Sabtu, 29 Maret 2014

My New Adenium Collection




Aku lupa ini namanya apa ya????

Triple Santaclaus
Katanya yang jual.


Ada yg tau ini namanya apa?



Kamis, 27 Maret 2014

FF. Forgive You




.

.

.

.

.

Disclamer      : Semua udah pada tau, nggak usah disebutin lagi ta. Naruto isn’t mine, but this story does.

Genre             : Hurt, angst, just whatever
Rate                : T

Warning         : GS. Don’t like Don’read.

Tidak menerima flame, sumbangan dalam bentuk apapun.

Boleh komplen tentang EYD.

.

.

.

Cast

Namikaze Naruto

Sabaku no Gaara

Uchiha Sasuke

.

.

.

First of Treekuel

.

.

.

Summary: 3 tahun bukan yang sebentar untuk melupakanmu. Melupakan cinta dan sakitku. Kini biarlah aku hidup tenang bersama orang orang –orang yang mencintaiku dan kucintai.

.

.

.

.

.

3 tahun bukan waktu sebentar untuk melupakan perasaan cinta atau apapun itu. Banyak hal yang terjadi dan banyak hal pula yang berubah termasuk aku. Aku yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Aku bukan lagi gadis polos yang menangis karena patah hati. Aku bukan lagi gadis yang menangis karena luka pengkhianatan. Tahun ini usiaku menginjak 28 tahun. Usia yang dapat dibilang terlalu tua untuk bersikap manja seperti itu. Hari-hariku berjalan dengan damai dan bahagia sampai aku bertemu lagi denganmu.

Dia, Sabaku Gaara, mantan suamiku. Seseorang yang  pernah kucintai dengan sepenuh hatiku juga seseorang yang pernah menghancurkan cintaku berkeping-keping. Seseorang yang sangat sulit kulupakan hingga sekarang karena luka di hatiku yang masih membekas. Setelah aku bisa sedikit melupakan sosoknya kini dengan seperti tanpa dosa dia muncul di hadapanku kembali.

Dan sekarang disinilah aku, memandangi lautan manusia dari balik jendela kaca tipis ini di temani suasana tegang ini bersamamu. Sesekali aku menyesap coklat hangat yang kupesan untuk mengusir hawa dingin. Meski sudah memasuki musim semi tapi tetap saja suhu udara masih terasa dingin hingga bunga sakura yang biasanya sudah mekar masih enggan menampakan kuncupnya. Lihatlah orang-orang berjalan di trotoar itu, mereka masih memakai baju hangat meski sudah memasuki musim semi.

“Bagaimana kabarmu?.”

Lucu sekali, kau menanyakan sesuatu yang sudah jelas di depan matamu. Apa kau bodoh? Apa kau tidak punya mata?

“Aku baik. Kau sendiri?.” Tanya ku sekedar untuk kesopanan basa basi.

“Aku juga baik.” Ucapmu. Kau memandangku dengan pandangan yang tak bisa kuartikan. Seolah kau . . .

Berharap?

Tidak, aku tidak akan terjatuh lagi untuk kedua kalinya. Aku tidak akan berharap apapun padamu jika aku pada akhirnya yang terluka. Aku sudah belajar dari pengalaman untuk tidak mempercayaimu.

“Baguslah.” Aku menyesap coklat hangat itu. Dapat kurasakan pandangannya yang menuju ke arahku. Tidak berubah, begitu menusuk. Saat aku mendongakkan kepalaku. Dia mengalihkan perhatiannya ke cangkir kopi yang ada di depannya untuk menghindari tatapannya bertemu dengan milikku.

“Lalu  . . .” Aku memotong ucapanku. Kini ia kembali menatap lurus mata shapireku. Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya “Bagaimana dengan kalian? Sudah punya berapa anak?.”

Dia tampak terdiam lalu sedikit tertunduk. Apa aku salah bicara? Rasanya tidak.

“Aku dan Sakura sudah berpisah, tidak lama setelah kita bercerai.” Ia menghela nafas. Dapat kulihat ekspresinya yang terlihat sendu. Gaara memandangku kembali lalu melanjutkan ceritanya. “Awalnya semua berjalan sempurna, kami saling mencintai dan menyayangi. Aku melamarnya dan berniat menikahinya saat ia mengatakan ia sedang mengandung. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, kami sering bertengkar. Semakin lama pertengkaran kami makin intens. Kukira itu karena aku tidak punya waktu untuk selalu bersamanya. Lalu aku berencana memperbaiki hubungan kami. Bagaimanapun ada anak di antara kami. Aku pulang lebih awal dari kantor dan berniat mengajaknya makan malam romantis. Tapi apa yang kulihat benar-benar di luar dugaanku. Aku melihatnya bercumbu dengan sahabatku diatas ranjang kami. Aku juga mendengar bahwa anak yang di kandungnya bukan anakku. Ternyata mereka berencana untuk merampas harta keluargaku melalui anak itu. Aku kemudian mengusirnya dari rumah dan hatiku.” Cerita Gaara padaku.

Aku tidak tau apa harus merasa senang atau kasian padanya. Di satu sisi aku merasa kasian padanya karena aku tau dikhianati orang yang sangat kita sayangi sangat menyakitkan. Tapi disisi lain aku senang karena dia menerima balasan atas apa yang di perbuatnya. Dia merasakan apa yang kurasakan saat aku memergokinya berselingkuh dengan Sakura, gadis yang sudah kuanggap sebagai sahabat, dirumah kami, diatas ranjang kami.

Inikah yang disebut hukum karma?

Aku mengalihkan pandanganku keluar café tempat kami duduk. Di sana ada sebuah mobil hitam yang sangat kukenal terparkir dibawah pohon Sakura di depan café. Aku tersenyum.

“Aku menyesal Naruto. Sungguh. Setelah berpisah dari Sakura, aku sadar bahwa tidak ada wanita yang mencintaiku sebaik dan setulus dirimu. Selama 3 tahun ini aku mencari-carimu kemana-mana. Aku bertanya pada Kyubi, tapi dia tidak mau mengatakan keberadaanmu padaku.” Ucapnya memelas. Aku kembali memandang Gaara. Sungguh wajah Gaara saat ini akan membuat semua orang merasa kasian. Hey, kau itu pewaris Sabaku yang kaya raya, wajah memelas sangat tidak cocok untukmu Gaara. “Sungguh, jika seandainya ada kesempatan kedua untukku. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku akan menjadi orang yang lebih baik. Aku akan berusaha membahagiakanmu.”

Aku kembali menyesap coklat hangatku. Ingatan masa lalu saat aku memergoki perselingkahan Gaara dan Sakura. Saat aku berusaha mempertahankan rumah tanggaku meski akhirnya gagal mulai terputar di kepalaku bagai sebuah film. Sungguh, masa-masa itu adalah masa-masa terburuk dalam hidupku. Untunglah saat itu ada kakak dan keluargaku yang selalu mendukungnya juga pertemuanku dengan orang itu.

“Kau tau Gaara, 3 tahun bukan waktu yang sebentar untuk melupakan sebuah cinta apalagi jika cinta itu cinta yang menyakitkan. Jika saja kau datang padaku 3 tahun lalu mungkin aku akan kembali padamu. Tapi sekarang . . .” Aku bangun dari dudukku dan meletakkan beberapa lembar uang yang sekiranya dapat membayar minumanku dan Gaara. Kembali pada Gaara adalah hal yang tidak mungkin untukku sekarang. Aku sudah bahagia dan memiliki masa depan yang cerah pula.

“. . . It’s already too late.”




Aku melangkah keluar dari café itu dan menghampiri sebuah mobil sedan berwarna hitam yang sedari tadi menarik perhatianku. Saat aku mendekat, seorang pria berambut raven dengan gaya rambut unik keluar dari mobil itu dengan gagah. Ia melepas kaca mata hitam mahalnya saat aku berada di depannya. Aku tersenyum padanya.

“Sudah puas selingkuhnya, nyonya Uchiha?.” Tanyanya. Aku masih tersenyum manis pada pria tinggi di depanku ini.

“Belum puas, tapi karena tuan Uchiha ini terlihat sangat-sangat menakutkan jadi nyonya Uchiha sedikit takut.”

“Nyonya Uchiha mulai nakal hmm? Apa tidak takut jika tuan Uchiha marah dan menghukum mu?.”

“Kalau begitu hukum saja nyonya Uchiha yang nakal ini.”

Kami berdua diam sejenak. Saling menatap lurus lalu tersenyum. Dia, Sasuke Uchiha, suami yang kunikahi 2 tahun lalu menarikku ke dalam pelukannya. Ia memelukku dengan erat, seolah takut aku akan pergi dan menghilang darinya. Aku balik memeluknya dengan erat.

“Tadaima.”

“Okaeri, Yome-san.”

“Apa aku pergi terlalu lama?.” Tanyaku padanya. Aku menyentuh pipinya dengan kedua tanganku.

“Tidak apa, asal kau kembali padaku.” Katanya. Aku dapat melihat ada sedikit ketakutan dimatanya. Mungkinkah dia takut aku akan kembali pada Gaara? Baka Teme, bagiku sekarang, kembali pada mantan suamiku adalah hal yang tidak mungkin karena aku sudah memiliki dirimu dan . . .

“Mana Menma dan Yuki?.” Tanyaku padanya.

Ia menoleh ke arah mobil yang ada di belakangnya. Dari jendela gelap itu, samar-samar aku melihat, dua orang balita berumur sekitar satu tahun sedang tertidur dengan damai di kursi khusus balita.

Ah! Mereka malaikat-malaikat kebahagiaanku. Menma adalah anak lelaki pertamaku yang lahir lebih dulu dari Imoutou-nya,Yuki. Kini usia mereka sudah hampir 1 tahun.

 Ironis bukan? Aku di ceraikan karena suami pertamaku begitu mengidamkan keturunan dan menganggap aku tidak bisa memberikannya. Tapi lihatlah sekarang, begitu menikah dengan suamiku yang sekarang aku langsung di beri dua malaikat yang lucu-lucu ini.

“Ayo kita segera pulang, anak-anak kita bisa sakit kalau berada di sini lebih lama.”

“Hai’ hai’ nyonya Uchiha.”

Sasuke membukakan pintu mobil untukku. Kami segera meninggalkan tempat ini dan menuju rumah kami.

Sungguh kebahagiaanku sudah lengkap sekarang.

Bolehkah aku berharap jika kebahagiaanku akan bertahan sampai nafas terakhir dalam hidupku?

Egoiskah aku jika meminta kebahagiaan ini tidak hilang di makan waktu?

.

.

.

-End-

.

.

.
From Fanpop.com

.

.

.

.



Rabu, 26 Maret 2014

FF Faith Chapter 4. Waiting




.

.

.

.

.

Disclaimer                  : Masih perlukah? Ok Naruto Isn’t mine. I just own the story not the character.

Rate                            : M becoz rape scenes, veil language, bad manner, etc.

Genre                         : Romance, Hurt, Family, Angst (maybe), GS, Etc.

Warning                     : Don’t like don’t read. So simple as flip your hand.

Tidak menerima flame, sumbangan dalam bentuk apapun -_-

Komplen soal EYD, silahkan.

.

.

Purely made By Gothiclolita89

.

.

.

Cast

Namikaze Naruto (17 th, usia dimana saya lulus SMA -_-)

Uchiha Sasuke  (21 th, mahasiswa)

Namikaze Kyubi (24 th, mahasiswa prasarjana)

Sabaku Temari (24, mahasiswa PKL)

Uchiha Itachi (24 th)

& cast lain mengikuti.

.


.


.

Chapter 4. Waiting

.

.

.

-Sasuke POV-

Sudah hampir 4 bulan.

Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan. Gadis yang kucintai hilang entah kemana.

Kuakui ini memang salahku.

Salahku karena terlalu mencintainya.

Salahku karena terlalu terobsesi padanya.

Salahku karena terlalu emosi.

-End Sasuke POV-

.

.

.

(Another way another lie
 
Eien nante shinjiteita aoi toki
 
But living without your love
 
Kimi to mawarimichi demo
 
Teo toriatte arukitakatta
 
Omoide to tokeau my destiny) Abaikan yang ini. Ini hanya keisengan Loli yang lagi stress berat --_____________--
 
.

.

.

Naruto tengah duduk di kursi taman sendirian. Memandangi kebun mawar yang sangat asri dengan hikmat. Ia berpikir tukang kebun yang menjaga taman benar-benar orang yang sangat teliti melihat bagaimana bunga-bunga itu di atur sedemikian rupa hingga tercipta harmoni yang sangat indah. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Perasaan damai yang sudah lama tidak ia rasakan sejak . . .

Ah! Sudahlah tidak perlu diingat.

Gadis itu mengelus perutnya yang sedikit membesar berhubung kehamilannya sudah hampir 4 bulan. Dalam hati ia selalu menyucap syukur karena keluarganya masih mau menerima dirinya dalam keadaan seperti ini. Sungguh, ia sudah bahagia sekarang meski ayah dari bayinya mungkin tidak mau mengakuinya tapi bukankah sekarang sudah cukup? Ada ayah, Ibu dan sang kakak yang selalu menjaga dan mendukungnya.

“Yo, Chibi Kyubi.”

“E-eh Itachi-san.” Naruto menoleh kearah suara itu. Naruto sedikit terkejut saat melihat sosok gagah pria yang kemarin bersama sang kakak. Uchiha Itachi, dia memperkenalkan nama itu padanya.

“Ckckck.” Itachi menggeleng tampak kecewa. “Don’t  call me that.”

“Eh? Um. Tachi-nii . . .”

“Hmm hmm.” Itachi menyilangkan tangannya didada sambil mengangguk. “That’s great, I really really want a kawai Imoutou, but my parent only give me that Uncute Otoutou ck.”

Naruto hanya terkikik kecil saat melihat sikap kekanak-kanakan dari Itachi. Itachi ikut tersenyum saat melihat gadis pirang itu tertawa. Naruto terlihat terkejut saat Itachi mengacak-acak rambutnya.

“Nah, begitu. Naru-chan manis jika tertawa seperti itu.” Pujinya. Naruto tersipu malu. Wajahnya tampak memerah. Hey, wanita mana yang tidak tersipu jika dipuji oleh seorang pria tampan (meski keriputan) seperti Itachi

“A-anou Tachi . . . “ Naruto mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya,

“Hm?.”

“Tachi-nii bilang punya adik. Si-siapa namanya?.” Dalam hati ia berdoa. Memohon jangan orang itu yang menjadi adik Itachi. Meski nama keluarganya sama, belum tentu mereka saling berhubungan kan?.

Itachi hanya tersenyum lalu duduk di sebelahnya. Ia mengelus perut Naruto yang sedikit membesar. Naruto sedikit kaget dengan apa yang di lakukan oleh Itachi tapi kemudian ia tersenyum manis. Sepertinya anaknya akan mendapat satu lagi paman yang akan menyayanginya.

“Kuharap dia perempuan cantik seperti ibunya.” Harap Itachi. ‘Tapi kalau lelaki tidak apa sih, dia pasti akan sangat tampan seperti ayahnya.’ Tambahnya dalam hati.

Naruto hanya tersenyum. Perempuan ya? Naruto sebenarnya tidak mempermasalahkan jenis kelamin sang calon bayinya. Ia hanya berharap anaknya lahir dengan sehat dan selamat. Gadis itu menyesal karena beberapa waktu lalu hampir mencelakai bayinya.

“Ano . . . Tachi-nii benar-benar menyukai Kyu-nii ya?.” Tanya Naruto.

“Hmm, iya. Aku sangat menyukainya.” Jawabnya terus terang.

“Tapi Tachi-nii, Kyu-nii itu masih normal dan . . .”

“Aku tau.” Itachi sedikit menunduk. Ia tau dengan jelas bahwa Kyubi sudah memiliki kekasih. Seorang wanita tentunya. Hey! Jangan salah paham dulu. Itachi bukan Gay. Dia hanya seorang Bi hanya saja saat ini ia sedang tertarik dengan Kyubi dan merasa mungkin Kyubi adalah cinta sejatinya. “Apa kau jijik padaku?.” Tanya Itachi menatap Naruto.

“Untuk?.”

“Keadaanku yang seperti ini.”

Naruto tersenyum. “Tidak, itu adalah pilihan Tachi-nii. Jadi aku tidak berhak marah atau benci bukan? Dan lagi jodoh itu ada di tangan Tuhan, iyakan Tachi-nii?.”

Itachi tersenyum. Ia kemudian memeluk gadis malang itu dengan beringas.

“Yappari de, ore no kawai imoutou.” Katanya dengan penuh semangat.

Pletakkkk

“Apa yang kau lakukan pada adikku, keriput?.”

“Kyu-nii.”

“Kyu-chan.”

Kyubi menarik kerah Itachi. Ia mengeram kesal.

“Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikkan itu.”

“Demo Kyu . . .”

“Kyu-nii.”

Kyubi memandang adik kesayangannya. Ia lalu menghela nafas dan melepaskan cengkramannya pada baju Itachi.



“Kaa-san memanggilmu Naru. Jaa, pergilah. Kaa-san sudah membuatkan cake tomat untukmu.” Sebenarnya Kyubi sedikit merasa aneh dan takjub dengan kelakuan adik tunggalnya itu. Bagaimana tidak? Seorang Naruto yang ia tahu sangat-sangat menyukai makanan mengerikan yang namanya ramen kini sepertinya tergila-gila dengan buah –er atau sayur yang di sebut dengan tomat. Jus tomat, salad tomat, sup tomat, pokoknya semua masakan yang berbahan tomat. Dan yang paling aneh adalah saat tadi pagi ia mendengar kalo adiknya itu menginginkan cake tomat. Demi dewa Jashin yang lagi yoga di perempatan Mranggen, tidak pernah Kyubi dengar ada kue yang bahan dasarnya tomat. Ia bahkan dapat melihat wajah ibunya yang sedikit memucat dan berkeringat dingin saat mengiyakan keinginan adik kesayangannya itu.

“Hountou ni?.” Tanya Naruto dengan mata berkaca-kaca. Kyubi menggangguk pelan.
Tadi pagi dia mengatakan pada Ibunya bahwa ia sangat ingin makan cake dari tomat yang menggiurkan itu dan ibunya berjanji akan membuatkan kue itu untuknya. Ia bangun dari duduknya dengan bersemangat. Ia tidak sabar mencicipi kue itu.

Setelah Naruto pergi, Kyubi menatap tajam Itachi yang masih menyunggingkan senyum padanya. Tampak jelas kemarahan di matanya terhadap sulung dari Uchiha brother itu.

“Apa yang kau inginkan dari adikku keriput.”

“Hn.” Itachi hanya tersenyum innocent.

“Kau!.” Kyubi tampak kesal. Ia berbalik berjalan kedalam rumah. Setelah beberapa langkah, ia menoleh. 

“Get out of my house now!.”

Ia kembali berjalan memasuki rumahnya.

“Aku hanya ingin kebahagian Kyu.” Lirihnya.


-Flashback-

Itachi memasuki apartemennya yang selama 3 tahun ini ditempatinya. Ia meletakkan tas yang dibawanya di lantai. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di sofa empuk berwarna hitam itu. ia memijit-mijit pangkal hidungnya. Ia benar-benar lelah hari ini. Pekerjaannya menumpuk dan harus segera di selesaikan. Ia merogoh kantongnya. Ia mengambil handphone yang dari tadi berada di sakunya saat merasakan benda mungil itu bergetar dan mengeluarkan suara khasnya.

“Moshi-moshi . . . oh Dei . . . nani?!.” Itachi tersentak duduk di sofa itu. Matanya membulat. “Apa kau yakin?. Sasuke yang . . . tapi bukankah ia sangat mencintai pacarnya? Sasori? Astaga! Anak itu cemburu dengan kedekatan Sasori dan Naru-chan?. Baiklah, baiklah. Terimakasih infonya.” Ia menutup handphonenya.

Itachi terlihat frustasi sekarang. Bagaimana bisa Sasuke, adik pantat bebeknya yang bermuka datar itu, bisa cemburu pada Akasuna Sasori, si manekin berjalan, yang sudah memiliki tunangan. Bagaimana Itachi bisa tau? Itu karena Sasori dan dia pernah masuk organisasi yang sama dulu dan ia juga tau bahwa Sasori sangat mencintai tunangannya jadi tidak mungkin penerus nama Akasuna itu melirik gadis lain.

Oh tentu bisa, Sasuke tidak mengenal Sasori dekat dan ia terlalu protektif pada kekasihnya.

Itachi menghela nafas.

Ternyata keputusannya untuk menyuruh Deidara  menjaga Sasuke adalah keputusan yang tepat. Ia juga menyuruh Dei untuk memasang beberapa kamera tersembunyi di apartemen Sasuke, kecuali kamar kidur dan kamar mandi tentunya. Mana Itachi mau adiknya menjadi santapan mata lapar banci kaleng itu. Dan berkat itu mereka tau apa yang dilakukan Sasuke pada kekasihnya saat melihat gadis itu keluar tertatih-tatih dari kamar Sasuke dengan penampilan yang acak-acakan. Hei mereka sudah terlalu dewasa untuk mengetahui apa yang dilakukan Sasuke pada gadis malang itu. Gadis malang yang bernama . . .

Uzumaki Naruto

Dan ini keberuntungan atau kesialan. Gadis itu ternyata adalah adik dari Namikaze Kyubi. Ia tambah terkejut saat mengetahui bahwa kini gadis itu tengah mengandung darah dari keturunan Uchiha.

-End Flashback-
 
“Aku hanya menginginkan kebahagian Kyu, kebahagiaan untuk adikku dan juga Naru-chan.”

.

.

.

Sasuke menegak cairan pahit itu dengan cepat. Tak dihiraukannya gelegar music yang memekakkan telinga juga lautan manusia yang berbondong-bondong menikmati surge duniawi yang mampu menyesatkan siapa saja yang tidak kuat pendiriannya. Ia tampak kacau. Sudah hampir 4 bulan tapi pencariannya tetap tidak menampakkan hasilnya. Seolah ada sesuatu yang menghalanginya untuk menemukan gadis pirang yang telah mencuri hatinya. Ia mengisi gelasnya lalu meminumnya dengan cepat. Tidak peduli walau kiri perutnya terasa terbakar. Hanya dengan ini dia bisa tidur dan melupakan masalahnya sejenak. Merekuh mimpi bertemu sang pujaan hati yang dirindukannya.

“Sasuke-kun.”

Sasuke menoleh ketika namanya dipanggil. Di sampingnya berdiri seorang gadis berambut pink berpakaian minim nan kurang kain. Ia berjalan mendekati Sasuke yang tengah di ambang kesadarannya.

“Apa yang kau inginkan hah?!.” Bentak Sasuke pada gadis itu. “Gara-gara kau! Aku kehilangan Naruto. Gara-gara kau, aku menyakiti Naruto.”

Ya benar! Kalau bukan karena hasutan gadis ini, Ia tidak akan menyakiti Naruto. Seharusnya  ia tidak termakan hasutan gadis itu. Seharusnya ia lebih mempercayai kekasihnya.

‘Naruto, selingkuh di belakangmu Sasuke-kun.’

‘Lihatlah, dia bahkan dengan tidak malu mengumbar kemesraan di depan umum.’

‘Tinggalkan jalang itu Sasuke-kun. Aku lebih mencintaimu.’

Sasuke terlalu bodoh untuk mempercayai kebohongan gadis itu dan ia menyesal sekarang. Saat kekasih hatinya menghilang entah kemana.

“Sasuke- kun aku mencintaimu.” Gadis itu seolah tidak mendengar makia dari mulut Sasuke. Ia terus mendekatkan tubuhnya pada pemuda Uchiha itu. Apa yang ia lakukan? Tentu saja memanfaatkan keadaan agar pemuda idamannya menjadi miliknya. Kalian pasti tau. Gadis itu mulai meraba tubuh indah Sasuke.

“ARGHHHH!.” Teriak gadis itu kesakitan.

“Get off, bitch.” Kata pemuda berambut pirang itu serasa menarik rambut merah muda dengan kasar. Ia lalu melempar gadis itu ke lantai. Ia memandang gadis itu dengan pandangan membunuh. “Don’t you dare lay your dirty hand on him.”

 Gadis itu tampak ketakutan. Ia segera melarikan diri dari. Pemuda pirang itu melihat ke arah Sasuke yang kini sudah tidak sadarkan diri di meja couter bartender. Ia melemparkan pandangan merendahkan pada pria yang memiliki kemiripan dengan Itachi.

“Dei-.” Panggi laki- laki berwajah aneh yang ada di belakangnya.

“Kisame bawa dia.” Katanya singkat. Pria yang di panggil Kisame itu segera menghampiri Uchiha bungsu dan membantunya berjalan.

“Huh! Dasar lemah. Kalau bukan karena permintaan Itachi, aku takkan mau menolongmu.” Kata pemuda berambut pirang dengan kesal.

.

.

.

Jam kayu itu menunjuk waktu tengah malam. Kyubi memasuki kamar bernuansa kuning gading milik Naruto. Naruto kini tengah tertidur dengan damai. Sejak hamil, Naruto memang banyak tidur karena kelekahan. Dengan perlahan ia mendekati ranjang tempat adiknya tertidur. Ia duduk di tepi ranjang. Ia memandang wajah tertidur Naruto dengan tatapan sedih. Dengan lembut dibelainya surai pirang dengan helaian yang halus milik Naruto.

“Malang sekali nasibnya Imoutou-chan. Tapi tenang saja, Nii-chan pasti akan menjagamu. Nichan tidak akan membiarkan siapapun melukaimu lagi. Termasuk orang itu.”

-Flashback-

“Moshi-moshi, Karin-chan.”

“Oh hai’ Dare?.” – “Oh ya, Siapa ini?”

“Kyubi.”

“Kyubi? Dare?.” – “Kyubi? Siapa?”

Kyubi merasa kesal dengan gadis yang kini sedang di teleponnya.

“Baka Onna. Kau tidak mengenali sepupumu sendiri huh?.” – “Gadis bodoh. Kau tidak mengenali sepupumu sendiri huh?.”

Yah, gadis yang sedang di hubungi Kyubi ini adalah sepupunya dari pihak ibu kandungnya, Kushina. Meski Minato dan Kushina sudah bercerai, tapi hubungan dua keluarga itu masih sangat baik karena mereka semua tau alasan Minato menceraikan Kushina.

“Hahahaha, Just joke dude.”

“I’m not joking around. Just tell me.” Beberapa hari yang lalu Kyubi memang meminta sepupunya yang seorang hacker untuk menyelidiki kehidupan Naruto di Konoha. Dan tentu saja dengan senang hati Karin bersedia karena ia sangat menyayangi Naruto dan sudah menganggap gadis pirang itu sebagai adiknya sendiri.

“Ok, ok. First one. Do you know someone with Uchiha name around you?.”

“Huh?. Why?.”

“Karena ini berhubungan dengan orang itu.” Kata Karin. Kyubi langsung mengerutkan dahinya. “Pacar Naru-chan sekaligus tersangka utama satu-satunya bernama Uchiha Sasuke. And you know what, he is the little brother friend of yours, Uchiha Itachi.”

Mata Kyubi membulat. “You sure?.”

“100%.”

Kyubi menggenggam erat handphone itu. matanya tampak memerah karena menahan emosi.

-End Flashback-

.

.

.

Sasuke terbangun di sebuah kamar yang tak dikenalnya. Beberapa kali ia mengerjapkana matanya. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia terduduk dengan bersandar pada ranjang. Ia memijit-mijit kepalanya yang terasa pusing akibat hang over. Yah, Sasuke memang tidak terlalu bisa minum tapi tadi malam ia memaksakan dirinya.

“Wake up already?.” Sasuke di kejutkan oleh suara itu.

“You . . ..”

“Cih, kalau bukan karena Itachi aku takkan menolongmu anak kecil. Hanya gara-gara di tinggal pacar saja kelakuanmu seperti orang depresi.” Kata pemuda berambut pirang itu dengan sinis.

Sasuke terlihat kesal. Hampir saja ia membalas perkataan pemuda itu jika saja pemuda itu tidak membuka suaranya lagi.

“Berterima kasihlah padaku karena menolongmu dari seorang jalang berambut merah muda yang hampir saja menjebakmu.”

Ah! Samar-samar Sasuke teringat kejadian semalam. Ia mabuk, gadis itu mendekatinya dan setelah itu ia tidak ingat lagi apa yang terjadi.

“Ah, ya. Ada pesan dari Itachi.” Kata Dei. “Aku akan mempertemukanmu dengan gadis itu saat waktunya tepat. Biarkan gadis itu tenang, karena akan berbahaya baginya jika kau menemuinya sekarang . . .”

“Apa? Itachi tau? Bagaimana bisa?.”

“Hey, aku belum selesai bicara.” Kata Dei kesal karena ucapannya di potong. “Bersabarlah dan juga Neji itu sudah punya tunangan yang sangat di cintainya yang bernama Ten ten.”

Mata Sasuke membulat. Ia tampak shock. Jadi kecemburuannya selama ini pada Neji sama tidak beralasan.

.

.

.

Sementara itu di Suna.

Itachi terjaga dari tidurnya. Ia masih memikirkan cara untuk mempertemukan Naruto dengan Sasuke. Gadis itu tampak masih trauma. Buktinya ia masih tampak sedikit ketakutan saat dirinya – yang memiliki kemiripan dengan Sasuke – mendekati gadis itu. Ia maklum, semua orang pasti akan trauma jika di perlakukan seperti itu. Tidak terlalu jelas memang, tapi matanya cukup jeli untuk melihat tubuh gadis itu menegang pelan. Ia tidak mau melukai Naruto apalagi membahayakan calon keponakannya jika ia terburu-buru mempertemukan gadis itu dengan Otoutou-nya.

“Well, pada akhirnya takdirlah yang harus berperan di sini.”

Itachi beranjak dari ranjang yang di dudukinya menuju kamar mandi.

.

.

.

-TBC-

.

.

.

Nb: Yang bergaris bawah itu adalah terjemahan, siapa tau ada yang gak ngerti.