Sabtu, 10 Mei 2014

FF Memories Chapter 4




.

.

.

.

.

Disclaimer      : Naruto isn’t mine. The original chara is own by Masashi Kishimoto but this story is purely mine.

Genre             : Terserahlah.

Rate                : T

Warning         : Broken pair, Frontal, cheating and hatred, GS, OOC (ok, saya menyerahkan sepenuhnya pada reader, saya tidak mematok bagaimana sifat charanya).

Don’t like don’t read

Pair                 : Sasufemnaru, xxxfemnaru slight Shikafemnaru (ditulis biar kaga ada yang komplen :P).

.

.

.

.

.

Cast

Uchiha Sasuke

Uzumaki Naruto (fem)

Nara Shikamaru.

Uzumaki Karin.

Nara Shikaku.

Cast lain menyesuaikan.

.

.

.

Summary: Saat masa lalu datang kembali membawa sejuta kenangan indah dan juga kenangan buruk. Apakah kamu akan berbalik ataukah lari?

.

.

.

Chapter 4. Please

.

.

.

Pria itu menimang seorang bayi berselimut biru yang tengah tertidur dengan sangat hati-hati. Senyum kebahagiaan terukir jelas di wajah kakunya.

“Siapa namanya?.”

Pria itu mengalihkan pandangannya pada wanita berambut pirang yang masih terbaring lemah di tempat tidur. Wajah pucatnya tidak bisa menutupi kebahagian yang kini dirasakan olehnya. Akhirnya dia bisa menjadi ibu. Menjadi ibu dari seorang bayi lelaki yang tampan.

“Bolehkah?.”

Wanita itu tersenyum sambil mengangguk. “Kaukan Daddynya.”

Pria itu tersenyum mendengar perkataan sang wanita.akhirnya cita-citanya tercapai. Memiliki keluarganya sendiri.

“Shikaku . . . Nara Shikaku.”

.

.

.

“Perkenalkan, namaku Sasori, Sabaku Sasori . . .

Ruangan itu sunyi tanpa suara.

.

.

.

 . . . Mantan pasien Shikamaru sekaligus . . .

.

.

.

penerima jantungnya.”

Deg!

.

.

.

Sasuke terbangun dengan mata bengkak. Semalam ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Naruto. Memikirkan cara mendekati Naruto dan anaknya

. . . calon anaknya.

Sasuke menghela nafas.


-Flashback-

Sasuke memandang kosong langit-langit kamar yang seminggu ini dihuninya. Yah, meski ia menikahi Karin, ia tidak mau sekamar apalagi tidur seranjang dengannya. Ia sama sekali tidak peduli dengan tanggapan Karin. Tidak peduli dengan wajah sedih gadis itu saat ia mengutarakan keinginannya untuk menempati kamar Naruto. Salahnya sendiri karena telah memaksa Sasuke untuk menikahinya. Salahnya sendiri ia menginginkan pria yang sama sekali tidak mencintainya.

Ia bangun dari tidurnya kemudian melangkah ke meja rias di samping tempat tidur itu. diatas meja terdapat sebuah buku bergambar bunga matahari dan sebuah cincin bertahtakan shapire. Sasuke mengambil buku itu kemudian membukanya.

.

.

.

Ia membuka lembar pertama

.

.

.

Naruto’s Diary

.

.

.

Ia kembali membuka halaman Selanjutnya.

.

.

.

Dear diary.

Kau tau, aku tidak pernah merasa memiliki orang tua. Siapa bilang anak bungsu selalu di manja? Buktinya aku . . .

Ah sudahlah. Itu tidak penting. . . sudah tidak penting lagi.

.

.

.

Sasuke dapat melihat tulisan tinta itu sedikit meluber. Apakah Naruto menangis saat menulis ini?

.

.

.

Dear diary,

Here I go again, sendirian lagi di hari ulang tahunku. Kedua orang tuaku sedang pergi jalan-jalan dengan Karin. Huft, Ok, aku sudah terbiasa. Naruto kau tidak boleh menangis. Kau gadis kuat.

Tapi . . .

.

.

 .

Mungkinkah aku bukan anak kandung mereka?

Kenapa bagi mereka hanya Karin?

Lupakah mereka dengan anak yang bernama Naruto?

.

.

.

Sasuke tau kalau Naruto selalu diperlakukan berbeda oleh orang tuanya. Tapi ia tidak menyangka akan separah ini.

.

.

.

Dear diary.

Hari ini mama menamparku. Kau tau kenapa? Karena aku menolak memberikan calon suamiku. Kenapa dia meminta calon suamiku? Tidakkah dia tau sebentar lagi kami akan menikah?. Benar dugaanku, aku memang bukan anak mereka. Mungkin aku hanya anak angkat. Kenapa dia menginginkan Teme-ku? Tidak cukupkan orang tuaku saja?.

Aku membencinya

Aku membenci Namikaze Karin.

.

.

.

Mata Sasuke memanas. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. Ia membalikkan halaman selanjutnya.

.

.

.

Dear diary.

Mereka jahat.

Mereka jahat.

Teme tidak kusangka kau mengkhianatiku. Padahal kukira kau satu-satunya yang mencintaiku di dunia ini. Ternyata aku salah. Kau sama saja dengan orang tuaku.

Aku membencimu Teme.

.

.

.

Hati Sasuke terluka saat membaca tulisan Naruto. Tapi ia sadar, Narutolah yang paling tersakiti di sini. Tidak ada seorang perempuanpun yang tidak terluka saat melihat calon suaminya mencium wanita lain. Terlebih wanita itu adalah kakaknya sendiri. Ia membuka halaman selanjutnya. Saat ia membukanya, sebuah amplop putih jatuh dari buku itu. Sasukepun memungutnya.

.

.

.

Dear diary

Hari ini seharusnya hari yang paling membahagiakan seumur hidupku.

Tapi semua berubah. Hari ini menjadi hari yang paling menyedihkan untukku.

Tuhan, tak bolehkah aku bahagia?

Aku putus asa.

Tapi aku akan bertahan demi dirimu.

Mulai saat ini hanya ada kamu dan aku. Aku akan merawatmu meski ayahmu tidak ada.

Terimakasih telah hadir menjadi penyemangat hidup Ibu, anakku.

Kita akan memulai hidup baru.

Berdua saja.

Di tempat yang sangat jauh.

.

.

.

.

Sasuke membuka amplop putih yang tadi terjatuh dari dalam buku. Ternyata isinya adalah sebuah kertas putih yang terlipat rapi dan sebuah foto berwarna hitam putih. Ia membuka lipatan kertas itu.

Name       : Namikaze Naruto

Gender    : Female

Age          : 22 y.o

Positive

Itulah yang dibaca Sasuke. Ia kemudian melihat foto kecil itu. foto kecil yang berisi USG yang dilakukan Naruto pada hari itu. Pada hari dimana Naruto melihatnya berciuman dengan Karin di kebun belakang kediaman Uchiha.

Airmata membasahi wajah Uchiha bungsu itu. ia tidak peduli lagi dengan kehormatannya sebagai Uchiha.

Ia meraung.

Ia menangis.

Ia kehilangan kekasihnya.

Cintanya.

Ia tidak peduli lagi dengan  pandangan orang lain terhadapnya.

.

.

.

“Sa-sasuke-kun.” Gadis berambut merah itu berniat menenangkan suaminya. Tapi Sasuke menampik tangannya dengan kasar.

“Puas kau?! PUAS KAU MEMISAHKANKU DENGAN NARUTO, NAMIKAZE KARIN?!.” Bentaknya pada wanita itu. “Kau menjijikkan!.”

Sasuke meninggalkan wanita yang kini sudah terisak di lantai.

.

.

.

“Sasuke!.”

“Apa?! Kalian puas sekarang! KALIAN PUAS SEKARANG! NARUTO SUDAH PERGI, PERGI DENGAN MEMBAWA ANAKKU. ANAK KAMI?!.” Teriaknya dengan marah dan frustasi. Ia tidak peduli lagi dengan tatapan terkejut keluarganya dan keluarga Naruto.

“A-Apa?!.”

“Naruto hamil?.”

Begitu mendengar berita mengejutkan itu, Karin langsung pingsan. Tidak dapat dipungkiri bahwa berita itu cukup membuatnya shock dan terguncang.

-Flashback End-

“Aku tidak akan menyerah Naruto, sudah cukup 6 ini aku kehilanganmu.”

“Sasuke.”

Sasuke menoleh kearah wanita merah yang memanggilnya.

“Ada apa Baa-san?.”

“Tolong pertemukan aku dengan Naruto. Aku ingin memperbaiki semuanya.”


Inilah saatnya untuk memperbaiki semua yang telah ia hancurkan. Kushina berdoa dalam hati agar ia bisa memperbaiki semuanya.
 

.

.

.

“. . . Jadi kau?.” Naruto menggantung kata-katanya.

“Iya, maafkan aku. Maaf karena baru datang padamu sekarang.”

Naruto duduk dikursinya sembari memijit kepalanya yang terasa pusing. Kenapa akhir-akhir ini hidupnya selalu penuh dengan masalah. Di mulai dengan pertemuannya dengan Uchiha, pria itu dengan tidak tahu malunya terus mengejar dan memintanya untuk kembali setelah semua pengkhianatan yang dilakukan olehnya, lalu sekarang dengan seseorang yang mengaku memiliki jantung dari mendiang suaminya.

Ok, coret untuk masalah kedua, karena itu bukan masalah untuknya.

“Kau pasti bertanya kenapa aku mendatangimu sekarang.”

“ . . .”

“Jujur, aku merasa menjadi penyebab kematian dokter Nara.”

“ . . . Tidak itu bukan kesalahanmu, kece . . .”

“Akulah yang menyebabkan kecelakaan itu.” Akunya. Naruto membulatkan matanya tanda ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya. “Malam itu, aku baru saja pulang dari kantor. Tiba-tiba di tengah perjalanan penyakit jantungku kumat dan aku tidak bisa mengendalikan mobilku.” Tambah Sasori dengan penuh penyesalan.

“. . .” Naruto masih tampak shock.

“Naruto-san. . . aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Gara-gara aku . . .” Sasori bersimpuh di depan Naruto. Membuang harga diri dan kehormatannya sebagai pewaris salah satu keluarga yang paling berkuasa.

“Apa kamu sengaja?.”

“Aku . . .”

“Jawab ya atau tidak.”

“Tidak.”

“Sungguh?.”

“Ya, aku sudah mengganggap Shikamaru sebagai temanku. Dia selalu menyemangatiku sembuh. Menyemangatiku agar aku tetap percaya pada keajaiban. Seperti yang terjadi padanya.” Sasori teringat kata-kata temannya itu sebelum mereka berpisah untuk selamanya.

.

“Hey. Aku jadi ayah hehehe. Anakku laki-laki. Aku jadi ayah. Akhirnya aku jadi ayah.”

.
“Kau tau? Dulu aku sama sepertimu. Aku tidak percaya dengan keajaiban. Aku ini yatim piatu. Orang tuaku sudah meninggal bahkan sebelum aku mengenali mereka. Itu membuatku merasa dunia tidak adil. Tapi sekarang aku percaya bahwa semua orang memiliki keadilannya masing-masing. Kau tau aku sangat bahagia memiliki istriku sekarang. Istriku sangat sangat sangat cantik. Ia mewujudkan mimpi terbesarku. Oh ya, kapan-kapan mainlah ke rumahku. Sekarang Shika-chan sedang lucu-lucunya. Kau pasti akan menyukainya. Anakku sangat tampan dengan pipi gembulnya. Oh ya, nama istriku . . .”

.

“To-tolong jaga istri d-dan anakku. . . kata-kan pada mereka aku . . . aku sangat mencintai mereka.”            

.

 “Di saat-saat terakhirnya, ia sempat memintaku menjagamu dan anak kalian. Dan aku melakukan hal terakhir yang dimintanya padaku.”

Naruto menghela nafas. Ia ingat sekarang. Dulu Shikamaru pernah bercerita tentang seorang pasiennya.mungkinkah itu adalah pria merah yang ada di depannya?.

“Sudah kuduga.” Katanya seingkat. Membuat Sasori memandang wanita cantik itu. “ Setelah kematian Shikamaru, diluar dugaan hidup kami tidak pernah kekurangan sedikitpun. Mulai dari dana  asuransi jiwa Shikamaru hingga betapa mudahnya aku membangun restoran kecil untuk menghidupi Shikaku. Apa itu karenamu?.”

“. . . .”

“Awalnya aku sedikit kaget saat menerima uang yang tidak sedikit dari asuransi. Tapi aku juga tidak curiga karena Shikamaru memang sudah memiliki asuransi. Kalau dipikirkan sekarang, jumlah dana itu terlalu besar untuk dana asuransi.”

“Aku hanya ingin menjagamu meski itu dari jauh sesuai dengan keinginan terakhir Shikamaru.” Sasori memegang dada kirinya yang berdetak kencang. “Dan aku yakin Shikamaru juga menginginkan hal yang sama denganku.”

“Shika. . .” Lirih Naruto.

“. . .”

“ . . .”

Naruto menatap Sasori. Ia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di depan Pria merah tersebut. Ia mendongakkan kepalanya untuk memandang Sasori.

“ Boleh . . . bolehkah aku memelukmu?.”

Sasori hanya mengangguk dan membiarkan wanita pirang itu memeluknya. Jantungnya berdebar makin kencang saat Naruto memeluknya dengan erat. Ada perasaan hangat dan bahagia yang kini dirasakannya. Perasaan yang tak pernah ia rasakan dengan orang lain sebelumnya bahkan dengan keluarganya sekalipun.

“Arigatou . . . telah menjagaku selama ini . . . telah memberikanku Shikaku . . . telah menyembuhkan lukaku . . . Arigatou . . . Shika . . .” Lirih Naruto. Ia menitikkan air mata penuh haru di dada Sasori. Mendengarkan debar jantung suaminya yang kini ada di tubuh pria yang sedang dipeluknya.“Tolong jangan salahkan dirimu lagi.” Naruto melepaskan pelukannya. ia memandang wajah Sasori.

“ . . . “

“Aku yakin Shika pasti memberikan jantungnya dengan sukarela. Karena aku tau pasti, ia sangat ingin menyelamatkanmu.”

“Kau tidak menyalahkanku? Meski aku sudah membunuhnya? Aku sudah mengambil jantungnya.”
Naruto menggeleng. “Itu hanya kecelakaan. Shika pasti tidak suka jika kau yang sudah dianggap sahabatnya meyalahkan dirimu sendiri.”

“Terimakasih.” Ucapnya setelah beban dari beban yang selama ini ditanggungnya. Naruto hanya tersenyum.

“ . . .”

“ . . . ”

“Maukah kau . . .”


.

.

.

Ting tong

Naruto pun bergegas menutu pintu apartemennya. Betapa terkejutnya ia saat membuka pintu rumahnya.

Uchiha Sasuke

Uchiha Fugaku dan Mikoto

Juga orang tuanya. Hmm, bisakah mereka di sebut  orang tuanya?.

“Na-naru . . .” Wanita berambut merah itu membuka suaranya. Matanya sudah berair. Terlihat jelas kerinduan dan penyesalan yang ada dimatanya.

Naruto berniat menutup pintu rumahnya saat Sasuke menahan pintu itu dengan tangannya.

“Bisakah kalian pergi dari rumahku?.” Katanya dingin. Membuat 2 pasangan paruh baya itu terkejut. Bagaimana tidak? Naruto yang mereka tau selalu ceria dan hangat bukan dingin seperti yang ada di depan mereka.

“ Kita perlu bicara Naruto.”

“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sudah kubilang kita-.”

“Tidak! Kita harus bicara.”

Dengan terpaksa Narutopun mempersilahkan tamu tak di undangnya untuk masuk. Naruto kini duduk di seberang kedua pasangan itu. ia hanya menatap mereka dengan datar dan dingin.

“Ba-bagaimana kabarmu, Naruto?.” Ucap wanita itu mulai membuka percakapan.

“Seperti yang anda lihat sendiri, aku baik-baik saja.”

“ . . . ”

“ . . . “

“ . . . “

“Jika tak ada yang ingin kalian bicarakan. Silahkan pergi dari sini. Aku sedang sibuk.”

“Naruto . . . “

“Maafkan Kaa-san Naruto.” Lirih Kushina.

Naruto hanya tersenyum sinis. “Maaf? Maaf untuk apa Namikaze-san.”

Kushina sangat terluka saat Naruto memanggilnya Namikaze. Begitu besarkah kesalahannya hingga putrinya itu tidak mau memanggilnya ibu? Air matapun mulai menetes di pipinya.

Ia sadar, ialah yang bersalah. Ia bersalah karena tidak berlaku adil pada kedua putrinya. Ia selalu mendahulukan Karin dan mengabaikan si kecil Naruto. Dulu pernah suatu ketika, saat Naruto sedang sakit demam, ia malah sedang asyik menemani Karin bermain ke taman bermain. Juga saat pengambilan rapor, Naruto dengan bangga menunjukkan nilai-nilai sempurnanya namun justru ia abaikan. Ia bahkan melupakan ulang tahun Naruto karena terfokus. Pada Karin.

“Maafkan Kaa-san. Maafkan Kaa-san.” Racaunya.

“Jika tak ada lagi yang di bicarakan, sebaiknya kalian pergi dari sini.”

.

.

.

“Karin meninggal.”

.

.

.

-TBC-

.

.

.

.

.

Akhirnya tinggal beberapa Chap lagi. Mudah-mudahan sesuai rencana awal buat bikin ending di Chap 6. . . .
Bagi yang nunggu (enggak juga ga papa sih) FF lain mohon sabar ya. Saya lagi sibuk dengan kehidupan duniawai hehehe tapi bukan berarti bakal hiatus atau discontinue. Hanya saja, waktu luang yang saya punya sudah sangat-sangat sedikit. Saya akan tetap berusaha melanjutkan ff yang lain.

.

.

.

.

.

.

Sebenarnya ini hanya untuk meluruskan kesalahpahaman antara saya dengan salah satu repiewer (yang ngerasa). Setelah membaca tulisan saya ini, saya yakin pasti banyak yang komplen karena tidak puas. Tapi ya sudahlah, toh menjadi writer fanfic emang harus siap di komplen sana sini. Ini adalah balasan dari review di sekuel memories lies (maybe, gak gitu ingat tapi sy ingat reviewnya. Hahaha aneh banget kan saya ini). Saya tulis disini karena ga tau lagi kapan bisa update.

Ini FF mainly bergenre drama bukan romance. Terus terang saya ga ahli bikin genre romance. Dan kalo emang pairkan ada tandanya [. . .]. Bener gak nih?.

Kenapa ga masuk pair GaaraNaru aja jangan di SasuNaru? Karena memang rata-rata sudut pandangnya berasal dari sasunaru. Jika saya pasang Gaaranaru sepertinya ga relevan soalnya si Gaara juga jarang-jarang nongolnya. Dan lagi kamu baca fic sy yang mana? Kok bisa bilang fic sy rata-rata masuk Gaaranaru? Emang udah ada tanda END-nya?.

Saya benci  Uchiha  Sasuke?

That the most stupid think I ever read.

sy bener-bener GAK BENCI sama si ayam, Hinata atau chara manapun. Beneran sy ga punya rasa benci sedikitpun ma karakter Uchiha sasuke. Kalo dibandingin feelnya dia sama ky Naruto dll. Jadi kamu salah kalo bilang saya benci ma Sasuke hanya karena di sini dia jadi antagonis (padahal sy sendiri ga ngerasa bikin dia antagonis loh). Daripada nyebut antagonis, saya lebih suka nyebut mereka jadi pemeran utama ke-2, 3 dan seterusnya. Dan kalopun aku jadiin mereka antagonis, bukan karena aku benci ma mereka melainkan karena ‘Kriteria’ mereka cocok dengan storyline yang saya buat.

Misalnya di memories lies, Hinata sy pasangin ke Sasu ya karena di cocok dengan karakternya. Hinata kan dari keluarga terpandang Hyuga, manja dan sedikit kompleks karakternya. Jadi sekalipun keluarga Uchiha ga suka ma dia, dia gak akan di tendang segampang itu dari Uchiha karena dia punya background keluarga yang kuat.

Trus kamu bilangnya jangan bikin Sasuke jadi jahat lagi? --_____-- ini agak membingungkan, sy sendiri yang nulis ga ngerasa bikin si Sasuke jadi jahat kok. Sepertinya definisi kata ‘Jahat’ antara kita beda ya?.

Bukan berarti gara-gara Sasuke ninggalin Naruto dia jadi jahat donk? Masa iya kaya gitu.
Trus bilangnya author lain gak sampe bikin Sasuke sampe ky gitu. Nah ini yang jadi pertanyaan, maksud kamu itu author lain yang mana?.

Kamu minta saya ngehargain kamu. Ok fine, aku ngehargain kamu. Kamu juga bilang kamu ngehargain sy jadi tolong hargain bahwa setiap writer punya ciri dan cara penulisan yang beda. Dan kebetulan cara penulisan saya memang sedikit radical dan kasar.

.

.

Well bukan bermaksud marah-marah ( beberapa orang suka salah paham karena sifat To the point saya). Sy hanya ingin agar para pembaca lebih terbuka dan tidak menghakimi sesuatu sebelum hal itu jelas. Hanya karena saya pake sasunaru trus nongol orang ketiga dan keempat saya harus pindah pasangan? Dan hanya karena kamu suka ma karakter A atau B kamu ga rela tu karakter di jadiin antagonis? Itu sangat kekanak-kanakan (beneran) --_________--

Saya mungkin dianggap orang yang arogan setelah reader baca ini. Tapi ga apa-apa juga sih. Toh itu penilaian masing-masing. 

-Bye Bye-

.

.

.

.

.

 


2 komentar:

  1. Sedih. Tapi Lanjut donk cepetan y ^,^ di tunggu

    BalasHapus
  2. ceritanya bagus... jadi sedih gara2 naruto diperlakukan seperti itu sama ibunya. semoga naruto bahagia di endingnya. di tunggu ya lanjutannya.... thanx :)

    BalasHapus