.
.
.
.
.
Title : Forever
.
.
.
Disclaimer :
Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this
story is purely mine.
Genre : Hurt, Romance,
Drama.
Rate :
M
Warning :
Kesamaan
chara dan story tidak disengaja.
.
Don’t like don’t read
.
.
.
.
.
.
Cast
Namikaze
Naruto.
Uchiha Sasuke.
Cast lain mendukung.
.
.
.
Summary:
Selamanya, aku mencintaimu.
.
.
.
.
.
.
“Sasuke,
sudah waktunya makan.” Kata gadis berambut pink itu.
Sasuke
hanya menoleh sebentar sebelum kembali memandang hampa halaman belakang rumah
jepang itu. Angin sore menerpa helaian hitam di atas kepalanya. Gadis itu
menghela nafas. Lagi-lagi Sasuke mengabaikannya. Semenjak hari itu Sasuke
sering melamun dan berdiam diri.
Hari
dimana dia kehilangannya.
“Sampai
kapan kau akan seperti ini?.” Desahnya cemas sebelum akhirnya ia masuk ke dalam
rumah.
.
.
.
“Naruto.
. .”
.
.
.
“Naru kau kenapa.” Tanya sang raven cemas. Sudah beberapa
hari Sasuke melihatnya pucat. Beberapa kali ia juga melihat Naruto lemah dan
hampir tidak kuat berjalan.
Yang di panggil Naru hanya tersenyum. “Tidak apa-apa.”
Mereka hanya tinggal berdua di rumah mungil itu. Rumah
kecil berdinding kayu tempat mereka berlindung.
“Sasuke.”
“Hn.”
“Dingin.”
Sasuke mendekatinya dan membelitkan selimut wol hangat,
satu-satunya selimut yang mereka miliki, ke tubuh mungil itu. Malam ini sangat
dingin. Mereka berbagi selimut itu dan tidur berpelukan.
“Sasuke.”
“Hn.”
“Kau ingat saat pertemuan pertama kita. Kakiku terluka
dan terjatuh di semak-semak. Kau dan Sakura menemukanku disana. Aku
berterimakasih.” Ia menyandarkan kepalanya di dada Sasuke.
Sasuke mengeratkan pelukannya.
.
.
.
“Sakura,
bagaimana?.” Tanya Mebuki.
Sakura
menggeleng. “Sasuke belum mau makan.” Ucapnya dengan nada cemas.
“Sejak
Naruto pergi, dia jadi kehilangan semangat. Mungkin sudah saatnya.” Ucapnya.
“Ibu.”
Lirih Sakura. Matanya mulai memanas. Baru 3 bulan lalu ia kehilangan Naruto. Ia
tidak mau kehilangan Sasuke juga.
“Sakura,
maafkan ibu.” Mebuki merasa bersalah saat melihat sang anak mulai menitikkan air
mata. Ia tau Sakura sangat menyayangi Sasuke. Bagaimanapun mereka sudah bersama
sejak kecil.
“Hiks
Hiks.” Gadis merah muda itu terisak saat membayangkan Sasuke meninggalkannya
sama seperti Naruto. Ia belum ingin kehilangan Sasuke.
.
.
.
Malam
ini, Sasuke bergelung di dalam selimut wolnya. Ia menghirup aroma yang masih
tertinggal di selimut lusuh itu.
“Naruto.”
Matanya memanas. Ia ingin menangis kencang. Meninggalkan semua atribut
ke-Uchiha-annya.
.
.
.
“Sasuke, ayo kita kesana.” Tanpa basa-basi, gadis itu
langsung menyeret Sasuke ke sebuah taman di dekat kompleks perumahan mereka.
Sasuke mendengar sesuatu di semak-semak. Karena
penasaran, iapun menerobos semak yang lebat itu.
“Kau kenapa?.”
“Hiks Hiks.”
“Siapa Namamu?.”
Dia menggeleng dengan cepat. Ia tidak tau namanya. Sasuke
melihat kaki makhluk cantik itu berdarah. Sasukepun segera memanggil Sakura
agar bisa menolongnya. Sakura segera melakukan pertolongan pertama dan membalut
luka berdarah di kaki mungil itu.
“Siapa namamu hmm?.” Tanya Sakura.
“Naruto.” Katanya bermonolog sendiri.
“Hmm, kurasa Naruto cocok untukmu.”
“Naruto.” Batin Sasuke. Ia memandangi makhluk bersurai
emas itu dengan intens.
.
.
.
Sasuke
menangis mengingat kenangannya bersama Naruto. Ia merindukannya. Ia sangat
merindukan si cerewet itu.
“Nah, Teme. Jika reinkarnasi itu ada. Aku berharap akan
terlahir denganmu agar kita selalu bersama-sama. Dan kita bisa menghabiskan
waktu bersama sampai tua.”
“Hn.”
“Aku mencintaimu, Teme.”
“Aku juga.”
Sasuke
hampir saja memejamkan matanya saat tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan
menghampirinya.
“Sasuke.”
Ia
tidak mampu melihat dengan baik karena cahaya yang menyilaukan itu. Sesosok
siluet mendekat kearahnya. Sasuke mengenalinya. Seseorang yang sangat ia
rindukan saat ini.
“
. . . Naruto.”
Naruto
tersenyum manis. Ia mengulurkan tangannya. “Aku datang menjemputmu.”
“Kemana?.”
“Ke
tempat yang sangat indah.” Katanya dengan lembut.
Sasuke
tersenyum. Ia bangkit dan menerima uluran tangan itu.
“Baiklah.”
Mereka
saling tersenyum. Naruto dan Sasuke berjalan kearah cahaya menyilaukan itu
sambil bergandengan tangan. Saling bertatapan dan tersenyum bahagia. Akhirnya
penantiannya selama ini berakhir. Ia akan bersama Naruto selamanya.
.
.
.
“Aku
merindukanmu, Dobe.”
.
.
.
Seperti
hari-hari biasanya, Sakura membawa makanan untuk Sasuke sebelum ia berangkat
sekolah. Ia berjalan menuju halaman belakang rumahnya.
“Sasuke,
waktunya makan.” Sakura meletakkan makanan di depan rumah kecil milik Sasuke.
‘Sasuke House’
Lama
ia menunggu tapi tak ada respon. Ia pun mengintip rumah kecil itu. Sakura
berteriak memanggil ayah dan ibunya. Kizashi dan Mebuki sontak berlari
menghampiri putri kesayangan mereka. Mebuki memeluk Sakura yang sudah menangis
sementara Kizashi memeriksa keadaan Sasuke. Ia kemudian memberi isyarat pada
Mebuki dengan menggeleng. Sakura semakin kencang menangis saat menyadari bahwa
Sasuke sudah meninggalkannya.
“Sasuke
pasti sedang bermain dengan Naruto di sana. Ia tidak akan kesepian lagi.” Hibur
Mebuki.
Sejak
rubah kecil berwarna orange peliharaannya itu mati. Sasuke, anjing Siberian
berwarna hitam itu memang terlihat enggan makan dan jadi pendiam. Mungkin
karena anjing itu sangat kehilangan sahabatnya. Yah, mungkin ini yang terbaik.
Sakura sudah mempersiapkan dirinya namun tetap saja ia merasa sedih. Akhirnya
mereka memutuskan untuk memakamkan Sasuke di sebelah makam Naruto.
.
.
.
Selamanya
kita akan selalu bersama.
.
.
.
.
-End-
.
.
.
-Omake-
Sakura
duduk di kursi taman dekat rumah sakit tempatnya bekerja. Ia menghirup udara
segar sore hari setelah seharian penuh bekerja sebagai seorang dokter anak.
Taman ini sangat ramai pengunjung saat sore. Banyak anak-anak yang menghabiskan
waktu disini. Kemudian matanya tertuju pada sepasang anak kecil yang tengah
berlarian riang. Ia memperkirakan kedua anak itu masih berusia sekitar 6 tahun.
Ia tampak tersenyum
Brughh!
Anak
perempuan berambut pirang itu jatuh terjungkal.
“Hik
hik Hueee~~.”
Sakura
menghampiri anak perempuan itu karena kawatir.
“Daijoubu?.”
“Hik
hueee~~ cakit. Kaki Nalu cakit huee.”
“Naluto.”
Seorang anak laki-laki berambut raven menghampirinya .
“Cuke.
Hik kaki Nalu cakit.”
“Daijoubu,
Fuu Fuu. Cuke tiup bial cakitnya ilang.” Katanya sambil meniup luka kecil di
kaki gadis kecil itu. “Ayo, cudah cole. Nanti kaa-chan malah kalo Nalu dan Cuke
telambat makan malam.”
Anak
lelaki yang dipanggil Cuke itu menggandeng tangan sang gadis kecil dan
menuntunnya dengan hati-hati.
“Um,
Ba-chan. Aligato cudah menolong Nalu-nya Cuke. Cuke dan Nalu haluc pulang.”
Katanya dengan sopan. Sakura tersenyum geli melihat anak sekecil itu bertingkah
seperti orang dewasa. Sakura memandang dua anak itu berlalu. Ia tersenyum
melihat kedua anak itu bergandengan tangan dan bernyanyi kecil dengan riang.
Ia
memandang langit sore yang berwarna merah.
.
.
.
“
Naruto, Sasuke. Aku merindukan kalian.”
.
.
.
-End-
.
.
.