Minggu, 20 Juli 2014

FF. Innocent devil (sekuel :Unfaithfull) Chapter 1




.

.

.

.

.

Disclaimer      : Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.

Genre             : Terserahlah.

Rate                : T

Warning         : Broken pair, Frontal, cheating and hatred, GS.

Typo bertebaran karena Loli males edit.

Don’t like don’t read

.

.

.

Sekuel: Unfaithfull

.

.

.

Cast

Uzumaki Naruto as Namikaze (Uchiha) Naruto (fem) .

Uchiha Sasuke as Uchiha Sasuke

Haruno Sakura as Haruno (Sabaku) Sakura.

Sabaku Gaara as Sabaku Gaara.

Cast lain mendukung.

.

.

.

Summary: Tidak semua yang putih itu baik dan semua yang hitam itu jahat.

.

.

.



.

.

.

Chapter 1. Broken Angel?

.

.

.

.

.

.

Sepasang pria dan wanita muda melangkah keluar dari pintu kedatangan dengan penuh rasa percaya diri. Pasangan itu sepertinya menarik banyak mata untuk menoleh. Bagaimana tidak, sang pria sangat tampan dengan rambut raven yang di tata ala spike sedangkan sang wanita tampak manis dengan mata biru besar dan rambut pirang halus mengundang siapa saja untuk membelainya. Wanita itu bergelayut manja di lengan sang pria yang nampak gagah itu.

“Naruto, Sasuke.” Panggil seorang pemuda berambut merah yang sudah menunggu mereka sejak tadi.

Wanita yang di panggil Naruto itu tampak senang. Ia melepaskan pegangannya pada pria raven itu hendak berlari menyongsong sang pria oranye. Tapi lengannya di cekal oleh pria raven itu.

“Hati-hati Dobe.”

“Wakatta.” Naruto mencebilkan bibirnya karena kesal. Padahal ia ingin segera memeluk sang kakak.

“Arashi-nii, bagaimana kabarmu?.” Tanya Sasuke.

“Baik. Kaa-san dan Tou-san juga. Aku sudah lama menunggu kalian.” Pria yang di panggil Arashi itu memeluk Naruto dengan erat. “Bagaimana kabarmu Imouto?. Genki desu ka?.”

“Um.” Naruto mengangguk dalam pelukan Arashi.

“Ayo, Kaa-san dan Tou-san sudah menunggu.” Ucapnya sembari melepaskan pelukannya. Ia segera melangkah meninggalkan bandara itu bersama Naruto dan Sasuke.

.

.

.

“Untuk apa kau ke mari membawa perempuan jalang itu?.” Tanya wanita berambut pirang itu dengan sinis. Ia menatap tajam wanita itu, sedang yang di tatap hanya menundukkan kepalanya.

“Aku ingin bertemu ayah.”

“Untuk apa kau menemuiku?.” Seorang pria paruh baya tiba-tiba muncul dari rumah besar itu. Kazekage Sabaku, kepala keluarga Sabaku sekaligus ayah dari Temari, Kankurou dan Gaara.

“Tou-san.”

“Katakan tujuanmu kemari anak muda.” Katanya dingin. Ia menatap tajam pada wanita yang ada di belakang putranya. Tampak jelas bahwa ia tidak menyukai wanita itu.

Pria itu menyadari arah tatapan menusuk ayahnya. “Tidak bisakah ayah menerimanya?.”

“Setelah apa yang di akibatkan olehnya? Kurasa kau tau jawabannya anak muda.”

“Aku mencintainya ayah, tidakkah ayah melihatnya?.”

“Kalau kau mencintainya, kenapa kau mau menikah dengan Naruto?!.”

Pria itu menunduk. “Aku tidak mau membuat ayah kecewa.” Lirihnya.

