.
.
.
.
.
Title : Erased.
.
.
Disclaimer : Naruto isn’t mine. The original chara is
own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.
Genre : Angst, Hurt, Drama.
Rate : M
Warning : Broken pair, Frontal, cheating and
hatred.
.
This
is a song fanfic. I like this Geisha song at the moment and got inspiration.
.
Don’t
like don’t read
.
.
.
.
.
.
Cast
Namikaze
Naruto.
Uchiha
Sasuke.
Namikaze
Deidara.
Hyuuga
Neji.
Cast
lain mendukung.
.
.
.
Summary:
Mungkin
lebih baik jika aku melupakanmu. Memulai hidupku kembali dari awal. Jauh
sebelum aku mengenalmu.
.
.
.
.
.
.
Jangan
sembunyi
Ku
mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi
dari apa yang terjadi
Tak
seharusnya hatimu kau kunci
Dunianya yang telah hancur makin hancur saat adiknya
memperkenalkan orang itu sebagai kekasihnya.
“Nii-san, ini pacarku. Namanya Uchiha Sasuke.” Kata
Deidara, adiknya sambil merangkul mesra pria berambut raven itu.
Bertanya,
cobalah bertanya pada semua
Disini
kucoba tuk bertahan
Ungkapkan
semua yang kurasakan
Naruto sedang menikmati sorenya di cafe terrace
favoritnya. Ia memesan segelas orange juice dan orange cheese cake. Seseorang
yang sangat dikenalnya dan paling di bencinya saat ini tiba-tiba saja muncul
dan mengacaukan sore tenangnya.
“Apa lagi yang kau inginkan Uchiha?.” Katanya
dingin.
“Bisakah kita bicara sebentar?.” Tanpa permisi pria
itu duduk di salah satu kursi.
Sasuke menghela nafas. “Aku tau aku salah. Tapi
bisakah kau membiarkanku bersama Dei? Aku benar-benar mencintainya.”
Naruto meninggalkan mejanya tanpa memperdulikan
panggilan sang Uchiha. Ia muak. Ia sakit hati. Bagaimana bisa ia di perlakukan
seperti ini.
Naruto tertawa mengejek dirinya sendiri. Inikah
balasannya setelah ia memberikan segalanya?. Beginikah rasanya jika ia terlalu
mencintai seseorang?. Sakit, rasanya sangat sakit hingga ia tidak ingin
mencintai orang lain lagi.
‘Baiklah. Aku juga akan bahagia meski tanpa dirimu.
Aku bersumpah.’ Katanya dalam hati. ‘Jika ini yang terbaik maka kumohon buat
aku agar bisa membuangnya dari hatiku, selamanya.”
Kakinya mulai melangkah dengan gontai. Ia terus
menundukkan kepalanya hingga ia tidak menyadari sebuah mobil datang ke arahnya
dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya oleng dan mati rasa. Ia terhempas dengan keras
ke jalan aspal hitam itu. Namanya di panggil dengan keras. Hal terakhir yang di
dengarnya sebelum kegelapan menyelubunginya.
Kau
acuhkan aku
Kau
diamkan aku
Kau
tinggalkan aku
Keluarga Namikaze langsung menuju rumah sakit saat
mendengar Naruto kecelakaan. Mereka terlihat cemas.
“Sasuke, bagaimana ini bisa terjadi?.”
“A-aku tidak tahu, aku kebetulan bertemu dengan
Naruto saat makan siang. Lalu kami berpisah. Saat berbalik aku sudah melihat
Naruto tidak sadarkan diri.”
“Maafkan akan kelalaianku.” Pria dengan mata
Lavender itu membungkukkan badan. “ Ini semua salahku. Kalau saja aku bisa
lebih cepat menginjak rem, anak anda tidak akan celaka. Saya akan bertanggung
jawab atas semua biaya rumah sakit.”
Dokter itu keluar dari ruang operasi.
“Dokter, bagaimana keadaan anak saya.”
“Saya sudah menjahit luka di kepalanya. Tapi saya
belum bisa memastikan keadaannya. Benturan di kepalanya sangat keras.
Kemungkinan dia akan mengalami gegar otak.” Katanya menjalaskan. “Tapi . . .”
“Tapi apa dok? Tolong jangan membuat kami cemas.”
Dokter itu menghela nafas. “Kami sudah berusaha,
tapi maaf sepertinya Tuhan berkehendak lain. Kami tidak bisa menyelamatkan
kandungan putra anda.”
“Ka-kandungan?.” Mereka semua terlihat terkejut.
“Saya tau ini hal yang sulit di percaya tapi memang
itulah keadaan putra anda. Saya menemukan alat reproduksi wanita yang lengkap
dan subur di dalam tubuh anak anda. Jika seandainya janin itu bisa di
selamatkan, usianya sudah hampir 3 bulan.”
Sasuke mematung, Naruto hamil? Hamil anaknya?.
Lumpuhkanlah
ingatanku
Hapuskan
tentang dia
Ku
ingin ku lupakannya
“Nii-san, akhirnya kau bangun juga. Yokatta.”
Deidara terisak memeluk kakaknya.
“Hmm, kenapa menangis Dei. Aku tidak apa-apa kok.”
Ia menepuk-nepuk punggung adiknya. Ia lalu mengedarkan matanya ke sekitar
ruangan tempatnya di rawat. Matanya menangkap sesosok pria berambut raven yang
berdiri di belakang adiknya.
“Syukurlah, Naruto. Kau sudah sadar.” Meski sekarang
bukan kekasih pria pirang itu tapi mereka pernah berbagi cinta. Terlebih hampir
ada seorang bayi di antara mereka. Sasuke merasa bersalah. Ia ingin menjaga
Naruto.
“. . .”
“Nii-san?.” Deidara melepaskan pelukannya.
“Kau . . . siapa?.”
Deg!
Sasuke membeku.
Jangan
sembunyi
Ku
mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi
dari apa yang terjadi
Tak
seharusnya hatimu kau kunci
“Coba katakan padaku apa yang terakhir kau ingat
sebelum tidak sadarkan diri?.” Tanya dokter bername tag Nara Shikamaru itu.
Naruto berpikir sejenak. “Terakhir yang ku ingat.
Aku jatuh saat bermain basket bersama Dei dan kepalaku membentur tiang.”
Shikamaru mengangguk kemudian memberi beberapa
pertanyaan lagi sampai ia yakin dengan diagnosisnya kemudian memberitahu
keluarga pasien. Minato, Kushina, dan Deidara menunggu penjelasan dokter. Mereka
sangat khawatir dengan keadaan Naruto.
“Sepertinya benturan di kepalanya mengakibatkan
Naruto kehilangan sebagian ingatannya. Ingatannya beberapa tahun ini
menghilang. Benturan di kepalanya dan mungkin tekanan batin membuat alam bawah
sadarnya untuk menghilangkan ingatan yang menyakitkan baginya.” Kata dokter
Shikamaru menjelaskan kepada anggota keluarga Namikaze.
“Lalu kapan dia bisa mengingat kembali?.” Tanya
Kushina.
“Saya tidak bisa memastikan hal itu. Tapi yang jelas
jangan memaksanya untuk mengingat karena itu akan membuat dia terguncang
terlebih jika dia tau bahwa dia keguguran dan dia tidak ingat siapa ayah dari
bayi yang sempat di kandungnya.”
Lumpuhkanlah
ingatanku
Hapuskan
tentang dia
Hapuskan
memoriku tentang dia
Hilangkanlah
ingatanku jika itu tentang dia
Ku
ingin ku lupakannya
Pria bernama lengkap Hyuuga Neji itu membawa
sekeranjang besar buah-buahan untuk menengok Naruto. Ia mendengar dari
keluarganya bahwa pemuda itu sudah sadar. Neji berniat meminta maaf atas
kelalaiannya yang telah menyebabkan pria itu terluka terlebih pemuda itu
keguguran. Meskipun sebenarnya bukan 100% kesalahannya. Ia memang pernah
mendengar kasus seperti ini tapi ia tidak menyangka bahwa ia akan melihatnya
sendiri.
Ceklek!
Neji memutar knop ruang rawat VIP itu. Ia melihat
pemuda pirang itu sedang duduk di tempat tidurnya sambil memandangi pemandangan
dari jendela.
“Kau siapa?.” Tanyanya.
“Ah, perkenalkan namaku Hyuuga Neji. Akulah yang
menabrakmu kemarin. Maafkan aku. Jika saja aku lebih cepat menginjak rem, kau
tidak akan celaka dan masuk rumah sakit.”
“Tidak, aku juga salah. Kemarin kudengar aku yang
menerobos lampu lalu lintas. Jadi maafkan aku. Karena aku, kau repot seperti
ini.”
“Ah, ya. Aku membawakan buah-buahan untukmu.”
Katanya.
Naruto tersenyum manis. “Terima kasih, um maukah kau
menemaniku ngobrol? Aku bosan sendirian. Tapi kalau kau sibuk juga tidak apa.”
“Baiklah. Kebetulan aku sedang tidak ada kesibukan.”
Neji meletakkan keranjang buah di meja samping ranjang. Mereka mulai berbincang
dan tertawa bersama. Neji mengupaskan buah untuk Naruto dan menyuapi pemuda
pirang itu.
Lumpuhkanlah
ingatanku
Hapuskan
tentang dia
Hapuskan
memoriku tentang dia
Hilangkanlah
ingatanku jika itu tentang dia
Kian hari, Naruto makin dekat dengan Neji. Pria
Hyuuga itu menjenguk Naruto tiap hari. Seperti saat ini Neji sedang menyuapi
Naruto makan siangnya.
“Naruto, aaa.” Neji memberi isyarat agar Naruto
membuka mulutnya.
“Aku sudah kenyang Neji.” Rajuk Naruto. Ia
mencebilkan bibirnya.
“Kau harus banyak makan supaya cepat sembuh.” Masih
tetap berkeras agar Naruto menghabiskan makan siangnya.
“Tapi aku bosan makan makanan rumah sakit. Belikan
aku Ramen.” Jujur, dia sudah bosan dengan menu rumah sakit yang itu-itu saja.
“Kalau kau sudah sembuh, aku akan mentraktirmu Ramen
sebanyak apapun yang kau inginkan.”
“Benarkah?.” Tanya Naruto memastikan. Neji mengangguk
dan kembali menyuapkan bubur itu ke mulut Naruto.
Sasuke mengepalkan tangannya saat melihat kemesraan
Neji dan Naruto dari luar kamar Naruto di rawat. Tapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa. Dia tidak punya hak apa-apa. Naruto tidak mengingatnya dan sekarang
statusnya hanya sebagai kekasih Deidara, adik Naruto. Bukankah ini yang dulu
diinginkannya?.
Bukankah dia yang meninggalkan Naruto demi
mendapatkan Deidara?.
“Suke.”
Panggilan itu menyadarkannya. Deidara, kekasihnya
sekarang memanggilnya karena ia melamun di depan pintu ruang rawat Naruto.
Pemuda pirang itu memandang Sasuke dengan heran.
“Ada apa?.” Tanya Deidara penasaran.
“Tidak, tidak apa.”
Ku
ingin ku lupakannya
Lumpuhkanlah
ingatanku
Hapuskan
tentang dia
Ku
ingin ku lupakannya
Walau singkat, perkenalannya dengan Naruto begitu
berkesan di hatinya. Neji akhirnya memutuskan untuk melamar sang pujaan hati
setelah mereka resmi berpacaran selama 6 bulan. Awalnya keluarga Hyuuga tidak
menyetujui keinginan Neji. Orang tua mana yang ingin anaknya menjadi gay dan
menikah dengan sesama pria. Bagaimanapun mereka juga ingin menimang cucu. Namun
Neji berkeras, ia meyakinkan orang tuanya untuk dapat menikahi Naruto. Apalagi
setelah mendengar tentang kesehatan Naruto.
Saat lahir, Naruto memiliki kelamin ganda namun
karena dokter salah mendiagnosis bahwa Naruto adalah bayi laki-laki. Maka
Naruto pun mendapatkan operasi rekonstruksi alat kelamin laki-laki. Mereka
tidak tau kalau justru alat reproduksi wanitanyalah yang berkembang lebih
sempurna ketimbang kelamin prianya. Terbukti bahwa Naruto lebih menyukai pria
dan bisa hamil. Sekarang setelah di ketahui bahwa Naruto dapat hamil. Keluarga
Namikaze segera mengurus perubahan gender sang putra sulung ralat sang putri
sulung ke pengadilan agar Naruto bisa menikah dengan Neji di Konoha.
Pernikahan Neji dan Naruto berlangsung meriah dan
mewah. Naruto berada di ruang rias mempelai. Ia memakai jas berwarna putih.
Meski kini ia sudah berstatus perempuan walau tidak menjalani operasi
pengubahan kelamin namun tetap saja masa hidup 20 tahun sebagai lelaki tulen
masih melekat erat di dirinya. Karena itu ia meminta ijin untuk memakai celana
sebagai busana pengantinnya. Ia di temani Deidara.
“Bagaimana ini Dei, aku gugup sekali.”
“Tenang saja Nii-san ah maksudku Nee-san, semua akan
baik-baik saja.”
Di luar gedung itu Sasuke sedang melampiaskan
emosinya pada sebatang pohon besar. Bohong jika dia tidak merasa sakit. Orang
yang dicintainya menikah dengan orang lain terlebih orang itu sama sekali tidak
mengingatnya. Cinta? Ya ia baru sadar bahwa cintanya pada Naruto masih ada.
Hanya saja cinta itu terpinggirkan oleh pesona Deidara. Kini ia sadar bahwa
Narutolah yang ia cintai. Ia menyesal.
Sangat sangat menyesal.
“Naruto . . .” Lirihnya. Airmata mengalir dari sudut
mata kelam itu.
Kau
acuhkan aku
Kau
diamkan aku
Kau
tinggalkan aku
Naruto memandang Neji dengan senyum bahagia merekah
di bibirnya begitupun sebaliknya. Pria pilihannya yang ia yakini akan
memberikan kebahagiaan padanya. Neji menggenggam tangan Naruto dengan erat dan
menggiring pujaan hatinya untuk masuk kedalam mobil. Naruto dan Neji
melambaikan tangannya pada tamu undangan pernikahan mereka lalu meninggalkan
gedung resepsi tersebut. Minato dan Kushina tampak terharu. Mereka berdoa dalam
hati supaya anaknya bahagia dengan pilihannya.
.
.
.
.
.
“Kau
tidak amnesia kan?.”
Naruto
tersenyum. “Bisakah kau mengatakan pada keluargaku kalau aku kehilangan sedikit
memoriku?.”
“Kenapa?
Kenapa kau ingin keluargamu menganggapmu sakit?.”
Naruto
memandang Shikamaru dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Ia lalu
mengalihkan pandangannya ke arah jendela. “Aku ingin berjalan maju. Melupakan
masa laluku. Lagipula anak itu sudah tidak ada.” Ia mengusap perutnya. “Mungkin
Tuhan sengaja memberiku kesempatan kedua untuk hidup. Hidup untuk kebahagiaan
yang tertunda.”
.
.
.
Inilah yang dia pilih, melangkah maju bersama orang
yang mencintainya. Naruto menatap pria yang sudah resmi menjadi suaminya beberapa
jam yang lalu dengan senyum yang merekah. Pria yang akan menjadi kebahagiaannya
dan mendampingi dirinya sampai tua nanti.
“Ada apa?.” Tanya Neji.
“Um.” Naruto menggeleng. “Tidak apa-apa.”
Ia membalikkan badannya dan melihat ke arah
pemandangan jalan. Membiarkan airmata membasahi pipinya untuk terakhir kali.
Ini terakhir kalinya ia akan menangi karena kesedihan. Terakhir kalinya ia menangis
karena dia.
Seperti janjinya, dia akan hidup bahagia. Dia berhak
hidup bahagia.
Meski tanpa Sasuke Uchiha.
.
.
.
‘Suatu hari nanti aku pasti bisa bahagia tanpamu,
Sasuke. Suatu hari nanti . . .’
.
.
.
“Dobe, gomen.”
Kini ia hanya bisa meratapi semuanya.
.
.
.
-The
End-
.
.
.
-Omake-
Pemuda blonde itu menangis saat membaca buku harian kakaknya.
Ia juga melihat beberapa foto yang terselib di buku harian itu. Buku harian
yang ia temukan terselip di antara kumpulan manga koleksi sang kakak. Buku
bersampul orange yang begitu menarik perhatiannya. Buku yang ia tau buku
kesayangan kakaknya sebelum ingatannya terenggut. Buku yang menyimpan rahasia
kakaknya yang mungkin tidak ia ketahui. Tangannya bergetar saat membaca buku
itu apalagi saat ia melihat beberapa foto mesra kakaknya dengan pria yang
sangat ia kenal.
Air matanya mengalir deras. Ia tidak percaya ini. Ia
tidak ingin percaya.
.
.
.
.
Kenapa
kau meninggalkanku teme?.
Setelah
semua pengorbananku, kau meninggalkanku begitu saja.
Di
Anniversary kita yang ke tiga.
Kenapa
harus Deidara? Kenapa harus adikku yang kau pilih?.
Aku
tidak kuat lagi. Aku tidak kuat lagi.
Aku
berdoa agar Kami-sama menghapus ingatanku tentangmu.
Agar
aku tidak mencintaimu lagi.
Aku
membencimu tapi aku juga mencintaimu.
Uchiha
Sasuke.
.
.
.
.
-The
End-
.
.
.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar