.
.
.
.
.
Disclaimer : Naruto isn’t mine. The original chara is
own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.
Genre : Terserahlah.
Rate : T
Warning : Broken pair, Frontal, cheating and
hatred, GS, OOC (ok, saya menyerahkan sepenuhnya pada reader, saya tidak
mematok bagaimana sifat charanya).
Don’t
like don’t read
Pair : Sasufemnaru, xxxfemnaru
slight Shikafemnaru (ditulis biar kaga ada yang komplen :P).
.
.
.
.
.
Cast
Uchiha
Sasuke
Uzumaki
Naruto (fem)
Nara
Shikamaru.
Uzumaki
Karin.
Nara
Shikaku.
Cast
lain menyesuaikan.
.
.
.
Summary:
Saat masa lalu datang kembali membawa sejuta kenangan indah dan juga kenangan
buruk. Apakah kamu akan berbalik ataukah lari?
.
.
.
Chapter
4. Please
.
.
.
Pria
itu menimang seorang bayi berselimut biru yang tengah tertidur dengan sangat
hati-hati. Senyum kebahagiaan terukir jelas di wajah kakunya.
“Siapa
namanya?.”
Pria
itu mengalihkan pandangannya pada wanita berambut pirang yang masih terbaring
lemah di tempat tidur. Wajah pucatnya tidak bisa menutupi kebahagian yang kini
dirasakan olehnya. Akhirnya dia bisa menjadi ibu. Menjadi ibu dari seorang bayi
lelaki yang tampan.
“Bolehkah?.”
Wanita
itu tersenyum sambil mengangguk. “Kaukan Daddynya.”
Pria
itu tersenyum mendengar perkataan sang wanita.akhirnya cita-citanya tercapai.
Memiliki keluarganya sendiri.
“Shikaku
. . . Nara Shikaku.”
.
.
.
“Perkenalkan, namaku Sasori, Sabaku Sasori . . .
Ruangan itu sunyi tanpa suara.
.
.
.
. . . Mantan
pasien Shikamaru sekaligus . . .
.
.
.
penerima jantungnya.”
Deg!
.
.
.
Sasuke terbangun dengan mata bengkak. Semalam ia
tidak bisa tidur karena terus memikirkan Naruto. Memikirkan cara mendekati
Naruto dan anaknya
. . . calon anaknya.
Sasuke menghela nafas.
-Flashback-
Sasuke memandang kosong langit-langit kamar yang
seminggu ini dihuninya. Yah, meski ia menikahi Karin, ia tidak mau sekamar
apalagi tidur seranjang dengannya. Ia sama sekali tidak peduli dengan tanggapan
Karin. Tidak peduli dengan wajah sedih gadis itu saat ia mengutarakan
keinginannya untuk menempati kamar Naruto. Salahnya sendiri karena telah
memaksa Sasuke untuk menikahinya. Salahnya sendiri ia menginginkan pria yang
sama sekali tidak mencintainya.
Ia bangun dari tidurnya kemudian melangkah ke meja
rias di samping tempat tidur itu. diatas meja terdapat sebuah buku bergambar
bunga matahari dan sebuah cincin bertahtakan shapire. Sasuke mengambil buku itu
kemudian membukanya.
.
.
.
Ia membuka lembar pertama
.
.
.
Naruto’s
Diary
.
.
.
Ia kembali membuka halaman Selanjutnya.
.
.
.
Dear
diary.
Kau
tau, aku tidak pernah merasa memiliki orang tua. Siapa bilang anak bungsu
selalu di manja? Buktinya aku . . .
Ah
sudahlah. Itu tidak penting. . . sudah tidak penting lagi.
.
.
.
Sasuke dapat melihat tulisan tinta itu sedikit
meluber. Apakah Naruto menangis saat menulis ini?
.
.
.
Dear
diary,
Here
I go again, sendirian lagi di hari ulang tahunku. Kedua orang tuaku sedang
pergi jalan-jalan dengan Karin. Huft, Ok, aku sudah terbiasa. Naruto kau tidak
boleh menangis. Kau gadis kuat.
Tapi
. . .
.
.
.
Mungkinkah
aku bukan anak kandung mereka?
Kenapa
bagi mereka hanya Karin?
Lupakah
mereka dengan anak yang bernama Naruto?
.
.
.
Sasuke tau kalau Naruto selalu diperlakukan berbeda
oleh orang tuanya. Tapi ia tidak menyangka akan separah ini.
.
.
.
Dear
diary.
Hari
ini mama menamparku. Kau tau kenapa? Karena aku menolak memberikan calon
suamiku. Kenapa dia meminta calon suamiku? Tidakkah dia tau sebentar lagi kami
akan menikah?. Benar dugaanku, aku memang bukan anak mereka. Mungkin aku hanya
anak angkat. Kenapa dia menginginkan Teme-ku? Tidak cukupkan orang tuaku saja?.
Aku
membencinya
Aku
membenci Namikaze Karin.
.
.
.
Mata Sasuke memanas. Air mata mulai menggenang di
sudut matanya. Ia membalikkan halaman selanjutnya.
.
.
.
Dear
diary.
Mereka
jahat.
Mereka
jahat.
Teme
tidak kusangka kau mengkhianatiku. Padahal kukira kau satu-satunya yang
mencintaiku di dunia ini. Ternyata aku salah. Kau sama saja dengan orang tuaku.
Aku
membencimu Teme.
.
.
.
Hati Sasuke terluka saat membaca tulisan Naruto.
Tapi ia sadar, Narutolah yang paling tersakiti di sini. Tidak ada seorang
perempuanpun yang tidak terluka saat melihat calon suaminya mencium wanita
lain. Terlebih wanita itu adalah kakaknya sendiri. Ia membuka halaman
selanjutnya. Saat ia membukanya, sebuah amplop putih jatuh dari buku itu.
Sasukepun memungutnya.
.
.
.
Dear
diary
Hari
ini seharusnya hari yang paling membahagiakan seumur hidupku.
Tapi
semua berubah. Hari ini menjadi hari yang paling menyedihkan untukku.
Tuhan,
tak bolehkah aku bahagia?
Aku
putus asa.
Tapi
aku akan bertahan demi dirimu.
Mulai
saat ini hanya ada kamu dan aku. Aku akan merawatmu meski ayahmu tidak ada.
Terimakasih
telah hadir menjadi penyemangat hidup Ibu, anakku.
Kita
akan memulai hidup baru.
Berdua
saja.
Di
tempat yang sangat jauh.
.
.
.
.
Sasuke membuka amplop putih yang tadi terjatuh dari
dalam buku. Ternyata isinya adalah sebuah kertas putih yang terlipat rapi dan sebuah
foto berwarna hitam putih. Ia membuka lipatan kertas itu.
Name : Namikaze Naruto
Gender
: Female
Age
: 22
y.o
Positive
Itulah yang dibaca Sasuke. Ia kemudian melihat foto
kecil itu. foto kecil yang berisi USG yang dilakukan Naruto pada hari itu. Pada
hari dimana Naruto melihatnya berciuman dengan Karin di kebun belakang kediaman
Uchiha.
Airmata membasahi wajah Uchiha bungsu itu. ia tidak
peduli lagi dengan kehormatannya sebagai Uchiha.
Ia meraung.
Ia menangis.
Ia kehilangan kekasihnya.
Cintanya.
Ia tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain terhadapnya.
.
.
.
“Sa-sasuke-kun.” Gadis berambut merah itu berniat
menenangkan suaminya. Tapi Sasuke menampik tangannya dengan kasar.
“Puas kau?! PUAS KAU MEMISAHKANKU DENGAN NARUTO,
NAMIKAZE KARIN?!.” Bentaknya pada wanita itu. “Kau menjijikkan!.”
Sasuke meninggalkan wanita yang kini sudah terisak
di lantai.
.
.
.
“Sasuke!.”
“Apa?! Kalian puas sekarang! KALIAN PUAS SEKARANG!
NARUTO SUDAH PERGI, PERGI DENGAN MEMBAWA ANAKKU. ANAK KAMI?!.” Teriaknya dengan
marah dan frustasi. Ia tidak peduli lagi dengan tatapan terkejut keluarganya
dan keluarga Naruto.
“A-Apa?!.”
“Naruto hamil?.”
Begitu mendengar berita mengejutkan itu, Karin
langsung pingsan. Tidak dapat dipungkiri bahwa berita itu cukup membuatnya
shock dan terguncang.
-Flashback
End-
“Aku tidak akan menyerah Naruto, sudah cukup 6 ini
aku kehilanganmu.”
“Sasuke.”
Sasuke menoleh kearah wanita merah yang memanggilnya.
“Ada apa Baa-san?.”
“Tolong pertemukan aku dengan Naruto. Aku ingin
memperbaiki semuanya.”
Inilah saatnya untuk memperbaiki semua yang telah ia
hancurkan. Kushina berdoa dalam hati agar ia bisa memperbaiki semuanya.
.
.
.
“. . . Jadi kau?.” Naruto menggantung kata-katanya.
“Iya, maafkan aku. Maaf karena baru datang padamu
sekarang.”
Naruto duduk dikursinya sembari memijit kepalanya
yang terasa pusing. Kenapa akhir-akhir ini hidupnya selalu penuh dengan
masalah. Di mulai dengan pertemuannya dengan Uchiha, pria itu dengan tidak tahu
malunya terus mengejar dan memintanya untuk kembali setelah semua pengkhianatan
yang dilakukan olehnya, lalu sekarang dengan seseorang yang mengaku memiliki
jantung dari mendiang suaminya.
Ok, coret untuk masalah kedua, karena itu bukan
masalah untuknya.
“Kau pasti bertanya kenapa aku mendatangimu
sekarang.”
“ . . .”
“Jujur, aku merasa menjadi penyebab kematian dokter
Nara.”
“ . . . Tidak itu bukan kesalahanmu, kece . . .”
“Akulah yang menyebabkan kecelakaan itu.” Akunya.
Naruto membulatkan matanya tanda ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“Malam itu, aku baru saja pulang dari kantor. Tiba-tiba di tengah perjalanan
penyakit jantungku kumat dan aku tidak bisa mengendalikan mobilku.” Tambah
Sasori dengan penuh penyesalan.
“. . .” Naruto masih tampak shock.
“Naruto-san. . . aku minta maaf. Aku benar-benar
minta maaf. Gara-gara aku . . .” Sasori bersimpuh di depan Naruto. Membuang
harga diri dan kehormatannya sebagai pewaris salah satu keluarga yang paling
berkuasa.
“Apa kamu sengaja?.”
“Aku . . .”
“Jawab ya atau tidak.”
“Tidak.”
“Sungguh?.”
“Ya, aku sudah mengganggap Shikamaru sebagai
temanku. Dia selalu menyemangatiku sembuh. Menyemangatiku agar aku tetap
percaya pada keajaiban. Seperti yang terjadi padanya.” Sasori teringat
kata-kata temannya itu sebelum mereka berpisah untuk selamanya.
.
“Hey.
Aku jadi ayah hehehe. Anakku laki-laki. Aku jadi ayah. Akhirnya aku jadi ayah.”
.
“Kau
tau? Dulu aku sama sepertimu. Aku tidak percaya dengan keajaiban. Aku ini yatim
piatu. Orang tuaku sudah meninggal bahkan sebelum aku mengenali mereka. Itu
membuatku merasa dunia tidak adil. Tapi sekarang aku percaya bahwa semua orang
memiliki keadilannya masing-masing. Kau tau aku sangat bahagia memiliki istriku
sekarang. Istriku sangat sangat sangat cantik. Ia mewujudkan mimpi terbesarku.
Oh ya, kapan-kapan mainlah ke rumahku. Sekarang Shika-chan sedang lucu-lucunya.
Kau pasti akan menyukainya. Anakku sangat tampan dengan pipi gembulnya. Oh ya,
nama istriku . . .”
.
“To-tolong
jaga istri d-dan anakku. . . kata-kan pada mereka aku . . . aku sangat
mencintai mereka.”
.
“Di saat-saat terakhirnya, ia sempat memintaku
menjagamu dan anak kalian. Dan aku melakukan hal terakhir yang dimintanya
padaku.”
Naruto menghela nafas. Ia ingat sekarang. Dulu
Shikamaru pernah bercerita tentang seorang pasiennya.mungkinkah itu adalah pria
merah yang ada di depannya?.
“Sudah kuduga.” Katanya seingkat. Membuat Sasori
memandang wanita cantik itu. “ Setelah kematian Shikamaru, diluar dugaan hidup
kami tidak pernah kekurangan sedikitpun. Mulai dari dana asuransi jiwa Shikamaru hingga betapa
mudahnya aku membangun restoran kecil untuk menghidupi Shikaku. Apa itu
karenamu?.”
“. . . .”
“Awalnya aku sedikit kaget saat menerima uang yang
tidak sedikit dari asuransi. Tapi aku juga tidak curiga karena Shikamaru memang
sudah memiliki asuransi. Kalau dipikirkan sekarang, jumlah dana itu terlalu
besar untuk dana asuransi.”
“Aku hanya ingin menjagamu meski itu dari jauh
sesuai dengan keinginan terakhir Shikamaru.” Sasori memegang dada kirinya yang
berdetak kencang. “Dan aku yakin Shikamaru juga menginginkan hal yang sama
denganku.”
“Shika. . .” Lirih Naruto.
“. . .”
“ . . .”
Naruto menatap Sasori. Ia kemudian beranjak dari
tempat duduknya dan berdiri di depan Pria merah tersebut. Ia mendongakkan
kepalanya untuk memandang Sasori.
“ Boleh . . . bolehkah aku memelukmu?.”
Sasori hanya mengangguk dan membiarkan wanita pirang
itu memeluknya. Jantungnya berdebar makin kencang saat Naruto memeluknya dengan
erat. Ada perasaan hangat dan bahagia yang kini dirasakannya. Perasaan yang tak
pernah ia rasakan dengan orang lain sebelumnya bahkan dengan keluarganya
sekalipun.
“Arigatou . . . telah menjagaku selama ini . . .
telah memberikanku Shikaku . . . telah menyembuhkan lukaku . . . Arigatou . . .
Shika . . .” Lirih Naruto. Ia menitikkan air mata penuh haru di dada Sasori.
Mendengarkan debar jantung suaminya yang kini ada di tubuh pria yang sedang
dipeluknya.“Tolong
jangan salahkan dirimu lagi.” Naruto melepaskan pelukannya. ia memandang wajah
Sasori.
“ . . . “
“Aku yakin Shika pasti memberikan jantungnya dengan
sukarela. Karena aku tau pasti, ia sangat ingin menyelamatkanmu.”
“Kau tidak menyalahkanku? Meski aku sudah
membunuhnya? Aku sudah mengambil jantungnya.”
Naruto menggeleng. “Itu hanya kecelakaan. Shika
pasti tidak suka jika kau yang sudah dianggap sahabatnya meyalahkan dirimu
sendiri.”
“Terimakasih.” Ucapnya setelah beban dari beban yang
selama ini ditanggungnya. Naruto hanya tersenyum.
“ . . .”
“ . . . ”
“Maukah kau . . .”
.
.
.
Ting
tong
Naruto pun bergegas menutu pintu apartemennya. Betapa
terkejutnya ia saat membuka pintu rumahnya.
Uchiha Sasuke
Uchiha Fugaku dan Mikoto
Juga orang tuanya. Hmm, bisakah mereka di sebut orang tuanya?.
“Na-naru . . .” Wanita berambut merah itu membuka
suaranya. Matanya sudah berair. Terlihat jelas kerinduan dan penyesalan yang ada
dimatanya.
Naruto berniat menutup pintu rumahnya saat Sasuke
menahan pintu itu dengan tangannya.
“Bisakah kalian pergi dari rumahku?.” Katanya dingin.
Membuat 2 pasangan paruh baya itu terkejut. Bagaimana tidak? Naruto yang mereka
tau selalu ceria dan hangat bukan dingin seperti yang ada di depan mereka.
“ Kita perlu bicara Naruto.”
“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sudah kubilang
kita-.”
“Tidak! Kita harus bicara.”
Dengan terpaksa Narutopun mempersilahkan tamu tak di
undangnya untuk masuk. Naruto kini duduk di seberang kedua pasangan itu. ia
hanya menatap mereka dengan datar dan dingin.
“Ba-bagaimana kabarmu, Naruto?.” Ucap wanita itu
mulai membuka percakapan.
“Seperti yang anda lihat sendiri, aku baik-baik
saja.”
“ . . . ”
“ . . . “
“ . . . “
“Jika tak ada yang ingin kalian bicarakan. Silahkan pergi
dari sini. Aku sedang sibuk.”
“Naruto . . . “
“Maafkan Kaa-san Naruto.” Lirih Kushina.
Naruto hanya tersenyum sinis. “Maaf? Maaf untuk apa
Namikaze-san.”
Kushina sangat terluka saat Naruto memanggilnya
Namikaze. Begitu besarkah kesalahannya hingga putrinya itu tidak mau
memanggilnya ibu? Air matapun mulai menetes di pipinya.
Ia sadar, ialah yang bersalah. Ia bersalah karena
tidak berlaku adil pada kedua putrinya. Ia selalu mendahulukan Karin dan
mengabaikan si kecil Naruto. Dulu pernah suatu ketika, saat Naruto sedang sakit
demam, ia malah sedang asyik menemani Karin bermain ke taman bermain. Juga saat
pengambilan rapor, Naruto dengan bangga menunjukkan nilai-nilai sempurnanya
namun justru ia abaikan. Ia bahkan melupakan ulang tahun Naruto karena
terfokus. Pada Karin.
“Maafkan Kaa-san. Maafkan Kaa-san.” Racaunya.
“Jika tak ada lagi yang di bicarakan, sebaiknya
kalian pergi dari sini.”
.
.
.
“Karin meninggal.”
.
.
.
-TBC-
.
.
.
.
.
Akhirnya tinggal beberapa Chap lagi. Mudah-mudahan
sesuai rencana awal buat bikin ending di Chap 6. . . .
Bagi yang nunggu (enggak juga ga papa sih) FF lain
mohon sabar ya. Saya lagi sibuk dengan kehidupan duniawai hehehe tapi bukan
berarti bakal hiatus atau discontinue. Hanya saja, waktu luang yang saya punya
sudah sangat-sangat sedikit. Saya akan tetap berusaha melanjutkan ff yang lain.
.
.
.
.
.
.
Sebenarnya ini hanya untuk meluruskan kesalahpahaman
antara saya dengan salah satu repiewer (yang ngerasa). Setelah membaca tulisan
saya ini, saya yakin pasti banyak yang komplen karena tidak puas. Tapi ya
sudahlah, toh menjadi writer fanfic emang harus siap di komplen sana sini. Ini adalah
balasan dari review di sekuel memories lies (maybe, gak gitu ingat tapi sy
ingat reviewnya. Hahaha aneh banget kan saya ini). Saya tulis disini karena ga
tau lagi kapan bisa update.
Ini FF mainly bergenre drama bukan romance. Terus terang
saya ga ahli bikin genre romance. Dan kalo emang pairkan ada tandanya [. . .]. Bener
gak nih?.
Kenapa
ga masuk pair GaaraNaru aja jangan di SasuNaru?
Karena memang rata-rata sudut pandangnya berasal dari sasunaru. Jika saya
pasang Gaaranaru sepertinya ga relevan soalnya si Gaara juga jarang-jarang
nongolnya. Dan lagi kamu baca fic sy yang mana? Kok bisa bilang fic sy
rata-rata masuk Gaaranaru? Emang udah ada tanda END-nya?.
Saya benci
Uchiha Sasuke?
That the most stupid think I ever read.
sy bener-bener GAK
BENCI sama si ayam, Hinata atau chara manapun. Beneran sy ga punya rasa
benci sedikitpun ma karakter Uchiha sasuke. Kalo dibandingin feelnya dia sama
ky Naruto dll. Jadi kamu salah kalo bilang saya benci ma Sasuke hanya karena di
sini dia jadi antagonis (padahal sy sendiri ga ngerasa bikin dia antagonis loh).
Daripada nyebut antagonis, saya lebih suka nyebut mereka jadi pemeran utama
ke-2, 3 dan seterusnya. Dan kalopun aku jadiin mereka antagonis, bukan karena
aku benci ma mereka melainkan karena ‘Kriteria’ mereka cocok dengan storyline
yang saya buat.
Misalnya di memories lies, Hinata sy pasangin ke
Sasu ya karena di cocok dengan karakternya. Hinata kan dari keluarga terpandang
Hyuga, manja dan sedikit kompleks karakternya. Jadi sekalipun keluarga Uchiha
ga suka ma dia, dia gak akan di tendang segampang itu dari Uchiha karena dia
punya background keluarga yang kuat.
Trus
kamu bilangnya jangan bikin Sasuke jadi jahat lagi?
--_____-- ini agak membingungkan, sy sendiri yang nulis ga ngerasa bikin si
Sasuke jadi jahat kok. Sepertinya definisi kata ‘Jahat’ antara kita beda ya?.
Bukan berarti gara-gara Sasuke ninggalin Naruto dia
jadi jahat donk? Masa iya kaya gitu.
Trus bilangnya author lain gak sampe bikin Sasuke
sampe ky gitu. Nah ini yang jadi pertanyaan, maksud kamu itu author lain yang
mana?.
Kamu minta saya ngehargain kamu. Ok fine, aku ngehargain
kamu. Kamu juga bilang kamu ngehargain sy jadi tolong hargain bahwa setiap
writer punya ciri dan cara penulisan yang beda. Dan kebetulan cara penulisan
saya memang sedikit radical dan kasar.
.
.
Well bukan bermaksud marah-marah ( beberapa orang
suka salah paham karena sifat To the point saya). Sy hanya ingin agar para
pembaca lebih terbuka dan tidak menghakimi sesuatu sebelum hal itu jelas. Hanya
karena saya pake sasunaru trus nongol orang ketiga dan keempat saya harus
pindah pasangan? Dan hanya karena kamu suka ma karakter A atau B kamu ga rela
tu karakter di jadiin antagonis? Itu sangat kekanak-kanakan (beneran)
--_________--
Saya mungkin dianggap orang yang arogan setelah
reader baca ini. Tapi ga apa-apa juga sih. Toh itu penilaian masing-masing.
-Bye Bye-
.
.
.
.
.