“Well, bad luck for you. You already did. Kau membuatku sangat sangat sangat kecewa Gaara.” Katanya dengan lemah. “Kau membuat persahabatan yang kubangun selama berpuluh-puluh tahun hancur begitu saja. Aku bahkan tidak memiliki muka untuk meminta maaf pada Minato untuk apa yang kau perbuat pada putrinya. Seharusnya kau mengatakan dengan jujur saat itu . . .” Tubuh pria tua itu oleng.

“Ayah!.” Wanita berambut pirang itu dengan sigap menopang tubuh ayahnya.

“Ayah . . .”

“Pergilah, aku ingin istirahat.” Pria tua itu berjalan ke dalam rumah dengan di bantu putrinya.

“Tapi . . .”

“Pergilah Gaara. Apa kau tidak melihat Tou-san sedang tidak enak badan?.” Kata Temari dengan nada meninggi.

Dengan berat hati Gaara meninggalkan kediaman Sabaku tersebut. Temari membantu ayahnya berjalan menuju kamarnya. Ia juga membantu pria paruh baya itu berbaring di tempat tidurnya.

“Istirahatlah ayah.”

“Aku merasa bersalah pada Minato.”

“ . . .”

“Karena aku putrinya . . .”

“Itu bukan kesalahan ayah. Ini kesalahan adikku yang bodoh itu.”

“Tapi tetap saja. Jika saja aku tidak menjodohkan gadis cantik itu dengan Gaara semuanya tidak akan menjadi seperti ini.”

“Sudahlah ayah, kita berdoa saja semoga paman Minato mau membuka hatinya untuk kita dan memaafkan keluarga kita.”

.

.

.

“Bagaimana sayang? Kau menyukainya?.” Tanya Kushina. Dia merasa cemas karena putrinya tampak pucat. “Kau baik-baik saja kan? Bisa memakannya?.”

“Um tidak apa-apa Kaa-san.” Naruto mengangguk.

“Apa kau menginginkan sesuatu? Merasa mual? Atau pusing? Biar Tou-san memanggilkan dokter untukmu.”

Naruto memandang jengah kedua orang tuanya yang sedari tadi bersikap berlebihan.

“Aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir.”

“Tapi . . .”

“Tou-san, bukankah Imoutou sudah bilang baik-baik saja. Kalian tidak perlu cemas.” Kata Arashi yang juga jengah dengan sikap bodoh kedua orang tuanya. (Ck, anak durhaka ngatain orang tuanya bodoh.)

“Tapi . . .” Minato masih tidak terima.

“Sudahlah, Tou-san. Naru-chan tidak apa-apa.” Kata wanita pirang yang duduk di samping kursi Naruto. Namikaze Shion, istri dari Arashi. Ibu satu anak itu masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak kepala 3. Ia tengah menyuapi anak lelakinya yang baru berumur 6 tahun.

“Shion-nee~~~ Aku ingin makan Ramen buatan Nee-san.” Kata Naruto sambil bergelayut manja di lengan Shion.

“Ne ne ne.” Kata Shion sambil tersenyum. Ia terlihat sangat menyayangi adik iparnya itu. Ia mengusap-usap kepala pirang itu dengan sayang.

.

.

.

Sasuke merapatkan selimut istrinya. Naruto tertidur damai setelah makan malam tadi. Istrinya pasti lelah setelah perjalanan panjang dari Amerika apalagi sekarang istri tercintanya tengah berbadan dua. Sasuke mengecup dahi istrinya itu dengan sayang.

“Selamat tidur sayang.”

Ia melangkah sepelan mungkin keluar dari kamar itu. Di luar Arashi sudah menunggu. Pria berambut merah itu menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Dia sudah tidur?.”

“Hn.”

“Ayo, Kaa-san dan Tou-san sudah menunggu.”

Arashi dan Sasuke berjalan menuju ruangan di ujung lorong kiri rumah itu. Mereka menuju ruang kerja Minato. Disana sudah menunggu mertuanya juga kakak iparnya.

“Sasuke.”

“Duduklah suke.”

Sasuke duduk di salah satu sofa panjang itu. Semua orang menatap ke arahnya.

“Kenapa kau kembali kemari Suke? Bukankah Kaa-san dan Tou-san sudah melarangmu?.”

“Gomen ne Tou-san, Naruto memaksa ingin kembali ke sini. Ia mengatakan ingin menghabiskan waktu bersama kalian selama ia hamil dan melahirkan.”

“Kau tidak bisa mencegahnya?.”

“Naruto akan marah dan menangis jika aku melarangnya. Tou-san tau sendiri, aku tidak bisa melihat istriku menangis. Aku tidak bisa Tou-san.”

“Bagaimana kalau dia mengingatnya? Kaa-san takut Naru mengingatnya.” Tubuh Kushina bergetar ketika mengingat semua penderitaan putri kesayangannya. Shion mengusap pundak mertuanya itu untuk menenangkannya.


-Flashback-

Sudah beberapa hari Naruto tidak sadarkan diri. Orang tuanya secara bergantian menjaganya. Takut kalau-kalau putri kesayangan mereka bangun. Seperti saat ini. Kushina hampir saja tertidur di kursi di dekat ranjang sang putri jika suara itu tidak memanggilnya.

“Kaa-san . . .” Ucapnya dengan suara parau.

“Kau sudah bangun Naruto?.”

“A-ir . . .”

Kushina mengerti ucapan putrinya. Ia segera mengambil segelas air dan membantu putrinya minum.

“Aku kenapa?.”

“kau tidak ingat?.” Tanya Kushina heran. Naruto mengangguk lemah. Kepalanya terasa sangat pusing. Ia dapat merasakan bahwa kini kepalanya di lilit perban. “Kau kecelakaan, sayang.”

“Kecelakaan?.”

Kushina tidak bisa menahan air matanya saat melihat Naruto. Tidak dapat di bayangkannya kehidupan seperti apa yang dilalui sang putri dengan menantu yang ia kira bisa membahagiakan putrinya.

“Kenapa tidak mengatakan pada Kaa-san kalau kau tidak bahagia? Kenapa tidak  bilang kalau suamimu berselingkuh?. Kaa-san sangat sedih Naruto.” Kata wanita merah itu sambil menangis.

Naruto mengernyitkan dahinya.

“Suami? Siapa?.”

.

.

.

“Sepertinya Naruto-san mengalami amnesia karena benturan keras di kepalanya. Ia sepertinya hanya melupakan kejadian beberapa tahun belakangan.”

“Apa Naruto bisa mengingat masa lalunya kembali?.”

“Kemungkinan itu ada.”

“Kapan dia akan ingat?.”

“Tidak pasti, tergantung ada tidaknya faktor yang membuat ingatannya kembali. Tapi tolong jangan memaksanya untuk mengingat. Akan sangat berbahaya untuknya.”

“Apa tidak ada efek sampingnya? Maksudku hal buruk yang terjadi?.”

“Naruto bisa mengalami sakit kepala hebat dan lebih buruk ia bisa mengalami pendarahan otak yang bisa berakibat kematian.”

Orang tua dan kakak Naruto termenung.

-Flashback End-


Ruangan itu hening. Semua orang terdiam dalam pikiran masing-masing. Satu yang pasti mereka semua tidak ingin terjadi hal yang buruk pada putri satu-satunya keluarga Namikaze.

.

.

.

“Kita hanya bisa mencoba untuk mencegah agar Naruto tidak mengingat Sabaku Gaara.”

.

.

.

Kelopak yang melindungi mata shappire itu terbuka dengan perlahan. Ia menolehkan kepalanya ke jendela yang kini telah di terangi sinar bulan. Ia memandang jendela itu dengan pandangan sayu sebelum menutup matanya kembali.

.

.

.

Sakura, wanita yang kini telah resmi menjadi istri Sabaku Gaara menggeliat dan terbangun dari tidurnya. Ia membalikkan tubuhnya dan memandang wajah sang suami yang masih tertidur. Ia tersenyum. 5 tahun sudah pernikahan mereka lalui dengan bahagia. Hanya saja . . .

Sakura menghela nafas, ia bangkit dari tempat tidur dan segera menuju dapur untuk memulai rutinitas setiap pagi sebagai seorang istri. Di rumahnya memang ada seorang pembantu yang membantunya melakukan pekerjaan rumah. Chiyo namanya, wanita paruh baya itu sudah bekerja pada Gaara sejak suaminya menikah dengan istri pertamanya. Ah bicara soal istri pertama, sampai saat ini Sakura tidak mengetahui keberadaan wanita itu. Berita terakhir menyebutkan bahwa wanita itu kecelakaan dan di bawa keluarganya entah kemana. Jangan anggap Sakura peduli, ia hanya tidak ingin wanita itu kembali mengganggu hidupnya dan Gaara.

Sakura merasakan pelukan erat di pinggangnya. Tanpa menolehpun ia tau siapa yang memeluknya dari belakang. Gaara, suaminya, meletakkan kepalanya di  bahu kecilnya.

“Sudah bangun.”

“Hmm.” Gumamnya tidak jelas.

“Sarapan dulu. Aku sudah membuat omelet untukmu.” Ucap Sakura dengan lembut.

Mereka sarapan berdua karena kemarin bibi Chiyo mengatakan tidak bisa masuk karena anaknya sakit.

“Oh ya, nanti malam salah satu partnerku mengadakan pesta dan kita di undang ke sana.” Kata Gaara sambil menyuapkan sarapan buatan istri tercinta ke mulutnya. “ Jam 7 nanti aku akan pulang dan menjemputmu.”

“Benarkah?.” Tanya Sakura menyakinkan. “Baiklah kalau begitu.”

Pagi itu sarapan di lalui mereka dengan canda tawa. Sakura membantu Gaara untuk bersiap-siap ke kantor. Setelah Gaara pergi, ia segera menuju salon langganannya dan menyiapkan diri untuk acara nanti malam. Ia tidak mau membuat suaminya malu jadi ia harus tampil sesempurna mungkin.

.

.

.

Gaara sampai di kantornya. Ia langsung di sambut oleh karyawan yang memberi hormat padanya. Begitu sampai di ruangannya, ia mendudukkan diri di kursi tinggi miliknya dan mulai bekerja dengan tenang.

Tok Tok Tok.

“Masuk.”

Seorang pria masuk ke ruangan Gaara di ikuti seorang gadis berambut merah di belakangnya.

“Permisi direktur. Saya membawa pegawai yang akan menjadi sekretaris baru anda.”

“Ah, ya.”

Sekretaris Gaara baru saja mengundurkan diri tanpa alasan jelas. Padahal Gaara sangat menyukai pekerjaan sekretarisnya itu. Gaara memperhatikan penampilan sekretaris barunya. Wanita itu memiliki tubuh indah dan tinggi semampai. Ia memakai kemeja dengan lengan panjang berwarna pink pastel dan rok span pendek berwarna merah maroon setengah paha. Kakinya tampak indah dengan high heels berwarna hitam. Kacamata berwarna merah yang sangat cocok dengan warna rambutnya. Wajahnyapun tak kalah cantik dengan tubuhnya. Gaara akui, wanita itu sangat cantik.

“Shimura Karin desu.” Katanya sambil memberi hormat pada Gaara. Ah bahkan suara terdengar sangat indah. Gaara termenung sejenak.

“Direktur?.”

Panggilan itu membuat Gaara terbangun dari lamunannya.

“Ah, kau bisa bertanya pada asistenku tugas apa saja yang harus kau kerjakan. Sekarang pergilah.” Kata Gaara sambil mengalihkan perhatiannya ke berkas yang tadi di kerjakannya.

Mereka memberi hormat sebelum keluar dari ruangan Gaara. Karin mengikuti manager personalia untuk keluar. Saat di depan pintu ruangan itu, ia melirik Gaara dengan ekor matanya sambil tersenyum.

.

.

.

Wanita itu memutar-mutar tubuhnya di depan kaca yang tingginya setinggi tubuh miliknya. Dahinya tampak berkerut. Bibirnya mengerucut.

“Kenapa heum?.” Tanya pria yang sejak tadi memperhatikan tingkah lucu istrinya. Pria itu hanya tersenyum.

“Aku tampak gemuk.”

Pria itu melangkahkan kakinya dan menghampiri sang istri. Ia menyelipkan kedua tangannya ke pinggang ramping sang istri dan memeluknya posesif.

“Tidak, kau cantik. Sangat cantik.” Katanya pada sang istri. Ia mengusap-usap perut istrinya yang masih ramping. “Dan sangat sexy.” Bisiknya dengan erotis di telinga wanita itu. Ia melirik tubuh istrinya dengan pandangan er- . . .

“Yak! Dasar mesum!.” Teriak wanita itu saat menyadari kemana tatapan suaminya. Ia langsung menutupi belahan dadanya dengan kedua tangannya. Wajahnya tampak memerah karena malu.

“Hahahaha.” Suara tawa itu pecah seketika.

.

.

.

Pesta yang di adakan di hotel mewah itu sangat meriah. Makan mewah, wine serta champagne mahal menghiasi pesta pernikahan salah satu keturunan keluarga Hyuga itu. Wajah-wajah penting serta artis-artis terkenal memenuhi undangan salah satu keluarga terpandang di kota itu.

“Hyuga-san.”

Pria berambut coklat panjang itu menoleh.

“Oh, Sabaku-san.”

“Selamat. Pesta yang meriah seperti biasa.”

“Arigatou. Kenalkan ini istriku Ten ten.” Pria itu memperkenalkan wanita yang bersama dirinya.

“Hajime mashite.” Ucapnya sopan.

“Hajime mashite.”

“Ayo silahkan nikmati pesta ini.” Kata Neji. Mereka berbincang mengenai berbagai hal terutama bisnis dan kemungkinan perusahaan mereka bekerja sama.

“Neji, mereka belum datang?.”

“Hmm, sepertinya belum.”

Perhatian mereka teralih saat mendengar suara riuh dari pintu masuk. Sepasang manusia sedang berjalan ke arah mereka. Melewati barisan manusia yang seolah menyingkir untuk memberi kedua manusia itu jalan. Pasangan Hyuga dan Sabaku itu membulatkan matanya.

.

.

.

“Are you ready, honey?.”

“ ‘Bit nervous. I guess.”

“It’s ok. I’m with you. Everything gonna be Ok.” Pria itu menggengam jemari wanita yang duduk di sampingnya. Wanita itu menoleh ke arah sang pria dan tersenyum. Pria itu balas tersenyum

“Baiklah.”

Sopir mereka membuka pintu mobil sang pria kemudian sang pria menuju ke sisi pintu sang wanita dan menggandengnya keluar dari mobil. Sang sopir memberi hormat kepada para tuannya.

.

.

.

“Omedeto.”

“Kalian datang?.”

“Bagaimana kami tidak datang jika yang menikah adalah sahabat kami.”

Mereka berbincang akrab sampai Neji menyadari keberadaan pasangan Sabaku muda.

“Ah ya kenalkan, mereka adalah Sabaku Gaara-san dan Sakura-san.”

Pasangan muda itu tersenyum pada Gaara dan Sakura.

“Perkenalkan aku Uchiha Sasuke dan ini istriku, Uchiha Naruto.” Kata Sasuke memperkenalkan diri.

Gaara memandangi dengan detail penampilan gadis itu. Dibanding 5 tahun lalu penampilannya berubah banyak. Gaara tidak pernah tau kalau gadis itu memiliki tubuh seindah ini. Dulu saat mereka masih bersama, gadis itu selalu memakai pakaian sopan dan tertutup serta blazer sehingga lekuk tubuhnya tidak terlihat. Sekarang lihatlah penampilannya. Gaun strapless berwarna kuning terang dengan mermaid cut membalut tubuh seksi ala gitar Spanyol itu. Detail riffle berbentuk mawar memberi keindahan tersendiri. ia memakai aksesoris minim berupa kalung berlian dan sebuah anting tindik kecil. Agaknya ia ingin menonjolkan gaunnya sehingga ia tidak memakai aksesoris dan make up berlebihan. Gaara akui selera wanita itu cukup bagus.



“Apa kalian sudah kenal?.”

“Hn, tidak ini pertama kali kita bertemu. Bukan begitu sayang?.” Tanya Sasuke pada Naruto. Naruto hanya mengangguk sambil tersenyum menatap Sasuke.

“Ne, ini pertama kali kita bertemu, iyakan Sabaku-san?.”
Gaara dan Sakura terlihat terkejut. Gaara mencari setitik kebohongan di mata Naruto tapi ia tidak menemukannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

“I-iya ini pertama kalinya.” Jawab Sakura gugup. Sakura mengira Naruto berpura-pura tidak mengenal mereka.

“Oh ya, kapan-kapan mainlah ke mansion Namikaze, selama setahun ke depan kami akan tinggal di sana.” Kata Sasuke pada Neji.

“Benarkah?”

Pasangan Uchiha itu mengangguk. “Naruto ingin menghabiskan masa kehamilannya bersama Kaa-san dan Tou-san.”

Keempat orang itu tampak terkejut sedangkan Naruto menunduk dengan wajah memerah karena malu. Ia memukul lengan suaminya dengan pelan.

“Aigo, kalian baru 3 bulan menikah sudah memiliki anak. Ck dasar Uchiha.”

“Benarkah itu Naru-chan? Sudah berapa bulan?.” Tanya Ten ten yang kini berdiri di samping Naruto.

“Satu bulan.” Ucap Naruto malu-malu.

“Jadi kita bisa selalu bersama. Ah jadi ingat saat ada di Amerika dulu.” Kata Neji.

Yah, keempat orang itu memang bertemu saat berada di Amerika. Ten ten yang saat itu sedang praktek lapangan bekerja di rumah sakit tempat Naruto di rawat. Neji melanjutkan kuliahnya serta mengurus hotel Hyuuga yang ada di negeri paman Sam itu karena menemani sang tunangan. Sasuke juga kebetulan kuliah di tempat yang sama dengan Neji. Tahukah kalian jika Sasuke dan Naruto adalah sepasang kekasih? Sayang hubungan itu putus karena Naruto di jodohkan, tapi sepertinya mereka memang berjodoh karena ternyata takdir mempertemukan mereka kembali. Setelah Naruto benar-benar sembuh, ia langsung melamar gadis pujaan hatinya itu dan tentu saja Naruto menerimanya dengan senang hati. 3 bulan lalu mereka menikah dengan hanya mengundang kerabat dan teman dekat. Sasuke juga tau kondisi Naruto yang sebenarnya dari Arashi.

.

.

.

Pria paruh baya itu menundukkan badannya. Ia merasa malu pada orang yang ada di depannya.

“Maafkan kesalahan anakku Minato. Aku sungguh menyesal tidak bisa mendidiknya dengan benar.” Kata pria tua itu dengan sedih. Sedang pria pirang di depannya hanya menatapnya datar. Ia tidak tau harus berkata apa. Anak-anaknya yang menemaninya pun tidak bisa berkata apa-apa. Mereka tau bahwa ini juga kesalahan keluarga mereka.

“Sudah maafkan Kazekage-san Minato. Bagaimanapun ia adalah sahabatmu sejak muda.” Kata Kushina sambil mengelus pundak suaminya.

“Benar Tou-san, paman Kazekage sudah minta maaf. Tidak baik memupuk kebencian seperti ini.” Tambah Shion yang sedang memangku anaknya.

Minato terdiam sejenak kemudian menghela nafas.

“Tidak ada yang perlu di maafkan. Aku tau ini bukan salahmu.” Ucap Minato pada akhirnya. Jujur Minato sakit hati jika mengingat saat putri tercintanya terbaring kritis karena kecelakaan laknat itu. Tapi sisi hatinya juga tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Ia dan Kazekage sudah berteman sejak kecil.

“Minato.”

“Tapi aku tetap tidak akan bisa melupakan perbuatan anakmu pada putriku. Karena anakmu aku hampir kehilangan putriku Kazekage.”

“Aku tau, aku tau Minato.” Kazekage mengangguk.

“Dan tolong jangan pernah mengungkit pernikahan anak-anak kita Kazekage. Putriku sudah bahagia dengan suaminya yang sekarang. Aku tidak mau dia mengingat masa lalunya yang buruk bersama putramu. Aku ingin dia bahagia.”

“Tapi. . .”

“Naruto amnesia.” Kata Kushina menjelaskan. Kazekage, Temari dan Kankurou tampak terkejut. “Dan kami sepakat tidak ingin membeberkan masa lalunya bersama putramu Gaara. Biarlah itu jadi rahasia keluarga kita.”

Kazekage terdiam.

Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk keluarga mereka.

“Aku mengerti.”

.

.

.

Sakura menyisir rambutnya di depan meja rias sedang Gaara bersandar di tempat tidur mereka. Pikiran mereka masih terpaku pada kejadian di pesta tadi. Mereka tidak menyangka akan bertemu dengan Naruto apalagi saat melihat perubahan drastis wanita itu. Mereka juga bingung kenapa wanita itu seolah tidak mengenali mereka.

“Kau tahu . . .” Ucap mereka bersamaan.

“Kau duluan saja Sakura.”

“Um, tadi . . . wanita itu seolah tidak mmengenali kita.” Kata Sakura tidak yakin.

“Aku juga . . . Ada yang aneh.”

“Tapi paling tidak dia sudah menikah dengan orang lain. Itu artinya dia tidak akan mengganggu kita.” Kata Sakura sambil meletakkan sisirnya di meja rias. Ia berjalan ke sisi tempat tidurnya.


“Hmm, kau cemburu?.”

“Tidak.” Jawab Sakura cepat. ‘Hanya saja . . .’ Ia mengelus perutnya dengan pandangan kosong.
Gaara yang menyadari itu langsung memeluk istrinya. “Sudah jangan terlalu di pikirkan. Anak kita sudah bahagia di sana.”

“Tapi . . .”

“Sst, sudahlah ayo tidur.”

Jika seandainya saja kejadian itu tidak terjadi, mungkin sedang melihat tingkah anak mereka yang sedang lucu-lucunya. 5 tahun lalu, Gaara nekat menikahi Sakura tanpa restu keluarganya. Keluarganya marah besar apalagi setelah tau tentang sikap Gaara selama ini pada Naruto. Gaara tidak peduli. Ia hanya ingin hidup bersama wanita yang dicintainya juga calon anaknya. Sayang impiannya tidak terwujud. Saat usia kandungan Sakura berusia 5 bulan, wanita itu menjadi korban tabrak lari. Bayinya tidak bisa di selamatkan. Meski dokter mengatakan mereka masih bisa memiliki anak lagi tapi entah mengapa sampai sekarang mereka belum juga di beri keturunan.

.

.

.

Karmakah?.

.

.

.

-TBC-

.

.

.

Loli note: pengen bikin twoshoot ternyata nggak bisa (TT_TT)

.

.

.