Kamis, 03 Oktober 2013

Fanfic: Lavender 4

Disclaimer : Naruto milik yang punya, dan itu bukan saya. hohoho
Rate : M
Genre : Yaoi, hurt, Mpreg, romance dll
.
.
Mohon maaf karena kebodohan Saya yang salah mengeja nama Gaara menjadi Garaa. Maka mulai chap ini saya akan membenarkan ejaan namanya menjadi G.A.A.R.A. Mohon dimaklumi karena bagai manapun saya tidak kenal dekat ma Gaara dan ditambah lagi saya bukan saudaranya. Hountou no Gomenasai ne.
.
.
.
.
.
.
Kenangan akan dirimu selalu menghantuiku. Aku begitu mencintaimu hingga dada ini terasa mataku selalu mengalir saataku hanya tempat inilah yang mampu kebersamaan kita di masa pot bunga lavender yang dulu kau sukai sudah mulai berapa lamanya kau tidak disini bersamaku.
.
.
Chapter 4. Life after You
.
.
.
"Aku merindukanmu Dobe".
"Kenapa kau pergi meninggalkanku? Inikah hukumanmu untukku?"
.
.
.
.
.
8 tahun kemudian

-London, Inggris-
Seorang laki-laki berambut pirang sebahu sedang memandangi pesawat yang hilir mudik darijendela kaca memandangnya sambil sesekali menyeruput kopi hangat. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja dengan pelan, tanda ia sedang menunggu seseorang. Di depannya sedang duduk seorang anak laki-laki berumur 7 tahunan sedang mengayunkan kaki-kaki tampak sedang bosan dan kesal. Sesekali ia bergumam.

"Papa." Ucapnya sambil mendongak memandang wajah laki-laki dewasa yang ada di mata biru besar seperti milik pria yang di sebutnya papa. Mata sapire yang sangat indah.

"Hmm?." Laki-laki itu pun menoleh pada anaknya itu.

"Papa Gaara lama." Katanya lagi sambil mengerucutkan mulutnya. Tanda ia sedang kesal. Sudah lebih dari setengah jam mereka menunggu.

"Sabar ya sayang. Sebentar lagi papa Gaara pasti akan datang." Ucapnya sambil tersenyum lembut. Iapun membelai surai raven milik anak tunggalnya dengan sayang. "Ah! Itu papa Gaara."

Tunjuknya ketika melihat seorang laki-laki berambut merah mendekat itupun menoleh, senyuman lebar merekah di bibir orang yang di tunggunya dari tadi.

"Kalian sudah siap?." Tanyanya sambil mengangkat tangan kanannya yang memegang 3 tiket pesawat dengan pose seperti seorang model. Keduanya pun tampak semangat mengikuti pria berambut merah itu. Mereka bertiga menyeret koper-koper besar kecuali si kecil tentunya dan berjalan masuk ke pesawat. Setelah mendapat tempat duduk sesuai tiket . Mereka pun menyamankan diri di penerbangan kelas VIP tersebut. Tidak lama setelah itu, pramugari yang cantik meminta mereka untuk memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera tinggal landas.

Pria berambut merah tersebut melirik sang sahabat yang sedang membelai lembut kepala anaknya. Tampak jelas kebahagiaan di mata biru langit tersebut. Tanpa sengaja seulas senyum tipis pun mengembang di bibirnya ketika melihat kebahagiaan yang terpancar dari sahabat baiknya itu. Ia kembali melirik anak berambut raven yang sudah terlelap tidur. Maklumlah anak sekecil itu pasti kelelahan di bangunkan sepagi ini.

Pria berambut merah itu menepuk bahunya pelan dan langsung memberi isyarat dengan jempolnya pada pria di sebelahnya untuk mengikutinya kebelakang. Pria berambut pirang itupun mengangguk dan mengikutinya. Mereka berjalan melewati penerbangan kelas biasa dan berakhir di depan toilet.

"Kamu yakin?." Tanya sang pria berambut merah tersebut dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Apa?."

"Naruto, kamu tau apa yang kubicarakan kan?." Tanyanya dengan nada agak kesal. Pria berambut pirang itupun hanya diam dan tersenyum. "Kalau kamu mau aku bisa memesankan pesawat lagi setelah kita sampai nanti dan . . . "

"Tidak perlu." Potongnya dengan tegas.

"Naruto!." Bentaknya. "Bagaimana jika Yuuki bertemu dengannya? Apa kau sudah memikirkannya." Tanyanya dengan kesal. Dia sangat khawatir dengan keputusan mendadak sang sahabat yang ingin kembali ke konoha setelah hampir 8 tahun menetap di luar negeri. Mereka menetap di Itali selama kurang lebih 6 tahun untuk menyelesaikan pendidikan S3 mereka. Karena melihat bakat besar milik Naruto. Sang guru, Michael Goodham, mengajukan dirinya untuk mendapat beasiswa penuh sampai jenjang S3. Dia bahkan mendapatkan gelar kehormatan sebagai kelulusan terbaik seangkatannya. Siapa menyangka orang yang dulu selalu di sebut idiot menjadi orang hebat seperti ini. Tidak sampai di situ saja. Sang guru pun sering mengajaknya untuk berkolaborasi dalam pameran lukisannya. Naruto pun semakin terkenal karena dianggap sebagai pelukis jenius dengan pennamenya KURAMA. Sekitar 2 tahun lalu, Naruto mendapat panggilan untuk mengajar di sebuah universitas ternama di Inggris. Akhirnya setelah merenung, bertapa dan minta wejangan dari tetua. Iapun segera terbang ke Inggris bersama anak dan sahabat (Stalker)nya, Gaara, yang beralasan khawatir pada Naruto. Hingga beberapa bulan lalu. Ia mendapat undangan untuk mengajar di universitas tempat ia dulu kuliah untuk mengajar.

Sementara Naruto hanya menunduk. "Aku tidak bisa lari terus kau tau." Jawabnya. Ia tau sahabatnya mengkhawatirkannya tapi ia tidak ingin selamanya bersembunyi.
Gaara hanya tau bahwa keputusan Naruto untuk kembali ke Konoha mungkin berakibat buruk padanya juga pada anaknya. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ia tidak mau melukai sahabat tercintanya itu.

"Lagipula aku ingin Yuuki bisa melihat kampung halaman papanya." Katanya sambil tersenyum. "Belum tentu juga 'pria' itu menyadari Yuuki anaknya kan? Kau lihat sendiri Yuuki sangat mirip denganku. Yah kecuali warna kulit dan rambutnya. Selain itukan aku masih punya Gaara yang bisa melindungiku hehehehe."

Gaara pun melebarkan matanya, tidak bisa percaya dengan apa yang di di dengarnya. Diapun sontak segera memalingkan wajahnya. Tidak mau sang sahabat melihat ekspresinya yang memalukan saat ini. Wajahnya yang biasanya pucat itu kini bersemu merah karena malu.

"Dasar bodoh, ayo kita kembali." Katanya sambil berbalik dan berjalan menuju kabinnya. Naruto hanya tertawa geli melihat reaksi dari sahabatnya yang ia anggap sangat lucu. Karena tidak biasanya seorang Sabaku Gaara bisa menunjukkan emosinya seperti ini.
.
.
.
Sementara itu di Konoha, sebuah mobil Ferrari hitam melaju dengan cepat menyusuri jalanan malam yang sepi. Mobil itu menuju ke sebuah bangunan apartemen mewah di jantung kota. Mobil itu memasuki pelataran parkir. Setelah menemukan parkiran kosong mobil itupun berhenti. Seorang pria tampan berambut raven turun dari mobil itu. Ia membawa sebuah kantong coklat di tangan kirinya.
Ia menuju sebuah lift yang ada di salah satu sisi tempat parkir. Ia memencet angka 5 yang menunjukkan lantai tempat apartemennya di lantai yang di kemudian berjalan menuju apartemennya. Di bukanya perlahan apartemen itu gelap dan sunyi.

"Tadaima." Salamnya. Tapi tak ada siapapun yang menjawab. Sekali lagi ia merasa kecewa. Ia kemudian menyalakan lampu dari saklar yang ada di dekat pintu. Ia kemudian menuju ke sebuah sofa empuk kemudian menjatuhkan dirinya ke sofa tersebut. Ia meletakkan bungkusan itu di meja dan mengeluarkan isinya. Ternyata isinya adalah beberapa kaleng bir dan sebuah cake kecil bertuliskan 'Happy Annivesary 12th' .
Ia kemudian membuka kaleng bir itu dan mulai meminumnya. Raut wajahnya tampak kalut dan sedih. Hari ini seperti tahun-tahun sebelumnya, ia memutuskan untuk tidak pulang kerumah istrinya. Sasuke mengulurkan tangannya yang memegang kaleng bir ke depan. "Bersulang!." Ia memandang sebuah foto besar di hadapannya berisi dirinya dan seorang pemuda berambut pirang dan bermata biru sedang tersenyum menghadap kamera. Ia ingat dengan jelas kapan foto ini di ambil. Saat setelah setahun mereka menjalin hubungan khusus. Sasuke memberi kejutan pada si pirang itu. Dan malam itulah malam pertama mereka memhabiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih yang saling memiliki seutuhnya dan bersumpah akan selalu bersama-sama. Ia miris melihat foto itu yang kini berbalik 180 derajat dengan keadaan mereka sekarang.

"Naruto, aku mencintaimu. Tolong kembalilah." Gumamnya. Air matanya pun mulai mengalir deras saat mengingat orang yang sangat di cintainya tidak berada di sisinya lagi. Sudah hampir 8 tahun Naruto menghilang dari hidupnya. Menurut kabar yang ia dengar Naruto pergi keluar negeri untuk melanjutkan studinya. Sejak itu ia sama sekali tidak mendengar kabarnya. Beberapa kali sudah ia coba menghubungi Naruto tapi pemuda itu tidak sekalipun membalas telpon maupun emailnya. Seolah ia ingin benar-benar menghilang dari hadapan Uchiha Sasuke. Hey seharusnya kau sadar. Bukankah kau yang membuat keadaannya seperti ini? Apa yang kau sesalkan? Bukankah ini yang kau pilih dulu?.Meninggalkan orang yang kau cintai dan memilih calon pilihan orang tuamu.

"Naruto . . . Naruto. . . kembalilah . . . " Gumamnya. Matanya tampak memandang kosong. Ia mengambil sebuah foto berbingkai putih di atas meja samping sofa tempat ia minum. Foto sang pemuda berambut pirang yang sedang berpelukan dengannya. Foto yang dulu ia temukan di tempat sampah apartemennya. Foto yang telah di buang oleh pemuda yang sangat di cintainya. Ia membelai kaca foto itu dengan lembut. Air matanya mulai menetes diatas kaca foto itu.

'Sakit. . .Apakah ini yang kau rasakan dulu Naruto? Saat aku ingin kita berpisah dulu? Tolong maafkan aku Naruto. . . .aku . . . aku tidak bisa hidup tanpamu'

Seharusnya dulu ia tidak pernah melepaskan tangannya. Seharusnya dulu ia mempertahankannya. Mempertahankan cinta mereka berdua. Seandainya dulu ia melakukan semua yang bisa dia lakukan untuk mempertahankan Naruto. Saat ini ia pasti tidak akan semenderita ini.
Sasuke membaringkan tubuhnya ke sofa. Ia memandang langit-langit dengan tatapan kosong. Apartemen inilah satu-satunya kenangan yang tertinggal dari Naruto. Tempat mereka bercinta dulu, tempat mereka saling berbagi.

"Kau tau? Mereka bilang keluargaku keluarga sempurna. Kekayaan, kekuasaan, istri cantik dan anak yang manis. Tapi kebahagian itu hanya di luarnya. Aku bahkan tidak ingat pernah tidur dengan istriku tanpa membayangkan dia adalah dirimu Naruto." Katanya sambil menangis. "I miss you, Dobe." Ia mencium foto yang ada di tangannya.

Sasuke pun akhirnya tertidur di sofa dengan berlinang air mata. Dalam mimpinya pun ia masih berharap untuk bertemu dengan orang yang di cintainya. 'Walau hanya dalam ingin bertemu denganmu.'
.
.
.
Di tempat lain di Konoha.

Naruto, Gaara dan Yuuki tiba di kondo milik Gaara. Untuk sementara Naruto dan anaknya akan tinggal bersamanya sebelum mereka mendapatkan apartemen. Kondo itu sama sekali tidak berubah meski sudah di tinggal pemiliknya selama 8 tetap bersih dan terawat. Tidak tampak sudah di tinggal penghuninya. Itu karena Kankurou, kakak lelaki Gaara, menyewa orang untuk membersihkan kondo itu. Ia mengaku sering tidur disana saat ia malas untuk pulang. Jam sudah menunjukkan tengah malam, namun Naruto belum juga bisa memejamkan matanya. Ia pun keluar dari kamarnya dan memilih untuk duduk di kursi dekat jendela dan menikmati pemandangan Konoha yang sudah lama tidak ia lihat.
"Naruto."

Naruto menoleh. Gaara muncul dari arah dapur dengan membawa dua cangkir minuman hangat di tangannya. Ia mendekati Naruto dan duduk di sofa seberang meja. Saling berhadapan dengan pemuda berkulit tan tersebut. Ia meletakkan cangkir satunya di depan Naruto.

"Tidak bisa tidur?." Tanyanya.

Naruto mengangguk. "Aku lelah tapi tetap tidak bisa. Ini ya yang di namakan Jet lag. Hahahaha."

"Hmm, di Inggris sekarang mungkin masih sekitar jam 10 pagi." Katanya sambil menyeruput kopi miliknya.

"Besok apa rencanamu?."

"Ah, mungkin aku akan ke universitas lebih dulu lalu ke kontraktor untuk mencari apartemen. Aku juga harus mencari sekolah dasar yang cocok untuk anak itu. Hmm, apa Temari-nee mau menjaga Yuuki untukku ya?."

"Baiklah, besok aku akan mengantarkanmu dan Yuuki ke tempat nee-san. Aku yakin ia tak keberatan menjaga Yuuki. Kau tau sendiri Temari sangat suka anak-anak kan?." Kata Gaara, lagi-lagi dengan menyeruput kopinya. Yah selain Gaara, dua kakak Gaara, Temari dan Kankurou mengetahui kondisi Naruto yang terjadi setelah 6 bulan mereka tinggal di Itali. Tiba-tiba saja, Temari, suaminya,Nara Shikamaru dan Kankurou, mengunjungi kediaman mereka. Ketiga orang itu sempat kaget dan shock saat melihat Naruto dengan perut buncit. Semua orang yang melihatnya pasti langsung tau bahwa dia sedang hamil, Melihat itu, Temari, Kankurou dan Shikamaru mengira Gaaralah yang menghamili Naruto. Bahkan Temari sempat menghajar Gaara habis-habisan sebelum akhirnya dia berhenti karena tau kejadian yang sebenarnya. Merekapun sepakat untuk membantu Naruto dan bayinya. Sejak dulu Naruto memang dekat bukan hanya dengan Gaara tapi juga Temari dan Kankurou bahkan ayah mereka, Kazekage. Keluarga Sabaku sudah mengganggap pemuda itu sebagai keluarga sendiri. Itu karena peristiwa saat mereka masih kelas 2 SMP, Naruto pernah menyelamatkan Sabaku bungsu itu dari usaha penculikan. Gaara baik-baik saja, namun Naruto mendapat luka cukup parah akibat tembakan penculik yang mengenai perutnya saat ia melindungi Gaara dengan tubuhnya. Gaara merasa sangat bersalah dan berjanji akan selalu menjaga Naruto mulai saat itu. Saat itulah Naruto mengetahui ada yang aneh dengan tubuhnya.

Dokter Kabuto yang merawatnya saat itu menemukan keanehan saat mengambil proyektil peluru yang ada di dalam perutnya, ia lansung memberitahunya bahwa dia mengidap suatu sindrom yang langka. IS, Intersexual Syndrom, dimana penderita memiliki dua alat reproduksi. Tingkat sindrom ini tergantung pada tingkat kesuburan masing-masing alat reproduksi. Dokter itu mengatakan bahwa kasus yang di alami Naruto adalah kasus yang sangat sangat sangat langka. Naruto memiliki rahim dan testis yang sempurna. Dokter itu bahkan mengatakan kalo kemungkinan Naruto bisa hamil adalah 50%. Ia juga menyarankan Naruto untuk meminum obat yang di berikannya secara teratur agar tidak ada efek samping dari hormon pria dan wanita yang ada ditubuhnya. Dokter itu menyarankan agar Naruto berhati-hati jika ingin berhubungan intim dengan laki-laki, melihat betapa besarnya kemungkinan ia dapat hamil. Memakai pengaman adalah cara terbaik untuk mencegah kehamilan. Maklum, kehamilan pada perempuan saja sudah beresiko, apalagi pada laki-laki.

Itu terbukti setelah ia mengetahui dirinya tengah mengandung setelah 2 bulan ia berada di Itali. Ia mengandung benih laki-laki yang telah mencampakkannya. Ia mengingat, hanya sekali, hanya sekali mereka melakukannya tanpa pengaman dan sekarang lihat hasilnya. Sebuah janin berumur hampir 3 bulan kini berada di perutnya. Awalnya aborsi adalah pilihan pertamanya, toh usia kandungannya masih sangat muda namun pikiran itu segera dienyahkannya. Bayi yang di kandungnya berhak hidup. Gaara pun mendukung keputusannya secara penuh. Dukungan juga datang dari kakak Gaara, Temari, Kankurou dan Shikamaru setelah mereka tau apa yang terjadi pada Naruto. Naruto memberitahukan semuanya pada mereka, hanya siapa ayah Yuuki yang sebenarnya yang tidak ia beritahukan.

Semua berjalan baik-baik saja. Setelah tahu dirinya hamil., ia langsung mengambil cuti kuliah dengan alasan pengobatan. Kehamilan Narutopun berjalan dengan tenang karena pemuda itu sama sekali tidak mengalami keluhan apapun selama kehamilan. Namun saat akan melahirkan, semua menjadi mencekam. Dokter harus melakukan operasi Caesar karena Naruto tidak memiliki jalur untuk melahirkan bayinya secara normal. Operasi itu berlangsung selama 8 jam lebih. Namikaze Yuuki lahir di pertengahan musim dingin saat salju turun. Bayi berjenis kelamin laki-laki itu lahir sehat dan normal tanpa kekurangan apapun. Kulitnya putih bersih dengan sedikit rambut berwarna hitam di kepalanya. Raut wajah dan mata berwarna biru seperti milik Naruto. Tapi berbeda dengan kondisi Naruto. Pemuda itu mengalami perdarahan hebat di rahimnya menyebabkan pemuda itu koma selama satu minggu. Selama itu pula Garaa menungguinya tanpa lelah. Hingga akhirnya pemuda berambut pirang itu membuka matanya.
.
.
.
Pagi harinya Gaara mengantar Naruto dan Yuuki ke kediaman Nara, tempat kakak perempuan dan suaminya mereka bertiga di sambut dengan senang oleh pasangan Nara tersebut beserta 2 anak mereka, Nara Mikan dan Kousuke. 2 anak keluarga Nara itu memang sudah tidak asing dengan Yuuki. Mereka sudah beberapa kali bertemu saat keluarga Nara mengunjungi Garaa di Itali dulu.

"Kak Mikan, Kak Kou, apa kabar?." Tanya Yuuki sambil tersenyum manis dengan background bunga mawar putih di belakangnya. 2 anak yang di sapanya itu pun langsung mimisan dan pingsan di tempat. Ck, nggak bapak nggak anak sukanya tebar feromon. Temari pun juga terkena imbas dari feromon milik Yuuki.

"Gyaaaaa! Kawaiiiii!." Teriak pasangan ibu dan anak itu ala cewe fujoshi. Shikamaru hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan istri dan kedua anak kembarnya tersebut.

"Ck. Hei sadar umur. Merepotkan." Ucap Shikamaru dan langsung dibalas dengan tonjokan sayang oleh istri dan anak tercintanya.

Setelah menitipkan Yuuki, Gaara dan Naruto yang melihat ini langsung berkeringat dingin melihat 'keharmonisan' rumah tangga Shikamaru dan Temari. Mereka hanya bisa tertawa saat melihat Shikamaru di hajar penuh cinta oleh istri dan anaknya.

Gaara lalu mengantar Naruto ke universitas tempat ia akan bekerja. Setelah itu ia juga pergi ke perusahaan tempatnya bekerja. Meninggalkan Naruto di tempat itu.

"Perlu kujemput?." Tanya Gaara penuh perhatian.

"Tidak usah, aku ingin jalan kaki saja." Katanya sambil ingin berjalan-jalan di kota yang sudah lama di tinggalkannya.

"Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa hubungi aku." Gaarapun langsung melajukan mobil sport merah kesayangannya.

Naruto menemui dekan kampus menanyakan tentang pekerjaannya. Setelah itu dia juga menemui dosen yang membuatnya seperti sekarang, Tsunade sensei. Mereka pun ngobrol panjang lebar. Wanita paruh baya itupun terlihat sangat senang saat melihat sang murid telah kembali. Tsunade menanyakan kenapa studi Naruto membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang di jika mengambil S2 waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 2-3 tahun. Tapi Naruto menghabiskan waktu hampir 8 tahun untuk kembali ke Konoha.

"Ah! Maafkan aku sensei, sebenarnya S2 ku sudah tamat 3 tahun setelah aku ke Itali."

"Lalu?." Tsunade penasaran dengan jawaban Naruto.

"Setelah jenjang S2ku selesai, guruku Mr. Goodham menawarkan beasiswa penuh untuk melanjutkan jenjang S3 padaku dan aku menerimanya dengan senang hati." Jelas Naruto. Tsunade membulatkan matanya. Ternyata Naruto mampu melebihi perkiraannya. Michael Goodham terkenal akan sifatnya yang memilih-milih murid dan hanya akan mengakui orang yang benar-benar berbakat. Jika pelukis nomor satu itu menawarkan beasiswa pada Naruto, berarti ia telah mengakui bakat dan potensi yang ada dalam diri Naruto. Dia memang tidak salah memilih Naruto saat itu. "Lalu sekitar 2 tahun lalu aku menerima undangan mengajar di salah satu universitas terkenal di Inggris, sekalian pemeran keliling bersama guruku."

Tsunade merasa sangat bangga terhadap pencapaian mantan muridnya tersebut. Ia hanya tersenyum saat Naruto mulai menceritakan pengalamannya di luar negeri. Tak terasa hari sudah beranjak siang. Naruto pun pamit pada sang mantan guru. Ia mengatakan akan datang lagi pada hari senin dan mulai mengajar.

Setelah itu dengan berjalan kaki, ia menyusuri jalan kota yang sudah 8 tahun di tinggalkannya. Tidak banyak yang berubah. Di seberang jalan ia melihat segerombolan anak-anak muda yang memakai seragam sekolah yang dulu pernah di pakainya. Ia pun tersenyum mengingat kenangan masa-masa itu. Ia mendongak memandang langit biru di atasnya. Sinar matahari berkilauan di atas sana. Sama sekali tidak berawan. Benar-benar langit yang biru.

Naruto menuju ke sebuah kafe untuk makan siang. Ia duduk di salah satu kursi kosong yang di tunjukkan oleh pelayan café itu. Ia tidak menyadari bahwa sejak tadi gerak geriknya di perhatikan seseorang.
.
.
Ia berhenti karena lampu berwarna merah. Ia mengedarkan pandangannya ke samping jalan. Berharap ada yang bisa menghilangkan rasa bosan dari kemacetan ini. Sampai mata hitamnya menangkap sosok yang selama ini dirindukannya, sosok dengan rambut kuning dan senyum yang masih sama dengan dulu. Ia membulatkan matanya tanda tak percaya. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya dan mengusap matanya. Ia bahkan mencubit pipinya untuk memastikan dia sedang tidak bermimpi.
.
.
.
~TBC~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar