.
.
.
.
.
.
Title : Here We
End
.
.
.
Disclaimer :
Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this
story is purely mine.
Rate :
M
Genre :
Hurt, family,Mpreg, etc.
Warning :
Ending tergantung mood. EYD yang nggak jelas, OOC, BoysxBoys, banyak typonya.
Mpreg
Mpreg on real life basically impossible at this time
but possible on fanfic. So don’t be too rush ‘bout biology, OK? It only my
imagination.
Don’t like don’t read.
Purely made by : Gothiclolita89.
.
.
Chapter 1. Stormy Night
.
.
.
Hujan
deras mengguyur seluruh kawasan Suna. Kyubi baru saja mengisi
cangkirnya dengan kopi panas untuk menghangatkan diri. Setelah itu ia
berjalan ke a rah sofa empuk didepan TV. Ia menyamankan dirinya sembari
menghidupkan TV besar itu.
'Malam ini benar-benar dingin' Pikir Kyubi sembari menyeruput kopinya.
Ini
sudah tahun ketiga setelah ia tinggal sendiri. Ya, ia tinggal sendiri.
Ia tinggal sendiri setelah memasuki jenjang kuliah dan alasan ingin
mandiri itulah yang ia sampaikan kepala sang kepala keluarga Namikaze,
ayahnya. Awalnya sang kepala keluarga Namikaze itu melarang keras.
Bagaimanapun Kyubi adalah anak laki-laki tunggalnya namun ia tak bisa
menolak keinginan Kyubi itu, ia tau betul betapa teguhnya pendirian
calon kepala keluarga Namikaze tersebut. Dengan berat hati iapun
mengijinkannya dengan syarat Kyubi tinggal ditempat yang sudah
disediakan sang ayah.
'Sepi ' Pikir Kyubi.' Apa sebaiknya aku pulang ya? tapi dirumah ada wanita itu.'
Wanita
itu. Ya, wanita itulah alasan sebenarnya Kyubi ingin hidup sendiri.
Setelah bercerai ayahnya kembali menikah. Kyubi akui wanita itu buka ibu
tiri yang jahat. Tapi tetap saja ia tak suka. Sampai beberapa tahun
yang lalupun ia masih berharap agar sang ayah bisa kembali kepelukan
mantan istrinya a.k.a ibu kandungnya. Tapi harapan itu sirna sudah
karena kehadiran wanita itu.
Tok tok tok
Ketukan di pintu
apartemennya membuyarkan lamunan Kyubi. Segera ia menaruh cangkirnya dan
menuju ke pintu. Setelah membuka pintu, betapa kagetnya dia ketika
menemukan sesosok gadis muda dengan tubuh basah kuyup. Tubuhnya gemetar
menggigil karena kedinginan. Ia hanya mengenakan terusan berwarna hitam
selutut tanpa lengan. Kyubi kembali tersentak kaget ketika melihat lebam
dipipi gadis itu. Ada sedikit luka di tepi bibir mungilnya. Baru saja
ia ingin membuka mulutnya.
" Kyu-nii"
.
.
.
Kyubi
dengan cemas mengamati temannya memeriksa gadis yang terbaring ditempat
tidurnya tidak sadarkan diri. Ia benar-benar cemas dan khawatir.
Beberapa waktu lalu adiknya itu tiba-tiba datang dalam kondisi yang
menyedihkan. Wajahnya begitu pucat dengan bibir yang membiru karena
kedinginan. Tubuhnya basah kuyup diterpa hujan yang sudah membabi buta
sejak pagi tadi. Ia tambah miris ketika melihat wajah cantik adiknya itu
membiru karena lebam yang ia yakini bekas tamparan. Dan yang paling
mengejutkannya adalah kata-kata yang keluar dari mulut adiknya.
"Kyu-nii
. . ." Gadis itu membuka suaranya, Kyubi mengerutkan dahinya, ia
dapat mendengar dengan jelas bahwa adiknya itu sedang ketakutan tapi
karena apa?.
" . . . Tolong aku."
Mendadak tubuh gadis itu
roboh. Dengan sigap ia menangkap tubuh adiknya itu. Ia sangat khawatir,
tidak pernah sekalipun adiknya bersikap seperti ini.
"Naru?. Naru!."
Ia
menggoyang-goyang tubuh mungil itu tapi sama sekali tidak ada reaksi.
Iapun segera membawa adiknya yang pingsan ke tempat tidurnya. Segera
diraihnya telpon yang ada di meja samping tempat tidurnya. Dengan cepat
ia menekan no. telpon salah satu temannya yang ia ketahui merupakan
seorang dokter.
"Moshi-moshi. Temari tolong segera ke apartemenku sekarang. Aku membutuhkan bantuanmu sekarang juga!."
Tidak
sampai 30 menit, teman wanitanya itu datang. Kyubi langsung
menggiringnya ke kamarnya. Temari, gadis itu tampak terkejut ketika
melihat gadis yang terbujur tidak sadarkan diri di kamar Kyubi. Ia tau
persis siapa gadis cantik itu. Naruto, ya kalau tidak salah namanya
adalah Naruto, adik perempuan Kyubi.
"Ada apa ini?!."
"Sudahlah, kuceritakan nanti. Sekarang tolong periksa Naru dulu. Tiba-tiba saja ia datang kemari dan langsung pingsan."
Temari
langsung memeriksa Naruto. Ia minta Kyubi untuk keluar karena ia ingin
mengganti pakaian Naruto yang basah kuyup. Dengan berat hati Kyubi
melangkah keluar dari kamarnya dan duduk di sofa. Ia menyangga kepalanya
denga kedua tangannya. Pikirannya kalut saat ini.
Apa?! Apa yang terjadi pada Naruto?!
Pikiran
itu memenuhi kepalanya saat ini. Ia kembali teringat akan perceraian
orang tuanya 10 tahun lalu. Saat itu ia terpaksa berpisah dengan adik
perempuannya, Naruto yang baru berumur 7 tahun. Masih segar dalam
ingatannya, saat adiknya itu menangis dan tidak mau melepaskan lengan
kakaknya. Pengadilan memutuskan bahwa Kyubi akan diasuh ayahnya dan
Naruto akan tinggal bersama ibunya. Tidak lama setelah itu ayahnya
mengajak Kyubi pindah ke Suna dan memulai hidup baru disana. Dengan
susah payah ia menjalin hubungan dengan keluarga ibunya. Ia selalu
menyempatkan diri untuk menghubungi Ibu dan adiknya sekedar untuk
menanyakan kabar. Sampai 3 tahun lalu, Kyubi mendengar kabar bahwa
ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Naruto kemudian tinggal
bersama neneknya. Dan 6 bulan lalu neneknya meninggal. Kyubi langsung
meminta Naruto untuk tinggal bersamanya di Suna. Tapi gadis itu menolak
dengan alasan ujian kelulusan SMA. Yah mau bagaimana lagi, Naruto tidak
mungkin pindah sekolah di tengah tahun ajaran kan apalagi saat ini dia
kelas 3. Tinggal menunggu waktu untuk kelulusan. Naruto berjanji akan
pindah ke Suna jika dia sudah lulus SMA dan akan mengambil kuliah
disana.
Brak!
Lamunannya kembali buyar ketika mendengar
suara pintu yang dibanting. Temari keluar dengan wajah panik. Entahlah,
Kyubi merasa Temari bukan panik, tidak tidak, bukan hanya panik tapi
juga ketakutan. Mendadak Kyubi merasakan firasat buruk. Dengan
tergesa-gesa, ia berjalan kearah Kyubi.
"Ada apa?!." Kyubi menjadi tidak tenang saat melihat wajah Temari yang pucat.
"Mana telponmu?!."
"A-ada apa?!."
"Kubilang mana telpon mu?!." Tanpa sadar Temari membentak Kyubi. Kyubi
tampak terkejut, tidak pernah ia melihat Temari sepanik ini. Hal ini
makin membuat Kyubi makin was-was.
"Na-naru . . . Dia . . ."
-Temari POV-
Aku baru saja membuka pintu mobilku saat tiba-tiba telfonku berbunyi.
'Sial! Siapa sih telpon di saat seperti ini?!.'
Ku
buka ponsel lipatku. Aku melihat nama 'Namikaze Kyubi' disana. Sesaat
aku merasa aneh. Tidak biasanya dia menghubungiku. Biasanya dia hanya
menghubungiku disaat darurat saja. Kutempelkan ponsel itu ketelingaku.
Belum sempat aku menjawab tiba-tiba suara laki-laki itu terdengar.
"Moshi-moshi, Temari tolong keapartemenku sekarang. Aku membutuhkan bantuanmu!."
Sebenarnya
aku mau menolak. Siapa juga mana ada yang mau jalan-jalan di hari hujan
seperti ini?. Sebelum sempat menolak telpon itu sudah putus. Kesal?!
Tentu saja. Siapa juga yang nggak kesal diperintah seenak udelnya
seperti itu. Tapi mendengar nada bicara Kyubi yang sepertinya sedang
panik akupun mengalah. Pasti ada masalah yang sangat penting hingga ia
menghubungiku saat ini. Temari menghela nafas.
'Ini akan jadi
perjalanan yang panjang.' Pikirnya.
Kemudian iapun melajukan mobilnya
menuju apartemen Kyubi. Tidak sampai 30 menit iapun sudah sampai. Begitu
masuk ke apartemen Kyubi, pemuda itu langsung mengiringnya masuk
kekamar tidurnya.
"Apa-apaan ini?! Kamu mau apa hah?!." Temari
langsung panik saat Kyubi menarik lengannya dengan paksa untuk masuk
kekamarnya. Tentu secara reflex ia akan meronta dan melawan.
"Ck, sudahlah cepat ikut aku."
'Kuso!
Aku akan membunuhmu Kyubi kalu dia sampai macam-macam.' Temari sudah
berpikiran yang bukan-bukan tentang Kyubi. Ia mengira Kyubi akan berbuat
yang tidak senonoh padanya. Tapi saat ia melihat apa yang ada didalam
kamar itu, pikirannya berubah. Sesosok gadis cantik berambut pirang
sedang berbaring tidak sadarkan diri diranjang itu. Ia mengenali gadis
itu karena ia sudah beberapa kali bertemu dengannya. Adik perempuan
Kyubi, ya adik Kyubi satu-satunya.
"Naruto?!." Ia melepaskan gemgaman Kyubi dari lengannya dan setengah berlari panik kearah sisi ranjang.
"Apa yang terjadi?! Kenapa dia bisa seperti ini?!."
Kyubi
berdiri disamping Temari, "Entahlah tiba-tiba Naru datang kemari dalam
keadaan seperti ini dan langsung pingsan. Aku khawatir makanya aku
minta kau datang."
Temari memandangi wajah Naruto yang babak belur
dan lebam disana sini. Ia terdiam sejenak. Berpikir dan berharap semua
firasat dan dugaannya meleset. Sebagai calon dokter dengan nilai
tertinggi, ia langsung bisa menebak apa yang terjadi saat melihat
luka-luka yang dialami oleh Naruto.
"Keluarlah."
"Heh?."
"Aku akan memeriksanya sekalian mengganti pakaiannya yang basah. Dia
bisa kena paru-paru jika terus memakai pakaian basahkan?." Ucapnya
dengan nada setenang mungkin.
Kyubi mengannguk. Ia kemudian
mengambil piyamanya yang sudah kekecilan dan handuk untuk pakaian ganti
Naru. Ia meletakkannya di meja disisi tempat tidurnya kemudian berjalan
keluar dari kamar itu. Saat sampai di depan pintu ia sempat menoleh
sebelum akhirnya keluar dan menutup pintu sepelan mungkin.
Setelah
Kyubi keluar, ia mulai menanggalkan baju Naru sekalian untuk
memeriksanya. Ia membelalakkan matanya begitu melihat luka di sekujur
tubuh mungil itu. Tidak, bukan luka, lebih tepatnya Kissmark. Iapun
mengerutkan alisnya dan membuang muka kesamping.
'Shit! Ternyata dugaanku benar!.' pikirnya.
Tanda
itu tersebar diberbagai tempat. Termasuk didaerah pribadi milik Naru.
Temari nampak sangat sedih dan iba. Siapa yang melakukan hal seperti ini
pada gadis sekecil ini?!. Bukan hanya tanda merah, dipergelangan tangan
Naru juga ada tanda lecet bekas diikat. Jelas sekali tanda perlawanan
disini. Samar-samar ia dapat melihat darah yang masih menempel dipakaian
dalam gadis itu. Bukan hanya darah tapi juga cairan putih yang bercampur
dengan darah itu. Dan ia tau persis cairan apa itu. Ia mulai
membersihkan tubuh gadis malang ini dengan air hangat dan mengganti
pakaiannya dengan piyama yang diberikan oleh Kyubi.
Dengan perasaan marah bercampur sedih Temari keluar dari kamar Kyubi, ia segera menghampiri Kyubi yang sedang duduk di sofa.
"Mana Telponmu?!."
-End POV-
"Ada
apa?!. Ada Apa dengan Naru?!." Kyubi mulai panik melihat kelakuan teman
wanitanya itu. Temari selalu bersikap tenang saat menghadapi kondisi
pasien. Tapi kali ini dia tampak lain. Ia tampak emosi dan panik.
"Na-Naru . . . dia . . ." Temari tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Kyubi tampak panik ketika melihat temari mulai terisak
"Ada apa?! Jangan membuatku panik seperti ini!." ucap Kyubi setengah membentak.
"Naru mengalami pelecehan seksual." Temari mulai menangis. Kyubi bagai dihantam petir yang mengelegar di luar apartemen itu.
"Kau- Kau bercanda. Tidak mungkin adikku . . ." ucapan Kyubi terhenti
saat melihat gelengan kepala Temari. Ia pun mengepalkan tangannya.
"Brengsek! Siapa yang berani menyentuh adikku?!."
"Sudahlah. Sebaiknya kita lapor polisi dulu."
BRUKKK!
Suara
itu datang dari arah kamar. Segera kyubi dan Temari berlari menuju
kamar itu. Setelah membuka pintu kamar, mereka terkejut. Naru terduduk
dilantai dan meringis kesakitan.
"Naru!." Kyubi langsung
mengendong tubuh adiknya dan membaringkannya ke tempat tidur. Karena
tiba-tiba dipeluk, gadis itupun merota. Ia tampak ketakutan. Menyadari
tubuh kecil itu menegang dan gemetar, sungguh kasian. Kyubi makin
mengeratkan pelukannya sembari menenangkan adiknya, "Tidak apa-apa, ini
nii-chan Naru."
Perlahan tubuh gadis itupun melemas, ia kemudian mulai terisak di pelukan kakaknya.
"Kyu-Kyu-nii." bisiknya lemah.
"Ya, tidak apa-apa. Nii-chan akan melindungimu. Tenang ya."
Naruto kembali terisak dan menangis sejadi-jadinya dipelukan kakaknya. ia memeluk tubuh kakaknya dengan sangat erat.
.
.
.
Sementara itu di Konoha.
"Sial!."
Ia memukul stir mobilnya. Menyesali perbuatannya pada gadis
yang sangat dicintainya hanya karena cemburu. Menyesalpun tidak ada
gunanya. Nasi sudah menjadi bubur. Gadis itu tidak akan kembali padamu.
Dia tidak akan memaafkanmu.
.
.
.
Mentari pagi
mulai menampakkan rupanya yan menyilaukan. Menyinari permukan tanah yang
basah akibat hujan badai tadi malam. Memberi harapan akan hari yang
cerah dan masa depan. Pria berambut orange itu terbangun dari tidurnya.
Badannya terasa begitu lelah dan sakit. Ia melirik kearah ranjang.
Melihat sosok itu masih tertidur pulas.
Ia turun dari sofa yang
menjadi tempat tidurnya semalam, menghampiri tubuh gadis itu. Ia
membelai lembut rambut pirang indah itu.
"Mulai sekarang kakak
akan melindungimu, tenang saja. Tidak akan kubiarkan siapapun
menyakitimu lagi." Ia lalu mengecup kening nya. Sejenak ia menyesali
dirinya. Seandainya dulu ia memaksa Naru untuk segera pindah ke Suna,
memaksanya apapun yang terjadi. Hal buruk ini takkan terjadi.
Karena
tinggal menunggu acara kelulusan, Kyubi memutuskan untuk segera
mengajak Naruto pindah dan Naruto pun setuju. Dengan segera mereka
memindahkan barang-barang dari rumah Naru ke Suna. Temari juga
menyarankan agar Kyubi menjauhkan Naru dari Konoha agar segera melupakan
kejadian buruk yang menimpanya. Korban pemerkosaan bukan hanya terluka
secara fisik tapi juga psikisnya. Ia akan mengalami trauma
berkepanjangan jika tidak segera ditangani.
Sudah hampir dua
bulan, Kyubi tinggal dengan Naru. Kyubi lega karena sekarang Naru
kembali ceria seperti dulu. Gadis itu juga mulai membuka dirinya walau
sampai sekarang ia tidak mau membuka mulutnya siapa yang telah
menodainya. Ia tetap tidak mau membuka suaranya meski itu kepada Kyubi,
kakaknya sendiri. Ya sudahlah yang penting Narunya sudah kembali seperti
Narunya yang dulu, begitu pikir Kyubi. Kyubi juga membantu Naru untuk
masuk ke universitasnya.
"Ukh!." Naru segera berlari ke kamar mandi. "Hoekk hoekk."
Sudah
beberapa hari ini Naru selalu muntah saat matahari mulai Nampak. Ia
juga sering merasa pusing dan mual. Kyubi sangat khawatir pada adiknya
yang terlihat sangat lemah dan pucat itu. Naru selalu menolak saat Kyubi
memintanya untuk pergi ke dokter sampai suatu hari saat pulang kerja ia
menemukan Naru pingsan. Akhirnya ia kembali meminta Temari untuk
memeriksa keadaan Naru. Betapa terkejutnya mereka ketika mendengar
diagnose dari Temari.
Hamil!.
Ya hamil.
Saat ini Naru tengah
hamil. Naru langsung histeris ketika dia tau dirinya tengah mengandung
benih dari laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya. Ia menangis
histeris sambil memukul-mukul perutnya.
"Tidak aku tidak mungkin hamil!, aku tidak mungkin hamil. Itu bohong. Aku tidak mau hamil!."
Kyubi
memegangi tangan Naru dan memeluknya erat. Ia tidak ingin melihat
adiknya menyakiti dirinya sendiri. Hatinya hancur dan sakit melihat
keadaan sang adik yang seperti ini. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia
menangis. Menangisi nasib buruk adik kesayangannya itu.
'Tuhan kenapa bukan aku saja yang mengalami nasib buruk ini. Kenapa bukan aku.' Kyubi dalam hati.
Beberapa
hari telah berlalu, Naru kini sudah mulai tenang dan mulai menerima
keadaannya. Gadis itu sudah tampak tenang. Hari ini Kyubi harus kuliah.
Sebelum berangkat berulang kali ia bertanya pada sang adik.
"Benar tidak papa?."
"Ehm." Gadis itu hanya tersenyum sembari mengangguk.
Dengan berat hati ia harus meninggalkan adiknya itu sendiri dirumah. Tanpa ia sadari keputusan ini akan sangat ia sesali.
-Naru POV-
"Benar tidak papa?." tanyanya berulang kali.
"Ehm." Aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Aku bisa melihat
kekhawatirannya padaku. Sampai saat terakhir ia masuk mobilnya pun ia
masih menoleh kearahku. Aku melihat mobil itu pergi dan menjauh dari
rumah. Setelah kedatanganku dua bulan lalu, kakak memutuskan untuk
pindah ke salah satu mansion milik ayah. Menurutnya apartemen itu
terlalu sempit untuk kami berdua. Setelah yakin mobil itu sudah pergi,
aku masuk kerumah. Tubuhku langsung terasa lemah dan akupun langsung
merosot terduduk di lantai.
Hamil.
Aku tidak menyangka
penderitaanku belum berakhir. Tak terasa titik-titik air mulai membasahi
pipiku. Kupaksakan diriku menuju ke kamar mandi. Aku memandang pantulan
cermin diatas wastafel itu. Sesosok gadis dengan wajah pucat membalas
tatapan mataku. Naruto Uzumaki, gadis periang itu sudah tidak ada di
sana. Aku kembali menangis. Sakit, ini sakit. Aku mengeratkan peganganku
ke tepi wastafel.
"Hei, apa kau mau ikut denganku?." Aku mengelus perutku. "Aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri."
Benar,
sekalipun kau disini orang itu tidak akan pernah mau mengakuimu. Orang
itu tidak akan pernah mencintaimu. Mencintai anak yang lahir dari Rahim
wanita yang dianggapnya tidak lebih dari wanita penghibur. Mungkin
sebaiknya aku harus membawamu juga.
Kubulatkan tekadku. Kuraih sebuat cutter di sisi bathtub. Aku memandang cutter itu sejenak.
"Nee, aku akan selalu menjagamu anak manis."
Cairan
berwarna merah mulai membasahi ubin putih itu. Sakit!, tapi sakit ini
tidak lebih sakit dari hatiku. Tubuhku terjatuh kelantai yang dingin
itu. Aku sudah tidak peduli lagi. Kesadaranku mulai goyang digantikan
oleh kegelapan.
.
.
.
"A-ku membencimu Sa-suke."
.
.
.
-To be continue-
.
.
.
.
.
.
~Omake~
Naru : Nee, author ini darah terbuat dari apa? Lengket2 asem manis.
Author : Gomen Naruchan Karen pasokan darah kurang (gara2 kru pada nosebleed) terpaksa kita pake darah palsu.
Naru : hee? Menarik. Pake apa?
Author : Aaa- itu . . .
Sasu : Gyaaaaaahhhh sapa yang maling jus tomatku!.(ngamuk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar