Sabtu, 04 April 2015

FF. Erased




.

.

.

.

.

Title    : Erased.

.

.

Disclaimer      : Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.

Genre             : Angst, Hurt, Drama.

Rate                : M

Warning         : Broken pair, Frontal, cheating and hatred.

.

This is a song fanfic. I like this Geisha song at the moment and got inspiration.

.

Don’t like don’t read

.

.

.

.

.

.

Cast

Namikaze Naruto.

Uchiha Sasuke.

Namikaze Deidara.

Hyuuga Neji.

Cast lain mendukung.

.

.

.

Summary:

Mungkin lebih baik jika aku melupakanmu. Memulai hidupku kembali dari awal. Jauh sebelum aku mengenalmu.

.

.

.

.

.

.



Jangan sembunyi

Ku mohon padamu jangan sembunyi

Sembunyi dari apa yang terjadi

Tak seharusnya hatimu kau kunci


 Dunianya yang telah hancur makin hancur saat adiknya memperkenalkan orang itu sebagai kekasihnya.

“Nii-san, ini pacarku. Namanya Uchiha Sasuke.” Kata Deidara, adiknya sambil merangkul mesra pria berambut raven itu.



Bertanya, cobalah bertanya pada semua

Disini kucoba tuk bertahan

Ungkapkan semua yang kurasakan

Naruto sedang menikmati sorenya di cafe terrace favoritnya. Ia memesan segelas orange juice dan orange cheese cake. Seseorang yang sangat dikenalnya dan paling di bencinya saat ini tiba-tiba saja muncul dan mengacaukan sore tenangnya.

“Apa lagi yang kau inginkan Uchiha?.” Katanya dingin.

“Bisakah kita bicara sebentar?.” Tanpa permisi pria itu duduk di salah satu kursi.

Sasuke menghela nafas. “Aku tau aku salah. Tapi bisakah kau membiarkanku bersama Dei? Aku benar-benar mencintainya.”

Naruto meninggalkan mejanya tanpa memperdulikan panggilan sang Uchiha. Ia muak. Ia sakit hati. Bagaimana bisa ia di perlakukan seperti ini.

Naruto tertawa mengejek dirinya sendiri. Inikah balasannya setelah ia memberikan segalanya?. Beginikah rasanya jika ia terlalu mencintai seseorang?. Sakit, rasanya sangat sakit hingga ia tidak ingin mencintai orang lain lagi.

‘Baiklah. Aku juga akan bahagia meski tanpa dirimu. Aku bersumpah.’ Katanya dalam hati. ‘Jika ini yang terbaik maka kumohon buat aku agar bisa membuangnya dari hatiku, selamanya.”

Kakinya mulai melangkah dengan gontai. Ia terus menundukkan kepalanya hingga ia tidak menyadari sebuah mobil datang ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya oleng dan mati rasa. Ia terhempas dengan keras ke jalan aspal hitam itu. Namanya di panggil dengan keras. Hal terakhir yang di dengarnya sebelum kegelapan menyelubunginya.

Kau acuhkan aku

Kau diamkan aku

Kau tinggalkan aku

Keluarga Namikaze langsung menuju rumah sakit saat mendengar Naruto kecelakaan. Mereka terlihat cemas.

“Sasuke, bagaimana ini bisa terjadi?.”

“A-aku tidak tahu, aku kebetulan bertemu dengan Naruto saat makan siang. Lalu kami berpisah. Saat berbalik aku sudah melihat Naruto tidak sadarkan diri.”

“Maafkan akan kelalaianku.” Pria dengan mata Lavender itu membungkukkan badan. “ Ini semua salahku. Kalau saja aku bisa lebih cepat menginjak rem, anak anda tidak akan celaka. Saya akan bertanggung jawab atas semua biaya rumah sakit.”

Dokter itu keluar dari ruang operasi.

“Dokter, bagaimana keadaan anak saya.”

“Saya sudah menjahit luka di kepalanya. Tapi saya belum bisa memastikan keadaannya. Benturan di kepalanya sangat keras. Kemungkinan dia akan mengalami gegar otak.” Katanya menjalaskan. “Tapi . . .”

“Tapi apa dok? Tolong jangan membuat kami cemas.”

Dokter itu menghela nafas. “Kami sudah berusaha, tapi maaf sepertinya Tuhan berkehendak lain. Kami tidak bisa menyelamatkan kandungan putra anda.”

“Ka-kandungan?.” Mereka semua terlihat terkejut.

“Saya tau ini hal yang sulit di percaya tapi memang itulah keadaan putra anda. Saya menemukan alat reproduksi wanita yang lengkap dan subur di dalam tubuh anak anda. Jika seandainya janin itu bisa di selamatkan, usianya sudah hampir 3 bulan.”

Sasuke mematung, Naruto hamil? Hamil anaknya?.  

Lumpuhkanlah ingatanku

Hapuskan tentang dia

Ku ingin ku lupakannya

“Nii-san, akhirnya kau bangun juga. Yokatta.” Deidara terisak memeluk kakaknya.

“Hmm, kenapa menangis Dei. Aku tidak apa-apa kok.” Ia menepuk-nepuk punggung adiknya. Ia lalu mengedarkan matanya ke sekitar ruangan tempatnya di rawat. Matanya menangkap sesosok pria berambut raven yang berdiri di belakang adiknya.

“Syukurlah, Naruto. Kau sudah sadar.” Meski sekarang bukan kekasih pria pirang itu tapi mereka pernah berbagi cinta. Terlebih hampir ada seorang bayi di antara mereka. Sasuke merasa bersalah. Ia ingin menjaga Naruto.

“. . .”

“Nii-san?.” Deidara melepaskan pelukannya.

“Kau . . . siapa?.”

Deg!

Sasuke membeku.

Jangan sembunyi

Ku mohon padamu jangan sembunyi

Sembunyi dari apa yang terjadi

Tak seharusnya hatimu kau kunci

“Coba katakan padaku apa yang terakhir kau ingat sebelum tidak sadarkan diri?.” Tanya dokter bername tag Nara Shikamaru itu.

Naruto berpikir sejenak. “Terakhir yang ku ingat. Aku jatuh saat bermain basket bersama Dei dan kepalaku membentur tiang.”

Shikamaru mengangguk kemudian memberi beberapa pertanyaan lagi sampai ia yakin dengan diagnosisnya kemudian memberitahu keluarga pasien. Minato, Kushina, dan Deidara menunggu penjelasan dokter. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Naruto.

“Sepertinya benturan di kepalanya mengakibatkan Naruto kehilangan sebagian ingatannya. Ingatannya beberapa tahun ini menghilang. Benturan di kepalanya dan mungkin tekanan batin membuat alam bawah sadarnya untuk menghilangkan ingatan yang menyakitkan baginya.” Kata dokter Shikamaru menjelaskan kepada anggota keluarga Namikaze.

“Lalu kapan dia bisa mengingat kembali?.” Tanya Kushina.

“Saya tidak bisa memastikan hal itu. Tapi yang jelas jangan memaksanya untuk mengingat karena itu akan membuat dia terguncang terlebih jika dia tau bahwa dia keguguran dan dia tidak ingat siapa ayah dari bayi yang sempat di kandungnya.”

Lumpuhkanlah ingatanku

Hapuskan tentang dia

Hapuskan memoriku tentang dia

Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia

Ku ingin ku lupakannya

Pria bernama lengkap Hyuuga Neji itu membawa sekeranjang besar buah-buahan untuk menengok Naruto. Ia mendengar dari keluarganya bahwa pemuda itu sudah sadar. Neji berniat meminta maaf atas kelalaiannya yang telah menyebabkan pria itu terluka terlebih pemuda itu keguguran. Meskipun sebenarnya bukan 100% kesalahannya. Ia memang pernah mendengar kasus seperti ini tapi ia tidak menyangka bahwa ia akan melihatnya sendiri.

Ceklek!

Neji memutar knop ruang rawat VIP itu. Ia melihat pemuda pirang itu sedang duduk di tempat tidurnya sambil memandangi pemandangan dari jendela.

“Kau siapa?.” Tanyanya.

“Ah, perkenalkan namaku Hyuuga Neji. Akulah yang menabrakmu kemarin. Maafkan aku. Jika saja aku lebih cepat menginjak rem, kau tidak akan celaka dan masuk rumah sakit.”

“Tidak, aku juga salah. Kemarin kudengar aku yang menerobos lampu lalu lintas. Jadi maafkan aku. Karena aku, kau repot seperti ini.”

“Ah, ya. Aku membawakan buah-buahan untukmu.” Katanya.
Naruto tersenyum manis. “Terima kasih, um maukah kau menemaniku ngobrol? Aku bosan sendirian. Tapi kalau kau sibuk juga tidak apa.”

“Baiklah. Kebetulan aku sedang tidak ada kesibukan.” Neji meletakkan keranjang buah di meja samping ranjang. Mereka mulai berbincang dan tertawa bersama. Neji mengupaskan buah untuk Naruto dan menyuapi pemuda pirang itu.

Lumpuhkanlah ingatanku

Hapuskan tentang dia

Hapuskan memoriku tentang dia

Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia

Kian hari, Naruto makin dekat dengan Neji. Pria Hyuuga itu menjenguk Naruto tiap hari. Seperti saat ini Neji sedang menyuapi Naruto makan siangnya.

“Naruto, aaa.” Neji memberi isyarat agar Naruto membuka mulutnya.

“Aku sudah kenyang Neji.” Rajuk Naruto. Ia mencebilkan bibirnya.

“Kau harus banyak makan supaya cepat sembuh.” Masih tetap berkeras agar Naruto menghabiskan makan siangnya.

“Tapi aku bosan makan makanan rumah sakit. Belikan aku Ramen.” Jujur, dia sudah bosan dengan menu rumah sakit yang itu-itu saja.

“Kalau kau sudah sembuh, aku akan mentraktirmu Ramen sebanyak apapun yang kau inginkan.”

“Benarkah?.” Tanya Naruto memastikan. Neji mengangguk dan kembali menyuapkan bubur itu ke mulut Naruto.

Sasuke mengepalkan tangannya saat melihat kemesraan Neji dan Naruto dari luar kamar Naruto di rawat. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak punya hak apa-apa. Naruto tidak mengingatnya dan sekarang statusnya hanya sebagai kekasih Deidara, adik Naruto. Bukankah ini yang dulu diinginkannya?.

Bukankah dia yang meninggalkan Naruto demi mendapatkan Deidara?.

“Suke.”

Panggilan itu menyadarkannya. Deidara, kekasihnya sekarang memanggilnya karena ia melamun di depan pintu ruang rawat Naruto. Pemuda pirang itu memandang Sasuke dengan heran.

“Ada apa?.” Tanya Deidara penasaran.

“Tidak, tidak apa.”

Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku

Hapuskan tentang dia

Ku ingin ku lupakannya

Walau singkat, perkenalannya dengan Naruto begitu berkesan di hatinya. Neji akhirnya memutuskan untuk melamar sang pujaan hati setelah mereka resmi berpacaran selama 6 bulan. Awalnya keluarga Hyuuga tidak menyetujui keinginan Neji. Orang tua mana yang ingin anaknya menjadi gay dan menikah dengan sesama pria. Bagaimanapun mereka juga ingin menimang cucu. Namun Neji berkeras, ia meyakinkan orang tuanya untuk dapat menikahi Naruto. Apalagi setelah mendengar tentang kesehatan Naruto.

Saat lahir, Naruto memiliki kelamin ganda namun karena dokter salah mendiagnosis bahwa Naruto adalah bayi laki-laki. Maka Naruto pun mendapatkan operasi rekonstruksi alat kelamin laki-laki. Mereka tidak tau kalau justru alat reproduksi wanitanyalah yang berkembang lebih sempurna ketimbang kelamin prianya. Terbukti bahwa Naruto lebih menyukai pria dan bisa hamil. Sekarang setelah di ketahui bahwa Naruto dapat hamil. Keluarga Namikaze segera mengurus perubahan gender sang putra sulung ralat sang putri sulung ke pengadilan agar Naruto bisa menikah dengan Neji di Konoha.

Pernikahan Neji dan Naruto berlangsung meriah dan mewah. Naruto berada di ruang rias mempelai. Ia memakai jas berwarna putih. Meski kini ia sudah berstatus perempuan walau tidak menjalani operasi pengubahan kelamin namun tetap saja masa hidup 20 tahun sebagai lelaki tulen masih melekat erat di dirinya. Karena itu ia meminta ijin untuk memakai celana sebagai busana pengantinnya. Ia di temani Deidara.

“Bagaimana ini Dei, aku gugup sekali.”

“Tenang saja Nii-san ah maksudku Nee-san, semua akan baik-baik saja.”

Di luar gedung itu Sasuke sedang melampiaskan emosinya pada sebatang pohon besar. Bohong jika dia tidak merasa sakit. Orang yang dicintainya menikah dengan orang lain terlebih orang itu sama sekali tidak mengingatnya. Cinta? Ya ia baru sadar bahwa cintanya pada Naruto masih ada. Hanya saja cinta itu terpinggirkan oleh pesona Deidara. Kini ia sadar bahwa Narutolah yang ia cintai. Ia menyesal.

Sangat sangat menyesal.

“Naruto . . .” Lirihnya. Airmata mengalir dari sudut mata kelam itu.

Kau acuhkan aku

Kau diamkan aku

Kau tinggalkan aku

Naruto memandang Neji dengan senyum bahagia merekah di bibirnya begitupun sebaliknya. Pria pilihannya yang ia yakini akan memberikan kebahagiaan padanya. Neji menggenggam tangan Naruto dengan erat dan menggiring pujaan hatinya untuk masuk kedalam mobil. Naruto dan Neji melambaikan tangannya pada tamu undangan pernikahan mereka lalu meninggalkan gedung resepsi tersebut. Minato dan Kushina tampak terharu. Mereka berdoa dalam hati supaya anaknya bahagia dengan pilihannya.

.

.

.

.

.

“Kau tidak amnesia kan?.”

Naruto tersenyum. “Bisakah kau mengatakan pada keluargaku kalau aku kehilangan sedikit memoriku?.”

“Kenapa? Kenapa kau ingin keluargamu menganggapmu sakit?.”

Naruto memandang Shikamaru dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah jendela. “Aku ingin berjalan maju. Melupakan masa laluku. Lagipula anak itu sudah tidak ada.” Ia mengusap perutnya. “Mungkin Tuhan sengaja memberiku kesempatan kedua untuk hidup. Hidup untuk kebahagiaan yang tertunda.”

.

.

.

Inilah yang dia pilih, melangkah maju bersama orang yang mencintainya. Naruto menatap pria yang sudah resmi menjadi suaminya beberapa jam yang lalu dengan senyum yang merekah. Pria yang akan menjadi kebahagiaannya dan mendampingi dirinya sampai tua nanti.

“Ada apa?.” Tanya Neji.

“Um.” Naruto menggeleng. “Tidak apa-apa.”

Ia membalikkan badannya dan melihat ke arah pemandangan jalan. Membiarkan airmata membasahi pipinya untuk terakhir kali. Ini terakhir kalinya ia akan menangi karena kesedihan. Terakhir kalinya ia menangis karena dia.

Seperti janjinya, dia akan hidup bahagia. Dia berhak hidup bahagia.

Meski tanpa Sasuke Uchiha.

.

.

.

‘Suatu hari nanti aku pasti bisa bahagia tanpamu, Sasuke. Suatu hari nanti . . .’

.

.

.

Dobe, gomen.” Kini ia hanya bisa meratapi semuanya.

.

.

.

-The End-

.

.

.

-Omake-

Pemuda blonde itu menangis saat membaca buku harian kakaknya. Ia juga melihat beberapa foto yang terselib di buku harian itu. Buku harian yang ia temukan terselip di antara kumpulan manga koleksi sang kakak. Buku bersampul orange yang begitu menarik perhatiannya. Buku yang ia tau buku kesayangan kakaknya sebelum ingatannya terenggut. Buku yang menyimpan rahasia kakaknya yang mungkin tidak ia ketahui. Tangannya bergetar saat membaca buku itu apalagi saat ia melihat beberapa foto mesra kakaknya dengan pria yang sangat ia kenal.

Air matanya mengalir deras. Ia tidak percaya ini. Ia tidak ingin percaya.

.

.

.

.

Kenapa kau meninggalkanku teme?.

Setelah semua pengorbananku, kau meninggalkanku begitu saja.

Di Anniversary kita yang ke tiga.

Kenapa harus Deidara? Kenapa harus adikku yang kau pilih?.

Aku tidak kuat lagi. Aku tidak kuat lagi.

Aku berdoa agar Kami-sama menghapus ingatanku tentangmu.

Agar aku tidak mencintaimu lagi.

Aku membencimu tapi aku juga mencintaimu.

Uchiha Sasuke.

.

.

.

.

-The End-

.

.

.

.

.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar