.
.
.
.
.
Title : Our Story
.
.
.
Disclaimer : Naruto isn’t mine. The original chara is
own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.
Genre : Drama, Romance, Hurt, Fluff
Rate : T
Warning :
Ini FF trial jadi maaf kalo jelek. Dan seperti biasa tidak butuh Flame
dalam bentuk apapun. Daripada ngasih flame pada Author yang berani publish
karyanya. Kenapa flamer yang suka pake anonim ga bikin sendiri ff yang dia suka
dan setelah itu rasain suka dukanya bikin ff.
.
Don’t
like don’t read.
.
.
.
.
.
.
Cast
Namikaze
Naruto (19 tahun).
Uchiha
Sasuke (25 tahun).
Cast
lain mendukung.
.
.
.
Summary:
Kubiarkan kau berlari sejauh apapun tapi perlu kau ingat bahwa kau adalah
milikku dan aku adalah milikmu.
.
.
.
Note: kata dengan garis bawah adalah translate
.
.
.
Gadis cantik itu duduk di sudut kafe. Tempat biasanya
dia menghabiskan waktu dengan sang kekasih. Ia melihat kearah jalan yang sedari
tadi di guyur hujan. Orang-orang masih saja ramai berlalu lalang meski hujan
derah tengah mengguyur kota itu. Tangan-tangan lentik itu menuliskan dua huruf
di kaca yang berembut karena hujan.
S & N
Dengan gambar berbentuk hati yang melingkari dua huruf tersebut. Ia
menggelengkan kepalanya dengan keras. Lalu dengan cepat menghapus tulisannya
hingga tidak berbekas. Ia menghela nafas. Kenapa lama sekali?. Bahkan coklat
panas yang tadi di pesannya sudah tidak panas lagi.
Klining!.
“Selamat datang.” Suara seorang pelayan wanita
sedang menyambut tamu yang masuk melalui pintu dengan lonceng kecil diatasnya. Lonceng yang akan
berbunyi setiap ada pengunjung yang masuk.
Gadis itu mengalihkan pandangannya
ke arah pintu masuk kafe itu. Ia tersenyum saat melihat seorang pemuda tampan berambut
hitam sedang berjalan menuju arahnya. Pemuda yang menjadi kekasihnya selama
beberapa bulan ini. Pemuda yang juga senpai di universitas tempatnya menimba
ilmu.
“Maaf, sudah lama menunggu?.” Katanya
sambil duduk di depan Naruto
Naruto tersenyum manis. “Tidak
apa-apa.” Mata biru itu tidak lepas dari setiap pergerakan yang di lakukan oleh
si pria.
“Oh ya, kau sudah makan? Apa mau ku
pesankan?.” Katanya.
“Aku sudah pesan, kau sendiri saja.”
Katanya sambil menunjuk gelas coklat yang sudah di minumnya.
“Ada apa? Kau tau, setelah ini aku
harus pergi.” Katanya.
“Umm, Let’s break up.” Kata Naruto dengan tenang. ( “Umm, Ayo putus.” )
“What?!.”
Pria itu terlihat kaget. ( “Apa?!.” )
“Let’s
break up.” Ulangnya. ( “Ayo kita putus.” )
“Tu-tunggu Naruto. Tidak! Apa yang
kau katakan? Putus? Tidak-tidak. Aku tidak ingin putus.” Pria itu meninggikan
suaranya.
Naruto hanya tersenyum kecil. “Sudah
lama aku memikirkannya dan kurasa ini yang terbaik.”
“Apa ada orang lain?. Kau
mengkhianatiku?.” Desisnya marah.
Naruto tersenyum miris. “Aku? Bukan
sebaliknya?.”
“NARUTO!.” Bentaknya hingga membuat
semua pengunjung cafe itu mengalihkan pandangannya ke arah mereka.
“I
know everything.” Lirihnya. “You and
her. Behind my back. Everything.” Naruto menundukkan kepalanya. Selama seminggu
ini, tanpa di ketahui kekasihnya, Naruto terus mengikuti dan melihat kemesraan
pria itu dengan salah satu temannya- mantan teman lebih tepatnya. 2 minggu lalu
ia tidak sengaja melihat pria itu berciuman denga gadis berambut pink yang
sangat ia kenal. (“Aku tau semuanya.”; “Kau dan dia. Dibelakangku. Semuanya”.)
Mata pria itu membulat. Kemarahan
tadi berubah jadi penyesalan. Pria itu menyadari kesalahannya.
“Naruto, aku-.”
“It’s
mean you were not meant to me. You know I hate cheater.” Kata Naruto
dingin. Pria itu kaget melihat perubahan Naruto. Tidak ada lagi Naruto yang
manis dan hangat. ( “Ini berarti kamu bukan untukku. Kau tahu aku benci
pengkhianat.”)
“Tidak, jangan tinggalkan aku Naru.
Aku masih mencintaimu. Kumohon.” Pria itu menggenggam jemari Naruto. Berharap
gadis itu luluh dan memaafkannya. Tapi Naruto menarik tangannya.
“Let’s
end this now.”
Naruto beranjak pergi dari tempat
duduknya tanpa memperdulikan pria itu. Ia keluar dari cafe itu. Untungnya hujan
sudah berhenti. Menyisakan sedikit rintik-rintik hujan. Ia merapatkan mantel kashmeer
coklat yang di pakainya untk menghalau hawa dingin. Naruto berjalan di trotoar
yang masih agak sepi setelah hujan. Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di
depannya. Pintu mobil itu terbuka, menampakan sesosok pria rupawan yang mampu
membuat semua gadis berteriak kegirangan.
“Masuklah.”
“ . . .” Naruto hanya terdiam. Pria
itu menghela nafas kemudian keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah Naruto.
Ia menarik tangan gadis itu dan menuntunnya masuk ke dalam mobilnya.
Mereka berdua sama sekali tidak bicara dalam mobil. Pria tampan itu fokus dengan menyetir dan Naruto memilih
mengedarkan pandangannya keluar jendela. Butuh 10 menit untuk sampai ke rumah Naruto.
Mansion Namikaze, sebuah mansion mewah yang terletak di luar pusat kota. Pria
itu menghentikan mobilnya di depan pintu mansion itu. Naruto langsung keluar
dan berlari menuju kamarnya. Pria itu menghela nafas kemudian menyerahkan kunci
mobil mewahnya kepada seorang pelayan dan segera menyusul Naruto.
Naruto tengkurap di atas tempat
tidurnya. Ia membenamkan kepalanya ke bantal. Pria itu memasuki kamar Naruto
tanpa malu seolah ia memang sudah terbiasa masuk kamar bernuansa kuning gadis
dengan wallpaper bergambar bunga matahari.
“Hey, lepaskan sepatumu dulu.” Kata
pria itu.
“Aku lelah.”
Lagi, pria itu menghela nafas. Ia
meraih kaki mungil itu dan melepaskan sepatunya lalu meletakkannya di rak
penyimpanan sepatu milik gadis itu. Naruto bangun dan duduk di tepi tempat
tidurnya. Memperhatikan segala hal yang dilakukan pria itu. Memperhatikan pria
itu meletakkan sepatu flatnya di tempat yang seharusnya.
“Nah, Teme.”
Pria itu berbalik dan berjalan
mendekati Naruto. Pria itu, Uchiha Sasuke, putra bungsu keluarga Uchiha yang
terkenal dengan wajah tampan dan kekayaan yang tidak akan habis selama tujuh
turunan. “Hn.”
“Apa yang kau lakukan di sana?. Kau mengikutiku
ya?.”
“Bukankah itu sudah keharusan?.” Kata
pria itu datar. Sasuke duduk di samping Naruto. Ia mengusap rambut pirang itu
dengan lembut.
“Sudah kubilang jangan mengikutiku.”
Kata Naruto sebal.
“Tidak mungkin mungkin aku
membiarkan calon istriku bersama dengan pria lain sendirian bukan, Uchiha
Naruto?.”
“Yah!, Sasuke teme no baka!.”
Sasuke tersenyum. Pria itu
mengeluarkan kotak beludru biru kecil dari dalam jas hitam yang di pakainya. Ia
membuka kotak itu. Sebuah cincin platina bertahtakan rare “Blue Moon” diamond
20k dan dikelilingi oleh colorless diamond. Pria itu menyematkan cincin mahal
itu ke jari tengah tangan kanan Naruto lalu menciumnya.
“Tentu saja, karena Uchiha Naruto
adalah MILIK Uchiha Sasuke dan Uchiha Sasuke adalah MILIK Uchiha Naruto.”
Katanya mutlak.
Naruto mengerucutkan bibirnya. “Kita
belum menikah teme~~. Dan namaku masih Namikaze.”
“Kita akan menikah 3 bulan lagi di
hari ulang tahun yang ke 20, remember?.”
“Tidak mau, aku masih muda dan aku
masih ingin bermain.”
Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah
Naruto. Membuat pipi gadis itu bersemu merah. “Apa aku kurang memberimu waktu
bermain hmm?. Aku bahkan mengijinkanmu berpacaran dengan pria lain 2 bulan
ini.”
“Itu karena kau teme!.” Ia menggembungkan pipinya.
.
.
-Flashback-
Sepasang sejoli itu sedang duduk di
taman mansion Uchiha setelah makan malam pertunangan mereka. Makan malam hanya
antara keluarga Namikaze dan Uchiha. Mereka duduk sambil menikamati bulan
purnama. Sang gadis menyandarkan bahunya di pundak sang pria.
“Nah, teme.”
“Ck, sopan sekali kau memanggil
calon suamimu teme.”
Naruto mengerucutkan bibirnya. “Apa
menurutmu mereka tidak terlalu cepat?.” Ternyata kedua keluarga mereka bergerak
cepat karena selain pertunangan, mereka juga membicarakan tentang pernikahan
yang akan dilakukan pada hari ulang tahun Naruto 6 bulan lagi.
“Hn, kurasa tidak. Tahun ini usiaku
25 tahun dan kau juga hampir 20 tahun.”
“Bahkan kita belum pernah pacaran,
iyakan?.” Gerutunya.
“. . .”
“Teme?.”
“. . .”
Gadis itu mengerutkan dahinya. Ia
lalu mengangkat wajahnya dan memandang Sasuke yang terlihat gugup. “Aku bukan
yang pertama?. Jawab teme.” Naruto mengguncang tubuh Sasuke.
“Hn.” Jawabnya terpaksa.
“Ini tidak adil. Aku juga ingin
punya pacar.”
“Ck, siapa yang mau dengan gadis
manja sepetimu.” Sasuke buru-buru menutup mulutnyaa.
“Apa kau bilang?.” Aura kemarahan
menggelegar dari tubuh gadis pirang itu. “Kau menyebalkan baka teme. Akan kubuktikan padamu kalau aku juga bisa memiliki
pacar yang lebih tampan darimu.”
-Flashback End-
.
.
“Kau tau, setiap kali melihatnya
bersamamu. Rasanya aku ingin membunuh pria itu dengan tanganku sendiri. He touch your hand. Touch mine.” Sasuke mengecup
punggung tangan Naruto.
“Cuma menyentuh tangan doank kok.” Naruto
dengan muka memerah parah. Bagaimana bisa pantat ayam ini bisa bersikap
romantis seperti tadi.
Sasuke terus memperhatikan calon
istrinya itu. Wajah mereka kian mendekat dan
Chup.
Sasuke mengecup bibir mungil itu. Membuat
sang pemilik terbelalak kaget.
Manis!
Sasuke menjilat bibirnya. Ia kembali
mencium bibir mungil itu. Ciumannya berubah menjadi makin dalam dan liar. Sasuke
memangut bibir itu dengan semangat membara. Ck, sifat mesumnya bangkit rupanya.
Berterima kasihlah pada penulis ini wahai pantat ayam bakar bumbu kecap madu
karena telah mengijinkan kau berlovey dovey ria bersama Naruchan. Mereka makin
terhanyut dengan ciuman itu hingga tanpa sadar tangan pantat ayam itu mulai
menjelajahi tubuh Naruto.
BRAKK!!!
“Naru-chan, Nii-san pu. . .” Pintu
tak berdosa itu di dobrak dengan tidak elit oleh seorang makhluk berambut
orange menyala.
.
.
”. . . lang.”
Mata ruby itu terbelalak dengan
sempurna.
Adiknya
Naru-channya
Di tindih
Di atas kasur.
.
.
.
Hening
.
.
.
Hening
.
.
.
Hening
.
.
.
“YAH, ANAK AYAM BODOH. KUBUNUH
KAU!!!.”
.
.
.
Oh sepertinya si Loli gak sebaik itu
ngebiarin kamu bermesraan lama-lama dengan Naru-chan yah hohohoho.
.
.
-END-
.
.
.
.
.
.