Minggu, 08 September 2013

Fanfic : Faith Chapter 2


Disclaimer : OK semua orang tau Naruto punya siapa ( Cumasaya yang nggak tau XD).
Minna-san terima kasih sudah membaca fic gaje ini. Sudikah anda sekalian mengijinkan saya untuk melanjutkan kenistaan saya?
Ya?! Boleh ya? (Kitty eyes)
OK lanjut.
Judul : Faith
Genre : Hmm, author juga bingung ni genre apaan. (-_-"). Mpreg (Nah lo ini genre apa pula?), romance? (kayaknya masuk), Hurt ( blum tau tu endingnya).
Rate : M (buat jaga-jaga)
Purely made by Gothiclolita89



Seharusnya ia tidak meninggalkan gadis itu sendirian. Ia seharusnya tau gadis itu bisa berbuat nekat seperti ini. Satu hal yang bisa di syukurinya saat ini adalah intuisinya yang kuat.
.
.
.
.
Chapter 2- Family

-Flashback-

" Nee Teme?."

"Hn'"

"Kau mencintaiku tidak?."

" Hn."

"Hn?."

" Baka Dobe." Laki-laki itu pergi berlalu. Ia menoleh dan tersenyum. Gadis itupun mengejarnya dan menggandeng lengannya.

Aku mengira aku akan bahagia bersamamu. Kau tahu?Aku benar-benar mencintaimu. Tapi kenapa kau tidak pernah percaya padaku? Apakah aku terlihat begitu hina dimatamu?.Apakah aku terlihat begitu murahan dimatamu?

PLAKKK!

" Siapa laki-laki itu?."

"Apa maksudmu?."

PLAKKK!

"Kutanya sekali lagi, siapa laki-laki itu?."

" Dia hanya senpaiku tidak lebih." Gadis itu memegang pipinya yang terasa panas akibat pukulan kekasihnya itu.

" Sudah kubilang jangan dekati laki-laki lain." Katanya penuh amarah." Aku tidak suka milikku disentuh orang lain, kau dengar?! Sepertinya percuma aku bicara padamu." Laki-laki itu mulai melonggarkan ikatan dasinya.

" Ka-kau mau apa?." Gadis itu mulai merasa ketakutan. Firasat buruk mulai menyerang instingnya.

" Mau apa? Tentu saja menunjukkan siapa pemilikmu sayang."

Apa kau tidak mendengar suaraku? Tapi aku sudah berteriak keras lho. Kenapa? Kau ingin aku mengemis padamu? Tapi bukankah itu sudah kulakukan? Aku memohon Teme. Aku menyembah. Aku menangis. Tapi kau sama sekali tidak melihatku. Cinta? Bukankah kau bilang kau mencintaiku? Kenapa? Bukankah cinta seharusnya saling percaya? Bukankah cinta seharusnya saling menjaga? Ah!. Aku tau sekarang. Ternyata selama ini kau berbohong padaku kan? Kau tidak pernah mencintaiku kan? Iya ya. Bodohnya aku, seharusnya aku sadar siapa diriku. Aku hanya Naruto Uzumaki, seorang gadis miskin yang tidak punya orang tua. Seorang gadis bodoh yang yang tidak pantas bersanding dengan seorang Sasuke Uchiha terhormat sepertimu.

" Kakak . . . Tolong aku."

-End Flashback-

Suara decitan menggema di lorong sepi itu. Nampak beberapa orang dengan sigap mendorong sebuah ranjang menuju UGD. Salah satu pria itu terus saja memangil nama gadis yang kini terbaring tidak sadarkan diri bersimbah darah di ranjang beroda itu. Wajahnya nampak kecemasan dan kesedihan yang mendalam.

Lagi, penderitaan ini bertambah lagi.

" Maaf anda tidak boleh masuk." Ucap salah seorang perawat kepada pria berambut orange itu.

" Tapi aku kakaknya! Biarkan aku ada disampingnya!."

"Anda hanya akan mengganggu dokter." Jelas perawat itu. " Kami akan berusaha menyelamatkan nona Uzumaki." Perawat itu segera masuk keruang operasi.

Kyubi berjalan pelan ke kursi tunggu di depan ruang operasi itu. Dihempaskannya tubuh itu karena kakinya seakan tidak mampu lagi menahan tubuh kekarnya. Rasa penyesalan terlihat jelas di wajahnya. Menyesali kebodohannya karena membiarkan Naru sendirian di rumah. Ia seharusnya mengetahui bahwa luka gadis itu tidak akan sembuh secepat itu. Ia meremas lututnya. Ia menatap lututnya . Setetes demi setetes air mata jatuh membasahi celananya.

'Tuhan tolong selamatkan adikku.' Hanya itu saja doa yang panjatkannya.

Satu jam lalu, ia masih berada di kampusnya, duduk di kursi kelasnya. Tapi entah kenapa pikirannya tidak bisa tenang. Ia bahkan tidak bisa mendengar saat orang lain bicara padanya. Hatinya tidak bisa tenang. Ada firasat buruk yang mengganggu pikirannya sejak tadi. Ia harus pulang, Ya ia harus pulang dan melihat keadaan Naru dengan mata kepalanya sendiri. Dengan sigap ia mengambil tasnya tanpa menhiraukan panggilan teman- temannya. Kini pikirannya hanya tertuju pada adik perempuan yang ia tinggalkan dirumah. Tidak peduli apapun. Ia menerjang jalan raya itu dengan kecepatan tinggi demi untuk segera sampai di rumah.

Di bukanya pintu rumah besar itu. Segera ia melesat mencari keberadaan adiknya. Berapa kali pun panggilannya, sama sekali tidak ada jawaban. Aneh! Ini aneh sekali. Dengan panik ia segera mencari ke seluruh penjuru rumah. Sampai ia menemukan sosok pirang itu sedang terbaring tidak sadarkan diri di lantai kamar mandinya. Sangat banyak darah yang keluar dari tubuh kecil itu hingga hampir . Dalam hati ia bersyukur karena segera pulang.
.
.
.
 " Kau bodoh Naru, bukankah nii-san sudah mengatakan akan melindungimu? Sebegitu putus asakah dirimu Naru?."

Satu jam berlalu, pintu operasi itu akhirnya terbuka. Seorang perawat keluar untuk menyapanya. Ia mengatakan bahwa Naru mengalami pendarahan hebat. Gadis itu hampir saja memotong putus urat nadinya. Oleh karena itu darahnya banyak keluar. Kyubi tidak mendengar semua penjelasan perawat itu. Yang ia tau hanya adiknya sedang dalam kondisi kritis dan butuh banyak darah. Sedangkan rumah sakit tidak memiliki stok golongan darah itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang?! Ia tidak bisa memberikan darahnya pada Naru karena ia memiliki golongan darah yang berbeda.

Ia lalu teringat dengan ayahnya. Hanya orang itulah yang bisa menolong Naru saat ini. Dengan gontai ia mengambil telpon yang ada di saku celananya. Ia kemudian memencet beberapa tombol. Beberapa kali ia mendengar nada sambung tapi Ia tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk menyambungkan ketelpon yang
ditujunya. Sampai ia mendengar suara balasan dari seberang sana.

"Moshi- moshi?."

" Ayah cepat ke Rumah sakit Suna sekarang juga." Kyubi berbicara dengan nada memerintah.

" A- tidak bisa Kyu, hari ini ayah ada rapat penting."

" Cepat kesini! Kalo ayah ingin putri ayah selamat!." Bentaknya. Ia kemudian memutuskan sambungan telpon itu dengar kasar.

' Minato sialan! Awas saja kalo dia tidak kemari secepat mungkin.' ucap Kyubi dalam hati.

-Minato POV-

Minato menutup telfonnya.

Aneh! Satu kata inilah yang langsung terbersit dipikirannya. Tidak pernah sekalipun Kyubi menghubunginya selama ini. Bahkan saat dulu mereka tinggal bersamapun Kyubi sangat jarang bahkan hampir tidak pernah menelponnya seperti ini. Terlebih lagi putri? Putri dia bilang? Seingatnya satu-satunya putri yang ia miliki sekarang ada di Konoha, kota sebelah. Tunggu dulu! Minato mengingat ingat kata Kyubi. Rumah sakit! Apa terjadi dengan Narutonya?.

" Anko, tolong batalkan rapat hari ini. Dan tolong siapkan mobil segera!." Perintah Minato lewat intercom.
Sudahlah semua akan jelas saat ia bertemu dengan Kyubi juga merasa cemas.

-End Minato POV-


Kyubi masih terduduk di kursi tunggu. Sesosok gadis memakai seragam putih mendekatinya. Heran? Tentu saja tidak. Bukankah ia tau Temari seorang calon dokter spesialis?.

" Sedang apa kau disini?."

" Praktek. Kau lupa?."

Kyubi hanya diam. Temari lalu duduk disebelah Kyubi." Bagaimana keadaannya?." Tanya Temari. Kyubi hanya menunduk. Tanpa dijawabpun Temari tau jawabannya. Melihat kondisi Kyubi yang amburadul dan kacau seperti ini, ia sudah dapat mengira seberapa parah kondisi Naru saat ini. Ia pun menghela nafas. " Kau tau kenapa sejak dulu aku selalu bilang bahwa pelecehan sexual dan pemerkosaan itu kejahatan paling keji didunia?."

Kyubi menoleh pada itu mendongak dan melihat langit-langit lorong itu.

" Karena pelecehan dan pemerkosaan bukan hanya menghasilkan korban tapi juga pelaku." Jawabnya tenang." Itu seperti lingkaran setan kau tau? Jika saat kecil kau menjadi korban pelecehan, maka saat dewasa kemungkinan kau jadi pelakunya lebih besar. Itu karena adanya trauma psikis yang dalam. Seorang korban pasti akan merasa dirinya sudah tidak berharga lagi dan parahnya dia bisa jatuh ke prostitusi atau sebaliknya ia akan marah dan melampiaskannya kepada orang lain. Lalu korban itu akan melakukannya pada orang lain lagi dan begitu seterusnya. Tapi kau tau apa yang paling menyakitkan? Jika kejahatan itu dilakukan oleh orang yang kau cintai maka lukanya akan lebih dalam. Itulah yang dirasakan oleh Naru."

Mereka kemudian terdiam. Tidak lama kemudian Minato datang dengan tergesa-gesa. Kyubi lalu menjelaskan singkat kepada ayahnya. Suster lalu mengajak orang tua itu untuk memeriksa darahnya. Sekitar satu jam menunggu, dokter keluar bersama ayahnya.

" Syukurlah Nona Uzumaki ditangani dengan cepat terlamabat sedikit saja kita pasti akan kehilangan dia."
 Kyubi pun tersenyum lega, begitu juga temari dan Minato.

" Bayinya?." Tanya Kyubi. Sontak raut muka Minatopun nampak kaget.

" Tidak apa-apa, sedikit lemah memang tapi kurasa kondisinya stabil. Kita hanya perlu menunggunya siuman. Setelah ini Nona Uzumaki akan dipindahkan ke ruang rawat." Dokter itupun permisi untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Keadaan pun kembali hening hingga Minato membuka suaranya." Apa maksudnya ini?."

Kyubi menoleh dan memandang ayahnya yang menatapnya tajam.

Akan ada perang nih, pikir Temari. Entahlah sejak dulu memang hubungan ayah anak ini tidak pernah romantis? Temari menghela nafas dalam-dalam. Ia lalu menepuk pundak Kyubi.

" Kurasa kau harus menjelaskannya. Paman juga perlu taukan?."

Kyubi diam sebentar lalu berpikir. Ia kemudian menceritakan kejadian saat Naru datang ke apartemennya sampai kondisinya saat ini. Ayahnya tampak syok. Ia terduduk di kursi tunggu itu. Wajahnya tampak kalut. Laki- laki 50 tahun yang biasanya tegar itu Nampak tidak bisa menahan kesedihan dan rasa syoknya. Titik-titik air mata mulai Nampak di ekor mata birunya.

" Tidak kusangka putriku bernasib buruk seperti ini. Jika aku tau akan seperti ini jadinya. Harusnya aku memaksanya tinggal bersama kita disini saat Kushina meninggal."

Keesokan harinya Naruto tersadar, ia sempat binggung karena melihat ayah, kakak dan ibunya, ah maksud author ibu tirinya mengelilinginya. Obat bius yang diberikan padanya masih terasa efeknya pada tubuh mungilnya. Ia masih dalam keadaan setengah sadar. Semuanya ini masih bagaikan mimpi untuknya.

" A-yah ." Ucapnya lemah.

Laki-laki paruh baya itu mengusap lembut rambut pirang putrinya. Ia tersenyum." Sst. Istirahatlah. Setelah kau sembuh kita akan tinggal sama-sama lagi." Orang tua itu menahan airmatanya kuat-kuat. Ia tidak ingin putrinya melihat ia menangis karena telah mengetahui keadan putri kesayangannya itu. Sementara sang istri memilih untuk keluar karena tidak kuat melihat penderitaan anak tirinya. Wanita itu sangat menyayangi Kyubi dan Naru walau bukan dia ibu kandung mereka, Kyubi tau itu. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia memilih mengejar ibunya dan menenangkan dirinya. Ibunya itu duduk di kursi di lorong kamar Naru. Menutupi wajahnya berusaha agar ia tidak bersuara. Kyubi duduk di samping wanita itu.

" Kali ini saja." Katanya, ia tetap tidak menoleh ke ibunya itu. Wanita itu menghentikan tangisannya kemudian menoleh dengan wajah penuh air mata." Kali ini saja, akan kupinjamkan bahuku IBU Sara." Katanya sambil memberi penekanan pada kata 'IBU'.Dan berusaha agar wanita itu mendengarnya dengan jelas.
'Mungkin ini saatnya awal yang baru', ucap Kyubi dalam hati. Wanita itu memandang Kyubi dengan wajah tidak percaya. Lalu tersenyum.

Sementara itu di Konoha.

Hari ini adalah acara kelulusan digelar. Para siswa Nampak antusias. Bagaimana tidak? Jerih payah dan pengorbanan mereka selama 3 tahun terbayar sudah. Ini adalah hari terakhir mereka memakai seragam SMA dan akan menjadi anggota masyarakat yang legal. Hari ini angin berhembus sejuk menerbangkan kelopak bunga sakura berwarna pink indah. Yah meski sudah memasuki pertengahan musim semi, sisa musim dingin masih cukup terasa. Udara masih terasa dingin. Jadi tidak heran banyak siswa masih memakai dress coat musim dingin mereka.

Seorang pria tampan sedang berdiri di gerbang SMA Konoha. Rambut raven -OK yang ini Author bener nggak tau Raven itu warna apaan, cuman ngikut doang :P- seolah menari diterpa angin musim semi yang masih dingin ini. Dari kacamata hitamnya ia melihat para siswa siswi yang berlalu lalang didepannya berharap menemukan sosok yang dicarinya. Tak dihiraukannya juga tatapan memuja dari para gadis ABG itu. Ia sudah terbiasa dengan tatapan itu dan sudah lebih dari 20 ia mengalami hal seperti ini. Satu-satunya cara adalah Terbiasa untuk mengacuhkannya. Tujuannya kemari hanya satu, mencari kekasihnya yang sudah hampir 2 bulan tidak bisa ia hubungi.

' Kemana kau Naruto? Aku ingin bertemu denganmu.'

Ia teringat kembali kejadian itu. Ia sadar ia telah menyakiti orang yang dicintainya. Ia kalap karena dibutakan rasa cemburu. Cemburu dan takut gadis itu akan pergi darinya. Ia akan mempertanggung jawabkan semua kesalahannya pada gadis itu.

Ia terus menunggu hingga sesosok gadis berambut biru tua melangkah melewatinya. Ia tau gadis itu. Gadis itu yang sering ia liat bersama Narunya. Gadis yang dianggap Naru sebagai sahabatnya. Gadis klan Hyuga yang terhormat, Hyuga Hinata. Buru-buru Sasuke mengejar gadis itu. Gadis itu sempat melonjak kaget saat melihat Sasuke sebelum ia menyadari siapa yang ada didepannya.

" A- ano. . . ."

" Bisa bicara sebentar?."

~ To be Continue ~


-Omake-

Seorang pria tampan sedang berdiri di gerbang SMA Konoha. Dari kacamata hitamnya ia melihat para siswa siswi yang berlalu lalang didepannya. Tak dihiraukannya juga tatapan memuja dari para gadis ABG itu. Ia sudah terbiasa dengan tatapan itu. Terbiasa pula untuk mengacuhkannya. Tujuannya kemari hanya satu, mencari kekasihnya yang sudah hampir 2 bulan tidak bisa ia hubungi.

Syuuu syuuuuu syuuuuu

" HUATCHIIIIIIM."

" CUT CUT CUT!. Heh actor kelas 3 yang benaer dong kerjanya. Dasar actor cap pantat ayam!."

" Gila lu . Ini dingin banget kali."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar