.
.
.
.
.
Title : Innocent
devil.
.
.
.
Disclaimer :
Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this
story is purely mine.
Genre :
Terserahlah.
Rate :
T
Warning :
Broken pair, Frontal, cheating and hatred, GS, Alur cepet banget karena pake Shinkansen.
Typo bertebaran karena Loli males edit.
Don’t like don’t read
.
.
.
Sekuel: Unfaithfull
.
.
.
Cast
Uzumaki Naruto as Namikaze (Uchiha) Naruto (fem) .
Uchiha Sasuke as Uchiha Sasuke
Haruno Sakura as Haruno (Sabaku) Sakura.
Sabaku Gaara as Sabaku
Gaara.
Cast lain mendukung.
.
.
.
Summary:
Tidak semua yang putih itu baik dan semua yang hitam itu jahat.
.
.
.
.
.
.
Chapter
2.
Me Again
.
.
.
.
.
.
“Direktur, ini laporan yang
anda minta.” Kata wanita berambut merah itu.
“Letakkan di situ.” Ucap Gaara
pada wanita yang sudah 2 bulan ini menjadi sekretarisnya.
“Permisi.” Katanya sambil
membungkuk hormat. Wanita itu sepertinya tidak menyadari setelan kerjanya
berkerah rendah sehingga memperlihatkan lekuk dadanya yang indah dan itulah
pemandangan yang kini di tangkap oleh mata Gaara. Karin melangkahkan kakinya
keluar dari ruang direktur.
Satu.
Dua.
Ti . . .
“Karin.”
Karin menoleh karena mendengar
namanya di panggil. Ia membalikkan tubuhnya.
“Ya, direktur.”
“Apa aku ada jadwal makan siang
hari ini.” Tanya Gaara tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang
ia pegang.
“Tidak ada direktur. Hari ini
anda hanya memiliki janji rapat dengan salah seorang investor sekitar jam 3
nanti.”
“Baiklah kalau begitu.”
“Apa ada lagi yang anda
perlukan?.” Tanyanya.
Gaara terdiam. “Baiklah, hari
ini temani aku makan siang.”
“Eh?.”
“Dan tidak ada penolakan.”
.
.
.
Sakura memasuki butik
favoritnya. Ia ingin membeli pakaian tidur yang indah dan –ehem- seksi. Sebagai
seorang istri, tentu ia harus pandai membahagiakan suaminya bukan?. Saat ia sibuk
memilih gaun tidur, ia mendengar suara seseorang yang sangat di kenalinya.
Perempuan itu, Namikaze Naruto, mantan istri suaminya juga berada di butik
mewah itu.
“Ini adalah baju hamil
rancangan terbaru desainer utama kami.” Kata seorang pelayan menunjukkan
beberapa baju hamil dengan desain terbaru pada Naruto. Sedang Naruto tengah
duduk di sofa empuk berbentuk kotak dan berwarna merah itu sambil memperhatikan
gaun-gaun cantik yang ada di depannya.
“Hmm, bajunya indah. Apakah
bisa di pakai sampai usia kandungan sembilan bulan?.” Tanya Naruto.
“Tentu, di bagian ini di beri
karet elastis sehingga bisa dipakai sampai usia kandungan sembilan bulan. Ah
kami juga menyediakan beberapa size kalau-kalau ukurannya menjadi lebih besar
dari yang di perkirakan.”
“Begitukah?. Baiklah aku ingin
mengambil semua yang ada di rak itu juga dalam semua warna. Kau tentu tau di
mana harus mengirimkannya bukan?.” Kata Naruto dengan ramah. Shizune, asisten
sekaligus bodyguard Naruto, mengeluarkan kartu platinum membership milik
majikannya. Pelayan itu mengangguk hormat. Tentu saja ia tau siapa wanita
cantik yang ada di depannya. Namikaze Naruto atau sekarang sudah berubah
menjadi Uchiha Naruto. Salah satu member VVIP yang terhormat. Tentunya pelayan
itu masih ingin bekerja sehingga ia tidak boleh membuat sedikit saja kesalahan
di depan member VVIP.
“Oh ya, apa Marie Eliza sudah
mengeluarkan rancangan terbarunya musim ini? Aku juga ingin membeli untuk kedua
calon anakku.” Kata Naruto sambil mengelus perutnya yang membuncit. Di usia
kehamilannya yang baru 3 bulan ini, ukuran perut wanita itu memang sedikit
lebih besar dari pada ibu hamil yang lain. Itu karena wanita itu tengah
mengandung bayi kembar.
“Belum nyonya. Jika nanti Marie-san
mengeluarkan rancangan terbarunya kami akan segera menghubungi anda.”
“Baiklah.”
Naruto kembali melihat-lihat
katalog yang sempat di berikan oleh pelayan tadi.
“Selamat siang.”
Naruto mendongakkan kepalanya.
Di depannya berdiri seorang perempuan berambut pink aneh yang sepertinya pernah
ia lihat. Naruto mengerutkan dahinya dan terlihat berusaha mengingat-ingat.
“Siapa ya?.”
“Aku Sabaku Sakura, kita pernah
bertemu di pernikahan Hyuga Neji.”
‘Hmm, Sabaku, Sabaku . . . Ah!.’ Naruto berusaha mengingat-ingat
kembali.
“Ah, apa kabar Sabaku-san.”
“Bisa kita bicara?.”
“Hmm, baiklah. Aku sedikit
lapar. Bagaimana kalau di cafe di depan sana.” Kata Naruto sembari
mengelus-elus perut bulatnya. Sakura memandang Naruto dengan pandangan yang
sulit diartikan.
.
.
.
Sasuke sedang bekerja di kantor
salah satu cabang milik Uchiha. Dia memang sudah di beri ijin mengelolanya
berhubung dia dan istrinya akan tinggal lumayan lama di kota itu.
“Yo, Sas.” Sapa seorang pria
berambut hitam seperti miliknya tiba-tiba muncul diruangannya. “ Hey, kau tidak
memeluk sepupumu tercinta ini, ayam.” Katanya dengan senyum palsu di wajahnya.
“Ma-maaf presdir, saya sudah
melarang ta-tapi . . .” Kata wanita itu ketakutan.
“Tidak apa-apa Ayame, kau boleh
pergi.” Kata Sasuke. Wanita itu membungkuk hormat kemudian keluar dari ruangan
Sasuke.
Sejenak Sasuke terdiam kemudian
memandang tajam pada pria yang menerobos ke dalam kantornya. “Kau harus punya
alasan yang sangat penting hingga berani menerobos kantorku, Sai.”
Pria itu tersenyum dengan penuh
arti.
.
.
.
Naruto membuka lembar demi
lembar buku menu itu. Ia menunjuk beberapa makanan dan minuman yang ia inginkan
untuk makan siang. Begitupun Sakura, hanya saja wanita itu memesan dalam jumlah
yang lebih sedikit dari Naruto. Sakura memandang takjub pada makanan yang ada
di depannya. Ia menelan ludahnya dengan gugup.
“Ano- kau yakin bisa
menghabiskan makanannya sendiri?.”
“Hmm? Memang kenapa? Kau mau?
Tapi maaf, aku tidak akan membagikannya untukmu.” Kata Naruto sambil mulai
memakan makanan yang tersaji di hadapannya. Membiarkan Sakura yang semeja
dengannya menatapnya heran. Shizune dan pengawal yang lain duduk di meja lain.
Memperhatikan dan menjaga majikannya kalau-kalau ada sesuatu yang membahayakan.
Sup tomat, tomato cheese,
spagetti beef tomato, sandwich tomat. Dan jangan lupakan jus tomat dan tomato
float dalam gelas besar.
“Kau tidak mau makan?.” Tanya
Naruto saat menyadari wanita yang ada di depannya sama sekali belum menyentuh
makanannya.
“Eh? I-iya.” Sakura mulai
memakan sandwich dan apple juice yang di pesannya.
Mereka makan dalam diam.
Menikmati makanan dengan khidmat.
Drrrttt Drrrtt Drrrtttt
Naruto mengambil ponselnya dari
dalam tas lalu tersenyum.
From:-
Kau dimana? Aku sedang ada di dalam mobil.
Naruto tersenyum kemudian
mengetik balasannya.
To:-
Aku ada di cafe Le moon bersama Sabaku Sakura, bukankah
cafe ini dekat perusahaanmu?.
Tidak lama kemudian pesan
balasanpun masuk.
From:-
Baiklah, aku akan ke sana. Sebentar lagi aku akan
memberimu kejutan yang menyenangkanmu.
Naruto kemudian membalas pesan
itu.
To:-
Aku tidak sabar menunggu.
Naruto kemudian meletakkan
ponselnya kembali ke dalam tas mungilnya.
“Siapa?.”
Naruto hanya tersenyum. “Lalu
apa yang ingin kau bicarakan padaku, Sabaku-san.”
“. . . “
Naruto mengerutkan dahinya. Ia
menjadi kesal karena menunggu. Hormonnya sedang naik turun sehingga ia sangat
mudah marah.
“Hei, kalau kau tidak mau
mengatakan apapun aku akan segera pergi.” Katanya dengan suara sedikit
meninggi.
“Bisakah kita menghentikan
ini?.”
“Apa?.” Tanya Naruto dengan
nada tidak mengerti.
“Kau berpura-pura tidak
mengingat kami untuk balas dendam kan? Aku tau, kau pasti dendam padaku dan
Gaara.”
Naruto kembali mengerutkan
dahinya. “Kurasa kita baru pertama kali jadi tidak mungkin punya dendam
bukan?.”
“Kau!.” Hampir saja Sakura tidak
bisa mengendalikan emosinya sampai sesuatu mengalihkan perhatiannya. Mata
emerald itu membulat sempurna.
Grep.
Dengan tiba-tiba seseorang
memeluk pinggangnya dari belakang. Dengan kaget wanita itu menoleh.
“Sasuke, kau mengagetkanku.”
Sasuke tersenyum. “Aku
merindukanmu.” Pelukannya semakin erat. “Oh, ya. Kita harus segera pulang, Sai
sudah menunggu kita.”
“Sai? Sai nii-san?”
“Hn.”
Wajah Naruto berbinar
senang.”Ayo kita pulang.”
Naruto buru-buru beranjak dari
duduknya. Ia terlihat sangat senang. Sasuke tersenyum. Naruto menarik lengan
Sasuke dengan semangat. Ia bahkan lupa dengan keberadaan Sakura yang masih
terbengong. Shizune menghampiri tempat duduk Naruto. Mengambil tas dan barang
yang sepertinya terlupakan oleh Naruto.
“Bisakah anda menjauhi Naruto-sama?.”
Tanya Shizune dingin.
“Aku juga tidak mau
mendekatinya.” Kata Sakura dengan sinis. “Untuk ap- . .”
“Naruto-sama kehilangan ingatan
tentang keluarga Sabaku setelah kecelakaan 5 tahun lalu. Jadi anda tidak perlu
khawatir. Baik keluarga Namikaze maupun keluarga Sabaku sudah sepakat untuk
tidak mengusik mengenai pernikahan Naruto-sama dan Gaara-san.” Kata Shizune
melangkah pergi. Meninggalkan Sakura yang masih terdiam.
Terkejut?
Iya, dia sangat terkejut. Jadi
karena itukah wanita itu tidak mengenalinya?.
Sakura masih terdiam sampai
melihat pemandangan yang membuat matanya membulat
Deg!
.
.
.
Gaara dan Karin sedang berada
di mobil untuk menuju cafe dekat kantor mereka. Gaara mengajak sekretaris
barunya itu untuk makan siang bersama. Gaara terdiam tapi sesekali ia melirik
sang sekretaris yang sedang sibuk dengan handphone-nya
dari ekor mata panda miliknya. Entah kenapa, Karin terlihat begitu cantik di
matanya. Apalagi ketika wanita itu tersenyum.
“Ada apa?.” Tanya Gaara ketika
melihat sang sekretaris tersenyum sembari memainkan handphone-nya.
“Ah, tidak apa-apa direktur.”
Kata Karin menatap Gaara.
“Kita mau kemana?.”
“Ah, bagaimana kalau ke cafe Le
moon? Kudengar menu di sana enak.”
“Baiklah.”
Karin tersenyum. Ia sudah tidak
sabar untuk mencicipi masakan cafe yang menurut kenalannya enak dan tidak
terlalu mahal untuk cafe bertema Prancis. Mereka terdiam di perjalanan dan
sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tidak sampai sepuluh menit mereka tiba di
cafe itu. Sopir Gaara membukakan pintu untuk bosnya. Sopir itu berputar dan
membukakan pintu untuk Karin. Mereka berjalan bersama memasuki cafe itu. Semua
orang melihat ‘pasangan serasi’ itu. Sang pria tampak gagah dan berwibawa
dengan setelan jas mahal di tubuhnya sedangkan sang wanita tampak mempesona
walau hanya memakai blouse berwarna pastel dan miniskirt hitam dengan aksen
kancing besar dan belahan rok di kaki kirinya. Wanita itu benar-benar tau cara
menunjukkan kelebihannya.
Mereka duduk berhadapan di salah satu meja
kosong di dekat jendela. Tidak lama kemudian, seorang pelayan menghampiri
mereka dan membawa buku menu.
“Kau ingin memesan apa?.”
“Tuna Sandwich dan Strawberry
juice.” Kata Karin sembari meletakkan buku menu yang sudah di bacanya.
“Berikan aku Double Sandwich
dan Blue mountain.”
Pelayan itu mencatat dengan
cepat pesanan Gaara dan Karin. Pelayan itu segera menyiapkan pesanan tersebut.
Gaara dan Karin berbincang sembari menunggu pesanan datang. Mereka tampak
akrab.
“Jadi, sebelum bekerja padaku,
kau bekerja dimana?.”
“Saya bekerja di sebuah
perusahaan di Amerika. Anda tau Akatsuki Corp? Saya bekerja sebagai sekretaris
direktur utama disana.”
Gaara menaikkan sebelah
alisnya. “Sepertinya pekerjaanmu sudah mapan. Lalu kenapa kau malah berhenti
bekerja dan kembali ke sini?.”
“Saya ke kota ini karena
permintaan seseorang.”
“Siapa?.”
“Adik perempuan saya.”
“Oh ya?.”
Mereka berbincang tanpa
menyadari seorang wanita muda berjalan mendatangi meja mereka. Wajahnya tampak
kesal.
Saat akan mengambil tissu di
tengah meja, secara tidak sengaja Karin menyenggol gelas juicenya hingga tumpah
dan mengenai jas mahal bosnya. Karin terlihat panik.
“Astaga!.” Ia segera mengambil
tissu dan segera membersihkan jas Gaara sebisanya.
“Gaara-kun!.” Teriaknya.
Seorang wanita berambut merah
muda datang menghampiri mereka. Sabaku Sakura, Gaara kaget saat melihat
istrinya ada di tempat itu.
“Sakura?. Bagaimana bisa kau
berada disini?.” Gaara menghampiri istrinya.
“Aku makan siang dengan teman.”
“Oh ya? Lalu dimana temanmu?.”
“Dia sudah pergi lebih dulu.”
Sakura melirik ke arah Karin. Gaara yang menyadari pandangan Sakura langsung
mengenalkan sekretaris barunya.
“Ah kenalkan. Ini adalah Karin,
sekretaris baruku.”
“Salam kenal, namaku Shimura
Karin.” Kata Karin dengan ramah.
Sakura memandang Karin dengan
sinis. Gaara menyadari tatapan tidak menyenangkan dari istrinya.
“Bagaimana kalau kita makan
bersama?.” Gaara mengajak Sakura untuk makan siang bersama agar Sakura tidak
salah paham.
Karin tau bahwa istri bosnya
menatapnya dengan tajam tapi ia sama sekali tidak memperdulikannya. Toh ia
tidak berbuat salah kan?. Dia hanya makan siang bersama bosnya.
.
.
.
“Sai-nii.” Naruto menghamabur memeluk pria yang ada di depannya tanpa
memperdulikan aura hitam yang dikeluarkan Sasuke.
“Hahaha, kau tampak sehat
rubah. Bagaimana kabar calon keponakanku?.”
“Mereka baik-baik saja. Oh ya,
kapan Sai-nii datang kesini? Kenapa
tidak memberitahuku? Aku kan bisa menjemput Sai-nii.” Cecar Naruto.
“Aku ingin memberimu kejutan,
adik kecil.” Ucap Sai sambil mengelus helaian pirang milik Naruto. Sai adalah
kakak sepupu Sasuke dari pihak ibunya, Mikoto. Ibu Sai adalah kakak perempuan Mikoto,
Makoto. Hubungan mereka cukup dekat karena sejak kecil Sai sering dititipkan
dikediaman Uchiha lantaran kesibukan kedua orang tuanya yang memiliki bisnis
diluar negeri.
“Oh ya, Sai-nii akan tinggal
dimana?. Bagaimana kalau disini saja?.”
“Tidak bisa rubah kecil. Aku
sudah sangat merindukan istriku.” Naruto cemberut karena keinginannya tidak
terpenuhi. Melihat itu Sai hanya tertawa kecil dan mengusap kepala Naruto
dengan sayang. “Gomen ne, Nii-san
tidak bermaksud membuatmu kecewa.”
“Um.”naruto mengangguk.
“Tapi aku akan menemanimu makan
malam sebelum pulang.”
Wajah murung Naruto langsung
sumringah saat mendengarnya.
.
.
.
Sakura berjalan mondar mandir
di kamarnya. Entah kenapa setelah pertemuannya dengan sekretaris baru Gaara,
perasaannya menjadi tidak enak. Seolah ia merasakan akan ada sesuatu hal buruk
yang terjadi. Gaara baru saja keluar dari kamar mandi. Ia bingung melihat
kelakuan istrinya.
“Ada apa Sakura?.”
“Ga-Gaara-kun?.” Sakura
tersentak kaget. Gaara berjalan mendekati istrinya.
“Kau tampak pucat. Ada apa?.”
“Ti-tidak.” Sakura memeluk
tubuh suaminya dengan erat.
“Sudah larut. Sebaiknya kita
segera tidur.” Ajak Gaara. Sakura hanya mengangguk.
.
.
.
Mobil mewah itu berjalan
menembus jalanan lengang kota. Sang sopir membawa mobil itu dengan kecepatan
sedang. Di sampingnya duduk seorang bodyguard berambut putih yang tengah sibuk
dengan buku bacaan bodohnya. Tiga orang duduk di kursi belakang. Dua orang pria
dan seorang wanita yang tengah tertidur dengan posisi kepala menyandar kebahu
pria yang ada di sisi kanannya.
“Naruto kelihatan lelah.
Seharusnya ia tidak memaksakan diri mengantarku.” Ucap Sai.
“Kau tau sendiri bagaimana
keras kepalanya gadis ini kalau ada kemauan.”
“Yah, aku tau.” Kata Sai sambil
tersenyum.
“Maafkan aku Sai. Aku merepotkanmu
untuk masalah itu.”
“Tidak usah dipikirkan.
Lagipula kita keluarga dan aku juga menyayangi Naruto. Dia sudah kuanggap
sebagai adikku sendiri.” Kata Sai yang kini membelai surai pirang itu.
“Karena hal ini kau jadi
terpisah dengan istrimu.”
“Yah kuharap rencana ini segera
selesai dengan sukses dan aku bisa menikmati liburan mewah gratis ke Hawaii
bersama istriku tercinta.” Katanya sambil mengedipkan mata nakal pada Sasuke.
Sasuke memandang kakak sepupunya yang tiba-tiba bersikap lebay dengan jijik.
“Eyyyy, kenapa memandangku dengan jijik begitu hah?.”
Pertengkaran dua saudara sepupu
yang hampir serupa itupun dimulai. Tanpa mereka sadari sepasang mata Sapphire
mulai membuka.
.
.
.
Shion tidur sambil memeluk
tubuh suaminya.
“Arashi-kun.”
“Ya, sayang.”
“Kuharap Naruto mendapatkan
kebahagiaannya.”
“Aku juga berharap begitu.
Kuharap anak ayam itu bisa menjaga rubah kecil kita dan membahagiakannya.”
“Dia seharusnya mendapatkan
kebahagiannya dari dulu. Andai saja dulu kita meminta ayah untuk menolak
pernikahan itu . . .” Shion mulai terisak ketika mengingat masa lalu. Masih
terekam jelas di kepalanya saat melihat adik ipar kesayangannya meregang nyawa
dirumah sakit. Dia sangat menyayangi gadis itu walau hubungan mereka sebatas
kakak adik dalam hukum. Tapi sungguh, Shion sudah menganggap Naruto seperti
saudaranya sendiri. Sejak kecil Shion sudah menjadi yatim piatu. Keluarga
Namikaze yang kasian padanyapun menawarkan diri untuk merawatnya karena tidak
ada satupun saudaranya yang mau merawatnya. Minato dan ayah Shion berteman
cukup dekat, bahkan ayah Shion menjadi orang kepercayaan Minato di Namikaze
corp. Minato dan Kushina merawat dan menyayangi Shion seperti mereka meyayangi
Arashi dan Naruto yang notabene anak kandung mereka. Arashi dan Narutopun menyambut
baik kedatangan Shion bahkan Arashi malah memacari gadis itu dan menikahinya.
“Sst. Semua sudah terjadi tidak
ada gunanya disesali yang harus kita lakukan adalah membuat Naruto bahagia dan
tidak perlu mengingat masa itu.”
Shion mengangguk. Ia membenarkan
kata-kata suaminya. Arashi benar. Tidak ada gunanya disesali. Yang harus ia
lakukan sekarang adalah menjaga adiknya itu agar tidak terluka lagi.
.
.
.
“Berisikkkkkk!!!.” Teriaknya.
Membuat keempat orang yang ada di mobil itu menutup telinganya dengan tangan.
“Na-naru-chan.” Sai tersentak
kaget mendengar lengkingan suara Naruto.
“Kalian berisik, Naru ngantuk.”
Pluk!.
Wanita itu kembali menyandarkan
kepalanya di bahu Sasuke kemudian menutup mata. Tidak berapa lama terdengar
suara dengkuran halus dari wanita itu. Wanita itu kembali tertidur.
“Dia . . . mengigau?.”
“Stt.” Sasuke meletakkan
telunjuknya di bibir. “Diamlah, kau tidak ingin dia terbangun lagi kan?.”
Sai tersenyum. Kali ini dengan
senyuman tulus saat melihat seberapa besar cinta Sasuke pada Naruto. Tidak
sia-sia dulu dia dan Istrinya berusaha menjodohkan mereka berdua. Walau mereka
pernah berpisah tapi akhirnya kini mereka bersatu.
“Aku dan istriku dengan senang
hati membantu kalian berdua. Tanpa syarat dan imbalan.”
.
.
.
.
.
-Few month later-
Naruto sedang berada di taman
bersama ibu dan kakak iparnya. Mereka terlihat bercanda satu sama lain. Tawa
ceria dan bahagia meramaikan rumah mewah itu. Sayang para lelaki absen karena
harus bekerja.
“Bagaimana, dear? Apa kau sudah
menyiapkan semuanya untuk persalinanmu nanti?.” Tanya wanita cantik berambut
hitam itu.
“Sudah, Mikoto kaa-san. Nee-san
membantuku menyiapkan semuanya.” Kata Naruto sambil mengelus perut besarnya.
“Aku benar-benar tidak sabar
untuk menggendong cucu-cucu kita, iyakan, Kushina?.” Mikoto langsung terbang
meninggalkan suaminya di Amerika begitu tau kalau cucunya dari Sasuke kembar
dan salah satunya perempuan. Jujur, sejak dulu Mikoto memang sangat
menginginkan anak perempuan tapi entah kenapa ia hanya melahirkan laki-laki. Itachi,
putra sulungnya, juga memiliki dua anak lelaki. Menurut Fugaku, suaminya,
keturunan Uchiha memang rata-rata laki-laki dan sangat jarang perempuan.
‘Mungkin memang DNA pria Uchiha sangat kuat.’ Begitu kata Fugaku. Maka saat
Sasuke mengabari bahwa salah satu calon cucu kembarnya perempuan, ia segera
bergegas terbang ke Konoha untuk menemani persalinan menantu kesayangannya.
“Iya, Mikoto. Sebentar lagi
kita akan bisa menggendong cucu perempuan pertama kita.” Kata Kushina antusias.
“Oh ya, Naru-chan. Apa kau
sudah memiliki nama untuk kedua bayimu nanti?.” Tanya Shion.
“Um, Sasuke memberi nama Menma
untuk anak lelaki kami dan aku memberi nama Yuki untuk anak perempuan.” Kata
Naruto sambil mengangguk.
“Uchiha Menma dan Uchiha Yuki.
Nama yang bagus. Iyakan Kushina, Shion-chan?.”
Yah, usia kandungan Naruto
sudah hampir 9 bulan dan menurut perkiraan dokter, ia akan melahirkan beberapa
minggu lagi. Sebentar lagi ia akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu.
.
.
.
“Gaara-kun, kau tidak sarapan
dulu?.” Tanya Sakura saat melihat Gaara turun dari lantai 2.
“Aku ada rapat, kurasa aku akan
sarapan di kantor saja.” Ucap Gaara.
“Kalau begitu, akan kubuatkan
bekal.”
“Tidak perlu.” Kata Gaara
singkat. “Oh ya, malam ini aku ada meeting dengan klien jadi tidak usah menungguku.”
Gaara bergegas berangkat ke
kantor. Meninggalkan Sakura yang tampak kecewa. Entah kenapa Sakura merasa
akhir-akhir ini Gaara seperti menjauhinya. Ia takut kalau Gaara akan berpaling
darinya. Ia tahu Gaara sangat mendambakan keturunan dan entah kenapa sampai
saat ini belum bisa ia berikan.
“Silahkan tehnya, nyonya.”
Wanita separuh baya itu meletakkan secangkir teh di meja di depan Sakura.
“Ah, terima kasih bibi Chiyo.”
“Apa ada lagi yang anda
perlukan?.”
“Tidak, terima kasih. Kau boleh
pergi.”
Wanita paruh baya itupun pergi
ke dapur. Ia mengeluarkan sebuah botol kaca berisi pil berwarna putih. Ia
memandang pil-pil itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
‘Maafkan aku.’ Katanya dalam
hati.
Ia kemudian memasukkan botol
itu kembali ke kantong pakaiannya dan melanjutkan pekerjaannya.
.
.
.
“Selamat pagi, direktur.” Sapa
wanita berambut merah.
“Selamat pagi Karin.”
“Apa aku ada jadwal hari ini?.”
“Hari ini anda ada meeting
dengan klien dari China, kemudian malam ini anda diundang untuk makan malam di
hotel bintang lima, Hyuuga.” Kata Karin
sambil membaca buku agendanya.
“ Baiklah.”
“Apa saya perlu menghubungi
nyonya Sakura?.”
Gaara berpikir. “Tidak usah,
malam ini kau saja yang menemaniku. Tidak ada penolakan karena ini juga bagian
dari pekerjaanmu.” Kata Gaara saat melihat Karin yang akan menolak.
Ia berjalan memasuki kantornya.
Tidak lama kemudian Karin masuk membawa kotak bekal.
“Saya yakin anda belum sempat
sarapan, karena itu saya membuat bento ini.” Karin meletakkan bento buatannya
di meja Gaara. Bento sederhana dengan isi beberapa sushi gulung, tamagoyaki dan
salad. Karin mengundurkan diri dari ruangan itu.
Gaara melihat bento pemberian
Karin dengan tersenyum.
.
.
.
“I got you.” Ia mengeluarkan
seringaiannya.
.
.
.
“Hiks . . . hehehe kau cantik.”
Karin terlihat sempoyongan
karena harus menahan berat badan pria mabuk yang kini sedang dipapahnya. Tanpa
di duga, klien mereka mengajak Gaara minum hingga mabuk seperti ini. Karin
meletakkan bosnya di tempat tidur kamar hotel itu. Saat akan beranjak
tiba-tiba saja tangannya di tarik hingga ia terhempas di tempat tidur
empuk itu.
Bruggg
“A-apa yang anda lakukan?.”
Tanya Karin saat melihat Gaara menindihnya
“Kau cantik hiks. . . hehe. .
.hiks.”
“To-tolong hentikan.” Tapi
Gaara sama sekali tidak menggubris penolakan Karin.
.
.
.
Prank!.
Tanpa sengaja Sakura menyenggol
foto kecil di meja riasnya hingga foto itu terjatuh dan kaca figuranya pecah.
Sakura memungut foto itu. Itu adalah foto pernikahannya dan Gaara beberapa
tahun lalu. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak.
“Gaara-kun.”
.
.
.
Sasuke memeluk tubuh istrinya
yang telah ia selimuti dengan selimut tebal. Sebagai suami dan calon ayah yang
baik, tentu Sasuke tidak ingin terjadi sesuatu pada istri dan calon anaknya
bukan.
“Dingin.” Rajuk Naruto manja. Sasuke
semakin mengeratkan pelukannya.
“Salah sendiri kenapa
malam-malam malah duduk di sini. Angin malam tidak baik untuk kesehatanmu dan
bayi kita.”
Naruto menggembungkan pipi
chubby-nya.
Tengah malam ini, tiba-tiba
saja Naruto ingin melihat bintang dari balkon kamar mereka dan memaksa Sasuke
untuk menemaninya.
“Tapi aku ingin, Teme.” Rajuknya manja.
Sasuke mendekap erat tubuh
Naruto dengan possesif lalu mengecup dahi wanita yang sangat dicintainya itu.
“Iya, iya.”
“Teme. . .”
“Hnn.”
“Aishiteru.” Wanita itu
menyandarkan kepalanya di bahu Sasuke.
“Aishiteru yo.” “Aku juga
mencintaimu.”
“Promise me?.” “Janji
padaku?.”
“Sure, I will be your
happiness, forever.” “Tentu, aku akan menjadi kebahagiaanmu selamanya.”
Naruto tersenyum. Ia memandang
wajah Sasuke yang juga kini menatapnya intens. Entah sejak kapan bibir mereka
saling bertaut. Sasuke melumat bibir Naruto dengan lembut dan penuh kasih
sayang.
“Se-sepertinya . . . Baby ingin
di kunjungi Tou-sannya.” Kata Naruto sambil menunduk dengan wajah memerah.
Sasuke yang paham maksud Naruto
langsung membawa istrinya ke peraduan mereka. Sasuke tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan emas ini.Dan karena ni FF masih rate T, maka kita sensor bagian ini.
.
.
.
.
.
-TBC-
.
.
.
.
.