak
menggeliat untuk merenggangkan ototnya. Dengan terkantuk-kantuk Ia segera masuk
ke kamar mandi.
‘Benar-benar kebiasaan yang menyebalkan.’ Pikir Naruto
sambil menghela nafas. Sangat merepotkan untuk membangunkan Menma di pagi hari.
Padahal ia sudah menidurkan Menma lebih awal tapi tetap saja bocah itu sulit
untuk dibangunkan. ‘Kebiasaan itu sungguh mirip dengannya.’ Naruto sedih saat
mengingat nama orang itu. Setelah mandi dan bersiap memakai seragam TKnya,
Menma menuju meja makan dan sarapan dengan menu ala jepang- nasi hangat, sup
miso, telur gulung dan acar- yang telah disiapkan papanya. Setelah selesai,
mereka pun berangkat. Naruto mengantar anaknya ke sekolahnya sebelum ia pergi
ke tempat kerjanya.
Sejak 7 tahun lalu ia tinggal disini setelah meninggalkan
Konoha ( Yah lagi-lagi Konoha, tapi mau gimana lagi. Apalah arti seorang Naruto
tanpa Konoha. hahahaha). Menanggalkan semua identitasnya sebagai Naruto Uzumaki
termasuk semua ijasah dan sertifikat yang susah payah didapatkannya sebagai
seorang IT berbakat. Untunglah ia masih memiliki otak cerdasnya. Dengan sedikit
uang dan manipulasi -menghack dan merubah data pemerintahan seenak udelnya
sendiri- sana sini, ia berhasil mendapat identitas barunya sebagai Haruki
Namikaze. Pada awalnya ia memang merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan
hidup barunya. Bagaimana tidak, ia yang biasanya mendapatkan fasilitas lengkap
dan mewah sekalipun ia tidak pernah memintanya - Well, bagaimanapun dia adalah
kekasih Sasuke Uchiha, salah satu pewaris kerajaan bisnis Uchiaha Corp. Ingat?-
harus memulai hidup dari awal dengan bekerja keras membanting tulang hanya
untuk makan tanpa identitas dan ijasah untuk mendapat pekerjaan layak. Apalagi
saat pertama ia menginjakkan kaki di kota Suna ini, ia dalam keadaan
mengandung. What? Mengandung? Nggak salah tulis? Ya nggak dong, kan saya udah
nulis kalo ini M-preg J.
Saat bercerai dengan Sasuke, Naruto yang notabene LAKI- LAKI NORMAL LENGKAP DENGAN
SEGALA PERLENGKAPAN BERTEMPURNYA sedang
hamil hasil kerja keras mereka setiap malam. Yap H-A-M-I-L beneran lo. Bayangkan
betapa repotnya ia saat itu. Ia harus mencari sebuah pekerjaan untuk makan
setiap hari sedang ia dalam keadaan lemah. Untunglah ia masih memiliki sedikit
tabungan sehingga ia mampu menyewa sebuah apartemen kecil dipinggir kota itu.
Tidak mewah memang, luasnya bahkan tidak lebih luas kamar tidurnya di apartemen
milik Sasuke. Hanya terdiri dari 1 kamar, ruang serba guna, dapur, toilet dan
beranda yang menghadap jalan didepan apartemen. Cukup nyaman untuk tinggal 2
orang. Meski murah, lingkungan apartemen itu bersih dan nyaman untuk anak-anak.
Masih banyak pepohonan di sekitar kompleks apartemen itu. Oh jangan lupakan
juga sebuah taman di dekat apartemen yang selalu di penuhi warna pink lembut
setiap musim semi tiba. Tempat yang sangat cocok untuk membesarkan anaknya.
.
.
.
“Haru-chan. Tolong kau periksa laptopku. Sepertinya ada data-data
penting milikku yang hilang karena virus. Bisa kau kembalikan datanya.” Tanya
pria berambut bitam jabrik itu. Kankurou namanya, kakak dari pemilik perusahaan
tempatnya bekerja sekarang. Ia meletakkan laptop 17 inc itu dimeja Naruto.
“Tentu manager.” Jawab Naruto. Naruto merasa sangat
beruntung bisa bekerja di perusahaan ini. Bagaimana tidak? Tanpa ijasah, ia
bisa menempati posisisnya saat ini. Semua ini berkat sang direktur muda yang
tidak pernah menilai kemampuan karyawannya dari surat-surat dan latar
belakangnya. Ia masih ingat saat ia pertama masuk perusahaan ini. waktu itu
Menma baru berusia 9 bulan. Ia membutuhkan lebih banyak uang untuk membesarkan
Menma apalagi saat nanti Menma harus masuk TK. Semua orang jepang tau
bahwa biaya pendidikan dan hidup di jepang sangat tinggi. Naruto berniat
menyiapkannya dari jauh-jauh hari. Ia tidak mau anaknya tidak dapat hidup layak
seperti anak-anak yang lain. Karena itulah ia mencari pekerjaan dengan gaji
yang lebih tinggi dari 2 pekerjaan yang dilakoninya saat itu.
-Flashback-
Naruto
melamar di perusahaan Shukaku Corporation karena mendengar lowongan Office Boy
disana. ‘Perusahaan besar tentu gajinya
lebih besar.’ Pikir Naruto. Dia harus mendapatkan pekerjaan itu demi anaknya. Maka
dengan modal nekat dan sebuah surat lamaran yang telah kupersiapkan akupun
melamar di perusahaan itu.
“Ayolah
tuan, kumohon terima lamaranku. Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini.”
“Maaf tapi
kau tidak memenuhi syarat, dan lagi lowongan kerja itu sudah ditutup. Kau terlambat”
“Tolonglah,
paling tidak biarkan aku mengikuti tesnya.” Rengeknya pada resepsionis itu.
Shukaku
Corp. adalah sebuah perusahaan yang pernah nyaris gulung tikar akibat resesi
yang melanda jepang. Kesalahan dalam manajemen dan kekosongan kepemimpinan
perusahaan membuat perusahaan itu hancur. Yang Naruto dengar, pemimpin Shukaku
corp. Sang Kazekage Sabaku, sudah lama terbaring sakit tak berdaya. Untunglah saat
kritis muncul si bungsu Sabaku yang saat itu masih berusia 18 tahun. Berkat
kejeniusan sekaligus langkah kontroversial seorang Gaara Sabaku, perusahaan
yang nyaris Collaps itu bangkit dengan gagahnya dan menjadi salah satu
perusahaan terbesar di Jepang. Walau awalnya banyak yang meragukan
kemampuannya, Direktur muda itu dapat mengembalikan kejayaan perusahaan itu
dalam waktu kurang dari 3 tahun. Gaara dikenal mampu menilai kemampuan orang
hanya dengan sekali melihatnya. ia bahkan tidak terlalu memperdulikan ijasah
maupun sertifikat dari bawahannya. Inilah yang membuatnya disegani dan di hormati
lawan maupun kawan bisnisnya.
Hari ini
Gaara hendak menghadiri rapat direksi bersama sang kakak yang menjabat sebagai
Wakil direktur, Temari dan Kankurou yang menjadi direktur pemasaran perusahaan
itu. Saat memasuki gedung perusahaannya, ia melihat seorang pemuda yang
memiliki wajah baby face berkulit tan sedang bicara dengan resepsionis. Ia
tertarik melihat pemuda itu hingga ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan
pemuda itu beberapa saat.
“Ayolah tuan
paling tidak tolong biarkan aku menitipkan surat lamaranku. Siapa tau nanti ada
lowongan untukku.”
Gaara
langsung berbicara pada asistennya.
“Apakah ada
lowongan Office boy untuknya?.” Katanya pada sang asisten, Matsuri yang ada di
sisi kanannya. Matsuri mengerti isyarat yang diberikan oleh Gaara. Iapun
mengangguk kemudian ia menelpon bagian personalia untuk menerima lamaran pemuda
berambut hitam itu sebagai office boy.
Naruto
bekerja dengan giat. Ia tidak mau melepaskan pekerjaan yang susah payah
didapatnya ini. ini semua demi Menma anaknya. Haruki bahkan tidak menyadari ada
orang yang selalu memperhatikan gerak geriknya sejak hari pertama ia bekerja di
perusahaan itu. Untunglah ia mendapat rekan kerja yang baik dan ramah hingga
iapun mulai betah.
Suatu hari, Naruto mengantarkan minuman ke departemen IT
di perusahaan itu seperti biasa. Tidak seperti biasanya. Orang-orang dari
departemen IT itu sedang gempar. Agaknya ada hacker yang sedang mencoba
menyusup ke data perusahaan itu. Para orang IT tampak kewalahan.
“Ada apa
sih?.” Tanya Naruto
dengan wajah innocentnya.
“Ah! Haruki.
Bawa kemari kopiku. Aku tidak bisa bekerja tanpa kopi.” Kata salah seorang IT
enginer yang kini mejanya di kerubungi karyawan lain. Nara Shikamaru namanya.
Salah satu IT jenius yang berhasil direkrut oleh sang Sabaku muda. Dengan susah
payah Haruki membawa kopi pesanan Shikamaru karena banyaknya orang yang
mengelilingi mejanya.
“Bagaimana?.”
Tanya Kankurou yang ada di sisi kanan meja Shikamaru.
“Ck,
mendokusai. Orang ini benar-benar pro. Aku kesulitan menangani virus yang
dikirimkannya.” Katanya sambil menyesap kopinya dengan tenang.
“Lalu
bagaimana? Bahaya jika dia berhasil membobol keamanan kita.” Kata kankurou
khawatir.
“Aku sedang
berusaha. Tolong jangan ganggu aku.”
Kankurou
mengangguk. Ia kemudian diam dan berusaha tidak mengganggu Shikamaru. Ia juga
menginstruksikan karyawan lain untuk kembali kemeja masing-masing dan membantu
Shikamaru sebisanya dengan menghalau virus yang ada. Haruki yang ada di
belakang Shikamaru terus menatap layar monitor itu dengan serius. Dia bahkan
tidak menyadari saat Kankurou menepuk bahunya.
“Haru-chan
ada apa?.” Kankurou tau nama seorang office boy seperti Naruto? Tentu saja ia tau. Kenapa?
Alasannya mudah. Karena Gaara yang biasanya tidak memperdulikan orang di
sekitarnya memperhatikan pemuda manis yang ada di depannya ini. Pasti ada
sesuatu yang membuat Gaara memperhatikan Haruki sampai seperti itu. Sejak
kemunculan Naruto,
entah kenapa Gaara menjadi seperti stalker. Ia bahkan menyewa beberapa detektif
untuk menyelidiki latar belakang Naruto. Yang Kankurou tahu hanyalah bahwa
Haruki seorang duda dengan satu anak balita.
“Ah! Eh oh
ti-tidak. Hanya . . .”
“Hanya?.”
Naruto
menggeleng. Ia kemudian membungkuk pada Kankurou dan berniat pergi dari ruangan
itu. Tapi belum beberapa langkah, lengannya ditarik kembali kebelakang meja
Shikamaru. Gaara menyeretnya kembali ke ruangan itu.
“Shika.
Minggir.” Katanya datar. Shikamaru pun berdiri dari tempat duduknya dan berdiri
di samping Gaara. Gaara lalu menyeret Haruki dan menyuruhnya duduk di tempat
Shikamaru. “ Duduk.”
“Eh? Eh?.” Naruto tampak kebingungan. Ia hanya bisa
menuruti kata-kata bosnya.
“Hei Gaara
apa yang kau lakukan?.” Tanya Kankuro. Baru kali ini ia melihat adiknya seperti
itu.
“Kau bisa
melakukannya kan, jenius?.”
“A-apa
maksud anda Direktur. Saya tidak mengerti.” Kata Naruto pura-pura tidak mengerti.
“Lakukan
atau kau kupecat. Aku tau siapa dirimu.” Katanya datar.
Naruto
mengernyitkan alisnya. Mungkinkah ia tau siapa Haruki? Tidak, Sabaku bungsu
tidak mungkin mengetahui siapa dirinya. Bahkan temannya dulupun mungkin tidak
akan bisa mengenali dirinya saat ini. Naruto ragu, tapi ia tau sabaku bungsu itu
tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Memang, beberapa hari setelah
bekerja disini. Ia selalu merasa ada orang yang membuntutinya kemanapun ia
pergi. Tidak bukan hanya merasa, ia bahkan
sudah menyadarinya. Ia pernah sekali memergoki ada orang yang
membuntutinya. Awalnya ia mengira orang itu adalah suruhan Uchiha yang sudah
berhasil menemukannya tapi sekarang ia jadi berpikir mungkinkan orang itu
adalah suruhan dari sang direktur muda.
Naruto
mulai berkeringat dingin.
“Oi,
apa-apaan kau Gaara. Kasian Haru-chan jika kau bersikap begitu.”
“Berisik!.”
Balas Gaara dingin. “ Kuberi kau waktu 5 menit untuk membereskannya.”
Ruangan itu
jadi hening.
“Sudahlah
kasian kan Haru-. . .” kata Kankurou
“Hei
lihat!.”
.
.
.
-Naruto/Haruki POV-
Oh, shit
mengapa ini terjadi padaku.
Lagi-lagi
Aku tidak punya pilihan. Aku memejamkan mataku lalu menarik nafas dalam-dalam
dan menghembuskannya.
Ini semua
demi Menma.
Entah apa
yang kupikirkan. Tanganku bergerak dengan sendirinya. Menari-nari di atas
keyboard berwarna hitam itu dengan cepat. Aku bahkan tidak ingat apa yang
sedang kulakukan. Aku dapat merasakan mereka semua sedang menatap apa yang
sedang ku kerjakan. Layar monitor yang tadinya berwarna hitam dengan sediri
tulisan berwarna putih kini dipenuhi dengan huruf dan angka yang mungkin banyak
orang tidak mengerti. Ya inilah yang disebut bahasa pemrograman. Bahasa C,
induk dari semua bahasa alat digital yang ada didunia ini. bahasa yang dulu
kupelajari dengan sungguh-sungguh saat aku kuliah dulu.
Spy detect.
Clean all
database
Confirm
Attack
Spyware
Check
Worm Check
Trojan Check
Damage
Report 80%
50%
20%
10%
0
Congratulation
Belum sampai
5 menit semua sudah selesai. Aku menarik napas dalam-dalam lagi. Setelah ini
apa yang harus kulakukan? Sasuke pasti tau kalau aku disini.
“Kau hebat
Haru!!!.”
-End POV-
.
.
“Kau hebat
Haru-chan. Darimana kau belajar itu?.”
“He? Ah aku
sering baca buku jadi . . .” Bohongnya er- nggak sepenuhnya bohong sih kan
Naruto emang sudka baca buku.
“Tidak
kusangka kau sangat pintar. Ternyata adikku tidak salah menilaimu.”
“Em. . .” Naruto
mengalihkan pandangannya pada Gaara yang sejak tadi diam. Pandangan mereka pun
bertemu.
“Gaara, darimana kau tau bahwa Haru-chan menguasai komputer.”
Tanya Kankurou.
“Siapa bilang aku tau. Aku hanya menjahilinya sedikit kok.”
Jawab Gaara dengan wajah datar nan innocentnya. Semua orangpun bersweatdrop ria
mendengar jawaban jujur dari sang Sabaku muda.
‘Oh demi Jashinnya si Hidan, kenapa kau beri wajah malaikat
pada seorang iblis?.’ Kata mereka dalam hati.
“Jadi kamu tidak serius waktu bilang mau mecat Haru-chan.”
“Siapa bilang?.” Jawab Gaara tanpa wajah bersalah. “ Aku
serius kok. Soalnya aku nggak butuh Office boy.” Katanya sambil berlalu. Ia
berjalan pintu. Sebelum keluar, ia menoleh kearah sekumpulan orang yang masih
membatu memandangnya. “Oh ya. Mulai hari ini. kau kupecat dari departemen umum.
Dan mulai hari ini juga kau akan bekerja bersama Shikamaru di IT departemen.”
Katanya dengan senyum malaikatnya. Sama sekali tidak ada rasa bersalah diwajah
porselen itu.
‘Akh!!! Aku membencimu dewa Jashinnya si HIdan.’ Kata mereka
dalam hati serempak.
Gaara pun melenggang pergi dengan riang?.
‘Dia . . . . menyebalkan.’ Itulah image Gaara saat ini di
pikiran Naroto. Menggantikan imagenya selama ini sebagai direktur bijaksana
dikepala Naruto.
Sejak hari itulah Naruto sadar akan sifat Gaara yang
sebenarnya. Usil, jahil dan tengil, sama seperti anaknya Menma. Ah ia tidak
akan lupa bahwa Gaara 2 tahun lebih muda darinya. Tuhkan beneran masih anak
kecil.
-End
Flashback-
Naruto hanya bisa tersenyum saat mengingat kejadian 6 tahun
lalu. Sejak itulah ia bekerja di perusahaan ini. ia bersyukur karena bisa
menghidupi Menma dengan layak tanpa bantuan siapapun.
.
.
.
“Ten-san. Siapkan tiket pesawat untuk ke Suna untuk besok
lusa. Aku ada meeting dengan Direktur Shukaku Corp.”
“Baik.” Gadis dengan dua cempol dikepalanya itupun menunduk
lalu keluar dari ruangan atasannya. Meninggalkan bosnya yang tampan itu.
.
.
.
~TBC (Lagi?)~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar