.
.
.
.
.
Disclamer : Naruto isn’t mine. The original chara
is own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.
Genre : Hurt, angst, just whatever
Rate
: T
Warning : GS not Yaoi. Don’t like Don’read.
.
.
.
Writer
: Gothiclolita89
.
.
.
Tidak
menerima sumbangan flame dalam bentuk apapun.
Boleh
komplen tentang EYD.
.
.
.
Cast
Namikaze
Naruto (Female)
Sabaku
no Gaara
Uchiha
Sasuke
.
.
.
Second
Trilogy
.
.
.
Summary:
Penyesalan selalu datang terlambat. Dan kini aku merasakannya saat aku telah
kehilangan dirimu. Sungguh menyakitkan melihatmu bahagia dengannya. Tapi aku
tau, ini semua adalah kesalahanku sendiri.
.
.
.
.
.
“Kau tau Gaara, 3 tahun bukan waktu yang sebentar
untuk melupakan sebuah cinta apalagi jika cinta itu cinta yang menyakitkan.
Jika saja kau datang padaku 3 tahun lalu mungkin aku akan kembali padamu. Tapi
sekarang . . . It’s already too late (Sudah sangat terlambat).”
Pepatah selalu mengatakan penyesalan selalu datang
di saat semua terlambat dan kini aku merasakannya. Dulu aku menyia-nyiakannya
yang begitu mencintaiku. Selalu membuatnya terluka dan menangis. Sekarang
lihatlah, saat aku terluka aku datang padanya dan mengemis cintanya. Berharap
dia memaafkanku dan mau kembali dalam pelukanku.
Kau benar-benar memalukan Sabaku Gaara!. Teriakku
dalam hati.
Benar, aku memang memalukan.
Aku menunduk.
Memandang secangkir kopi yang tidak lagi mengepulkan
uap panas. Beberapa kali aku menghembuskan nafas. Pernahkah kau mendengar bahwa
sekali menghembuskan nafas maka kebahagianmu akan menghilang satu. Tapi apa
peduliku, bagiku semua kebahagiaanku sudah menghilang.
Ah, andai saja mesin waktu itu benar adanya aku
pasti akan mengulang waktu agar tidak melakukan kesalahan bodoh itu. Ingatanku
berputar kembali ke 3 tahun lalu. Saat-saat terburuk dalam hidupku. Saat aku
salah mengambil keputusan dan menghancurkan segalanya.
Waktu itu, pernikahanku dan Naruto memasuki tahun
kedua. Ah, apakah aku sudah mengatakannya? Aku dan Naruto berteman sejak kecil.
Saat kami SMA aku menembaknya dan kemudian setelah lulus kuliah aku melamarnya.
Kembali ke cerita, usia pernikahanku mencapai dua tahun. Suatu hari dia
memperkenalkan temannya padaku. Sakura Haruno namanya. Gadis cantik dengan
rambut berwarna merah mudah. Kata Naruto mereka teman kuliah. Pantas saja aku
tak mengenalnya karena aku beda universitas dengan istriku ini. Naruto
memintaku untuk menjadikan Sakura sebagai sekretarisku karena kebetulan
sekretaris lamaku mengundurkan diri karena harus mengikuti suaminya keluar
negeri.
Setengah tahun gadis itu bekerja dengan baik sebagai
sekretarisku. Hubungan kami kian dekat berhubung aku sangat sibuk dan lebih
banyak menghabiskan waktu di kantor. Dia adalah wanita yang baik, lembut dan
pekerja keras. Aku kagum padanya yang gigih dan giat bekerja. Entah sejak kapan
kekagumanku pada gadis itu berubah jadi cinta atau mungkin saat itu aku salah
mengartikannya sebagai cinta. Entahlah, akupun tidak tau.
Ternyata bukan aku saja yang merasakan perasaan itu.
Ternyata juga merasakan hal yang sama, ia membalas perasaanku. Perselingkuhan,
aku mulai jarang pulang ke rumahku dengan Naruto dan lebih banyak menghabiskan
waktu dengan Sakura. Namun tidak sekalipun Naruto marah padaku. Ia sangat
mempercayaiku, mempercayai suaminya yang bodoh ini. Kadang aku merasa bersalah
dan kasihan padanya. Bagaimanapun aku sudah mengenal Naruto hampir 10 tahun
tapi aku tidak bisa menghentikan perasaan yang sudah terlanjur tumbuh ini.
Sampai suatu hari semua terbongkar. . .
-Flashback-
“Ne, Gaara-kun.” Kata Naruto sambil memasangkan dasi
di leherku.
“Ya?.”
“Aku ingin mengunjungi Kaa-san di Konoha.” Katanya
lagi sambil merapikan dasi yang dipasangkannya ke leherku. “Ka-san sedang
sakit.”
“Berapa lama?.” Tanyaku.
“Hmm, 3 hari.” Jawabnya.
“Baiklah, sampaikan salamku untuk Kaa-san ne.” Naruto
tersenyum. Jika kuingat kembali itu adalah senyum terakhir yang kulihat darinya
karena setelah itu dia memergokiku sedang bercumbu dengan Sakura di rumah kami,
di ranjang kami.
“Sakura, bisa kau ke rumah sekarang? . . . Naruto
sedang pergi ke rumah orang tuanya . . . kutunggu ya.”
Tidak sampai 30 menit gadis itu datang. Dan aku
segera mengajaknya ke kamarku – ah maksudku ke kamarku dan Naruto. And we do
this and that. Kalian taulah maksudku. Kami begitu asyik hingga tidak menyadari
keberadaan Naruto di ambang pintu kamar. Yah, dia kembali karena ada barang
yang tertinggal. Aku masih ingat betapa ia tampak terluka dan kecewa. Aku tau
aku salah tapi sekali lagi keegoisanku mengalahkan rasa bersalahku. Ia masih
mencoba bertahan menghadapi kelakuanku yang semakin buruk hingga suatu hari aku
memberinya surat cerai laknat itu.
“Aku ingin kita bercerai.” Kataku sembari meletakkan
beberapa lembar kertas di meja di depannya. Yah, aku sudah mengurus beberapa
berkas perceraian hari ini.
“Ke-kenapa?.”
“Maafkan aku. Aku mencintai Sakura.”
“Tidak bisakah kita memulainya dari awal? Aku akan menjadi
istri yang lebih baik. Aku . . .”
“Maafkan aku Naruto.” Kataku saat itu sambil
menggeleng. “Sakura hamil.”
Aku dapat melihat wajahnya yang tampak terluka dan
sedih. Naruto langsung menandatangi surat cerai yang kusodorkan padanya dengan
wajah yang berlinang airmata.
-Flashback
end-
Aku sempat di hajar oleh kakak-kakakku setelah tau
aku sudah bercerai dengan Naruto dan malah berselingkuh dengan Sakura. Tapi
sekali lagi rasa cintaku pada wanita itu membuatku buta akan segalanya terlebih
ia tengah mengandung anakku. Anak yang selalu kuinginkan. Ya, kuakui aku
menceraikan Naruto karena menganggap dia tidak bisa memberikan keturunan
padaku. Meski tanpa restu dari keluargaku aku tetap melamar Sakura. Aku dan
Sakura tinggal bersama di sebuah apartemen mewah yang kubeli untuk kami berdua.
Hubungan kami baik dan penuh cinta. Tapi itu tidak berlangsung lama. Setelah
beberapa saat, Sakura mulai menampakkan sifat aslinya. Kami selalu bertengkar
dan bertengkar. Sampai suatu hari . . .
-Flashback-
Aku pulang lebih cepat hari ini. Aku berniat
memberinya kejutan dan tidak lupa aku membeli sebuket mawar merah sebagai tanda
cintaku pada Sakura, wanita yang akan menjadi ibu dari anakku. Aku ingin
memperbaiki kesalahanku karena kemarin aku membentaknya saat kami bertengkar.
Aku seharusnya lebih memahaminya. Dia sedang hamil sekarang jadi wajar kalau
emosinya labil.
Aku melangkah masuk ke apartemen mewah tempatku dan
Sakura tinggal sekarang. Aku tersenyum membayangkan bagaimana reaksi Sakura
saat aku memberinya kejutan dan mengajaknya candlelight dinner. Tapi senyumku
menghilang saat mendengar suara aneh dari kamarku dan Sakura. Dan aku tau suara
apa itu.
“Sayang, kau hebat sekali bisa menipu di Sabaku itu
hmm.”
“Tentu saja, dia bodoh sekali bisa terjerat padaku
dan saat aku mengatakan aku hamil dia langsung melamarku dan menceraikan
Naruto. Hahaha benar-benar bodoh.”
“Tapi apa anak yang kau kandung itu benar-benar
anakku? Kau juga tidur dengannya kan?.”
“Ck, kau tidak percaya padaku? Aku selalu
menggunakan pengaman saat tidur dengannya dan terlebih aku tidak mau mengandung
anak dari laki-laki yang tidak kucintai. Aku akan menggunakan anak kita untuk
mendapatkan hartanya. Setelah itu kita akan hidup kaya raya dan bahagia selamanya.”
Aku mengepalkan tanganku saat mendengar ucapan
Sakura. Jadi selama ini Sakura menipuku? Hanya mengincar hartaku? Anak yang
dikandungnya bukan anakku?.
“Kau benar-benar licik sayang.”
BRAKKKK!!!
Mereka tampak terkejut saat aku berdiri di ambang
pintu dengan marah. Mereka terlihat langsung kelabakan memakai baju untuk
menutup tubuh telanjangnya.
“Ga-gaara-kun aku bisa jelaskan. Aku . . .”
“Tidak perlu!. Pergi kalian dari sini!.” Kataku
dingin.
Aku memandang jijik wanita berambut merah muda yang
sempat mengambil hatiku. Ia terus memohon padaku agar bisa tinggal disini
bersamaku. Terus menyakinkanku bahwa anak yang dikandungnya adalah anakku. Lalu
apa aku peduli? Tentu saja tidak. Aku mengusirnya dan pria –yang entah siapa
dia- untuk pergi dari apartemen mewah milikku. Well, setidaknya aku belum
terlalu bodoh untuk mengatasnamakan apartemen yang kutinggali dengan nama
wanita jalang itu.
-Flashback
End-
Aku benar-benar menyesal karena jatuh oleh pesona
wanita jalang seperti Haruno Sakura. Jika kalian bertanya bagaimana nasib
wanita itu maka aku akan menjawab bahwa aku sudah mengenyahkannya. Bukan hanya
dari hidupku tapi juga dari kota ini. Dia akan kubuat menyesal telah berani
bermain-main dengan seorang Sabaku. Aku telah memblacklist namanya dan Shimura
Sai –pria yang kulihat bercumbu dengannya di apartemenku- dan memerintahkan
untuk tidak memberi pekerjaan pada kedua orang itu. Dia ingin menjadi kaya raya
dengan memanfaatkanku huh? Akan buat wanita jalang itu merasakan yang
sebaliknya, menjadi gelandangan yang hina dan menjijikkan.
Sejak itu aku mencari keberadaan Naruto. Aku menemui
keluargaku dan mengakui kesalahanku. Aku beruntung mereka masih mau memaafkanku
meski kadang mereka sering bersikap dingin da acuh padaku. Aku juga menemui
keluarga Naruto untuk menanyakan keberadaannya. Tapi yang kudapat hanya pukulan
dan makian dari Kyubi, kakak lelaki Naruto. Sayangnya tidak ada satupun yang
mau memberitahukan keberadaan Naruto padaku. Tidak satupun bahkan keluargaku.
Bukan hal yang mudah untuk menjumpainya lagi. Perlu
waktu yang lama untukku agar dapat menemukan Naruto. Aku bahkan harus menyewa
detektif untuk mencari keberadaan wanita yang telah kulukai itu. aku tau
keluargaku dan keluarga Namikaze selalu menghalang-halangiku untuk bertemu
dengannya. Aku sadar bahwa akulah yang salah. Mereka hanyalah orang-orang yang
sangat menyayangi Naruto dan tidak ingin gadis itu terluka karena perbuatanku.
Sungguh beberapa tahun ini merupakan tahun terberat
dalam hidupku. Berulang kali kali aku mengatakan menyesal dan berharap bisa
mendapat kesempatan kedua untuk menebus semua kesalahanku pada Naruto. Sampai
suatu hari aku berhasil menemukannya. Yah, setelah 3 tahun, akhirnya aku
berhasil menemukannya.
-Flashback-
“Konoha?.” Tanyaku pada pria berwajah ular itu. Orochimaru,
seorang detektifswasta yang akan melakukan apapun demi uang.
Pria itu meletakkan sebuah amplop coklat di
hadapanku. Itu adalah hasil penyelidikannya selama ini. “Bukan hal yang mudah
menyelidiki wanita ini, terlebih akses kami dihalangi oleh keluargamu dan
Namikaze.” Pria ular itu menjelaskan panjang lebar padaku bagaimana susahnya ia
mendapat informasi tentang Naruto.
“Sepertinya kau sudah terlambat . . .
Sudahlah, mana uangku. Aku sudah menyelesaikan tugasku. Sekarang mana
imbalanku?.”
Aku meletakkan sebuah amplop coklat tebal yang
kuambil dari balik jasku kemudian melepasrnya di meja. “Sesuai perjanjian
kita.”
Pria itu mengambilnya lalu membukanya. Tidak lama
tampak seringaian di wajah pucatnya. “Ok, senang berbisnis dengan anda tuan
Sabaku.” Ia beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi meninggalkan
sendiri di meja restoran ini.
-Flashback
End-
Aku memandang keluar café itu. kulihat Naruto sedang
berjalan menghampiri seorang pria berambaut raven. Aku tau siapa dia. Dia adalah
orang yang mengikatmu saat ini. Orang yang memilikimu. Orang yang menyematkan
cincin platina di jari manismu menggantikan cincin emas yang dulu pernah kau
pakai selama 3 tahun.
Cincin pernikahan kita.
Aku tau.
Aku sudah terlambat.
Sangat sangat sangat terlambat.
Saat membaca laporan itu.
Saat melihat foto bahagiamu dengan suami dan anak.
Anak?
Ya anak.
Anak yang selalu kuinginkan sudah kau miliki dengan
orang lain.
Seharusnya anak-anak itu menjadi anak-anak kita jika
saja aku tidak terlalu bodoh dan sedikit bersabar saat itu.
Kau tau Naruto, hatiku benar-benar hancur saat
melihat sebuah cincin platina melingkar di jari manismu.
Itu adalah tanda bahwa kau sudah memiliki cinta yang
lain.
Bahwa kau sudah tidak membutuhkan diriku lagi.
Padahal aku . . .
.
.
Sangat membutuhkanmu
.
.
.
Aku kembali menghela nafas. Well, pepatah memang
selalu benar bahwa penyesalan akan datang di saat semua sudah terlambat. Sebanyak
apapun aku menyesal, Naruto tidak akan pernah mau kembali padaku. Dan aku tau
ini semua karena kesalahanku sendiri.
Hari beranjak sore. Akupun berdiri dari tempatku
duduk berniat pergi dari café itu.
Byurrrr!!!
Cairan itu membasahi jas bagian dadaku.
“Ah! Sumisasen. Sumimasen!.”
Seorang pelayan wanita tampak mebungkuk meminta maaf
padaku. Wajahnya tampak pucat dan ketakutan. Helaian rambut coklatnya tampak
berantakan karena berulang kali membungkuk. Seorang pria, yang sepertinya
manager café ini datang dan memarahi gadis itu. aku mengatakan bahwa gadis itu
tidak bersalah karena aku yang tiba-tiba berdiri dan berbalik hingga menabrak
gadis itu. Setelah menjelaskan duduk perkaranya dan memastikan gadis itu tidak
dipecat, aku segera berjalan keluar café itu.
Udara dingin menerpa tubuhku. Aku mengeratkan jaket
yang melekat di tubuhku dan berjalan dengan cepat ke mobil milikku yang
kuparkir di dekat café itu.
“Tuan!.”
Aku membalikkan badanku. Gadis itu berlari mengejarku.
Aku menaikkan alis kananku tanda tak mengerti. Ia tampak terengah-engah karena
mengejarku.
“Terima kasih um berkat anda saya tidak jadi di
pecat.” Ia kembali membungkuk hormat padaku. Aku merasa senang bisa
menolongnya. Kuakui tadi memang kecerobohanku karena tiba-tiba berdiri dan
berbalik. Naasnya lagi gadis yang ada dihadapanku ini tepat berada di
belakangku. Gadis itu mengangkat wajahnya. Hei, wajahnya manis juga. Aku tak
sempat memperhatikannya tadi. Jantungku berdetak dengan kencang.
Apa ini? Sudah lama aku tidak merasakan yang seperti
ini sejak . . .
“Siapa namamu?.”
“Matsuri um. Kagura Matsuri.”
Aku tersenyum.
Hey Naruto, bolehkah aku bahagia?
Bolehkah aku bahagia dengan membahagiakan orang lain
untuk menebus semua kesalahanku padamu?.
Kurasa ini akan jadi awal yang baru untukku.
-The
end-
.
.
.